SHOPPING CART

close

Tuntunan Rasulullah Saw. tentang Akhlak kepada Pembantu

Tidaklah aku diutus, melainkan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Demikian sabda Rasulullah Saw.

Hadits di atas memang singkat. Namun memiliki makna yang dalam berkaitan dengan risalah tertinggi kenabian, sekaligus menunjukkan kedudukan yang sangat terpuji bagi orang yang memiliki akhlak yang mulia.

Di antara akhlak yang mulia yaitu akhlak kepada khadimah atau pembantu rumah tangga. Bagaimana Islam mengatur akhlak kepada khadimah?

Marilah kita perhatikan hadits di bawah ini dengan baik. Semoga Allah Swt. berkenan membukakan pintu hikmah-Nya bagi kita semua.

Hadits

 عَنِ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا ذَرٍّ الْغِفَارِىَّ رضى الله عنه بِالرَّبَذَةِ

وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ وَعَلَى غُلاَمِهِ حُلَّةٌ، فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ

فَقَالَ:  إِنِّى سَابَبْتُ رَجُلاً فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ، فَشَكَانِى إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم

  فَقَالَ لِىَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم: أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ؟ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ

 ثُمَّ قَالَ: إِنَّ إِخْوَانَكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ

فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ، وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ

.وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَأَعِينُوهُمْ

رواه البخاري

Terjemah

Dari Ma’rur, dia berkata:

Suatu saat aku bertemu dengan Abu Dzar al-Ghifari di Rabadzah (pedalaman sekitar 3 mil dari Madinah).  Dia memakai pakaian yang bagus. Demikian pula pembantunya. Maka aku bertanya mengenai hal itu padanya. Dia pun bercerita:

Aku telah bertengkar dengan seseorang, lalu aku menyebutkan aib ibunya.

Kemudian orang itu pun mengadukan hal itu kepada Rasulullah Saw.

Beliau bertanya: Apakah benar engkau telah menyebutkan aib ibunya? Sungguh dalam dirimu terdapat sifat jahiliyah.

Lalu beliau bersabda: Sesungguhnya pembantumu adalah saudaramu yang Allah jadikan nasib mereka di tanganmu. Oleh karena itu, barangsiapa yang padanya ada seorang pembantu, hendaknya dia memberi pembantunya makan apa yang dia makan. Dia kasih pembantunya pakaian apa yang dia pakai. Dan janganlah engkau memberikan tugas yang melebihi kemampuannya. Bila engkau memberikan tugas yang melebihi kemampuannya, maka hendaknya engkau membantunya.

(HR. Bukhari.)

Catatan dan Keterangan

Selanjutnya berikut ini kami sampaikan beberapa catatan dan keterangan mengenai hadits di atas:

1. Para shahabat kadang-kadang juga bertengkar

Para shahabat adalah manusia biasa, sama seperti kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang juga ada masalah di antara mereka.

Ada masalah yang sederhana, sedang, juga ada masalah yang besar dan gawat.

Sebagai seorang manusia biasa adalah wajar sekali tempo berbuat khilaf dan kesalahan. Namun orang yang baik adalah orang yang bersedia mengakui kesalahannya dan segera melakukan perbaikan-perbaikan.

Baca juga:  Keutamaan Seorang Budak Yang Saleh & Setia pada Majikannya

2. Larangan keras menghina orang dengan menyebutkan aib orangtuanya

Orangtua merupakan orang yang sangat kita hormati. Menyinggung sedikit saja kekurangan orangtua, meskipun itu benar, adalah sama dengan melukai harga diri seseorang dengan sangat buruk.

Bila kita berselisih paham dengan orang lain, hendaknya kita fokus kepada masalah yang sedang kita hadapi. Jangan sampai masalah itu melebar pada urusan-urusan yang tidak ada sangkut-pautnya. Apalagi sampai melukai perasaaan orang yang kita sedang berselisih dengannya.

3. Para shahabat biasa bersegera melaksanakan perintah Rasulullah Saw

Para shahabat merupakan generasi terbaik umat Islam secara mutlak. Karena mereka adalah para pribadi yang memperoleh tempaan langsung dengan kedua tangan Nabi Muhammad Saw.

Mereka terbiasa untuk bersegera dalam berbuat kebaikan, maupun bersegera dalam meninggalkan keburukan. Apa yang beliau perintahkan, maka mereka pun bersegera melakukannya. Mereka tidak suka menunda-nunda, apabila kesempatan sudah tiba.

4. Perbuatan baik akan segera menghapus dosa

Selain bernilai pahala, perbuatan baik akan menghapus dosa-dosa yanga telah kita lakukan. Oleh karena itu, apabila amal kebaikan kita seimbang dengan amal keburukan kita, maka kita sudah sangat beruntung. Inilah kemurahan dari Allah Swt. bagi kita semua.

Seperti berwudhu. Bila kita berkumur, maka luruh semua dosa yang kita lakukan dengan lisan kita. bila kita membasuh wajah, maka gugur seluruh dosa kita akibat kedua. Demikian dan seterusnya.

5. Akhlak kepada Khadimah

Khadimah merupakan orang yang sangat dekat dengan keluarga kita. Mereka telah banyak berbuat jasa bagi segenap anggota keluarga kita. Terdapat tuntunan bagaimana seorang muslim wajib memperlakukan khadimah dengan baik.

a. Memberikan makanan apa yang kita makan

Bila khadimah telah memasak makanan dan menyajikannya untuk keluarga kita, hendaknya makanan itu tidak kita habiskan semua. Sudah sepantasnya kita sisihkan terlebih dahulu bagi khadimah yang telah bersusah payah membuatnya.

Bagaimana mungkin kita tega menghabiskan makanan dan minuman yang lezat, hasil jerih payah khadimah. Lalu dia hanya bisa melihat kita makan dengan lahap. Lalu mencuci piring dan gelas setelahnya. Sudah jelas ini bukan adab yang diajarkan agama Islam.

Namun hendaknya kita sisihkan terlebih dahulu sebagian dari makanan dan minuman itu. Meskipun khadimah tidak pernah memintanya.

b. Memberikan pakaian apa yang kita pakai

Inilah di antara perintah Nabi Muhammad Saw. Hendaknya seorang majikan memberikan pakaian yang semisal dengan yang dia pakai kepada khadimahnya. Tidak harus persis. Namun setidaknya bisa mendekati secara kualitas.

c. Tidak memberikan tugas melebihi kemampuannya

Setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Namun semua orang memiliki kemampuan yang terbatas.

Allah Swt. sendiri tidak pernah memberikan tugas yang melebihi kemampuan hamba-Nya. Padahal dia yang telah menciptakan dan berhak disembah dalam arti yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, hendaknya kita bisa mengetahui sampai di mana batas kemampuan seorang khadimah. Ada khadimah yang memiliki kemampun fisik yang sangat kuat, namun lemah dalam hal kerapian. Namun juga ada khadimah yang memang sangat teliti dan rapi, sementara fisiknya lemah dan gampang jatuh sakit.

Dalam keadaan inilah kita sebagai majikan pandai-pandai memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan khadimah.

d. Bila terpaksa memberinya tugas yang melebihi kemampuannya, maka kita wajib memberikan bantuan kepadanya

Bila terpaksa kita memberikan tugas untuk memindahkan almari yang sangat besar dan berat kepada khadimah. Dan kita tahu mustahil baginya melaksanakan tugas itu sendirian. Maka hendaknya kita turut serta dalam melaksanakan tugas tersebut.

Bila rumah kita sangat besar dan luas. Sementara kita hanya mampu mempekerjakan seorang khadimah saja. Hendaknya kita turut serta dalam merawat dan membersihkan rumah tersebut. Jangan semuanya dibebankan pada khadimah sendirian.

6. Kisah Rasulullah Saw. dan Zaid

Adalah Rasulullah Saw. pernah memiliki seorang budak kecil yang bernama Zaid. Namun beliau dan keluarga tidak pernah memperlakukan Zaid selayaknya seorang budak. Melainkan sebagai anggota keluarga.

Paman Zaid

Hingga datanglah paman Zaid mencarinya, dan bertemu dengan Rasulullah Saw. Paman Zaid ini meminta kesempatan kepada Rasulullah Saw. untuk membebaskan Zaid, yaitu dengan cara menebusnya.

Rasulullah Saw. sebenarnya sangat keberatan, karena Zaid sudah menyatu dengan keluarga beliau. Namun beliau juga tidak ingin mengecewakan paman Zaid. Maka Rasulullah Saw. memberikan tawaran kepada paman Zaid:

“Aku akan memanggil Zaid. Dan kita berikan kepadanya kesempatan untuk memilih. Bila dia memilih tetap tinggal di sini, engkau tidak boleh memaksanya pulang pada keluarganya. Namun bila dia memilih untuk pulang pada keluarganya, maka aku relakan dia tanpa sepeser pun biaya pembebasan.”

Paman Zaid setuju. Dia yakin Zaid pasti akan pilih untuk pulang kepada keluarganya. Mustahil dia lebih senang menjadi seorang budak.

Pilihan Zaid

Rasulullah Saw. memanggil Zaid untuk bertemu dengan pamannya. Beliau bersabda:

“Wahai Zaid, ini pamanmu datang hendak membawamu kembali kepada kaummu. Bila engkau mau, silakan pulanglah. Engkau merdeka. Namun engkau juga boleh tetap tinggal di sini. Silakan pilih.”

Ternyata Zaid lebih senang tinggal bersama Rasulullah Saw. Tentu saja hal ini membuat pamannya sangat kecewa. Bagaimana mungkin Zaid lebih senang menjadi budak, daripada menjadi seorang yang merdeka.

Kepekaan hati Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. yang berjiwa lembut pun tanggap. Beliau mampu menyelami dan memahami pikiran serta perasaan paman Zaid. Maka beliau pun bersabda:

“Mulai hari ini Zaid menjadi anakku. Namanya sekarang adalah Zaid bin Muhammad.”

Demikianlah, paman Zaid pun pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Sangat bahagia. Meskipun tidak bersedia pulang kepada kaumnya, Zaid telah menjadi seorang yang merdeka. Bahkan Zaid telah menjadi anak bagi seorang yang sangat dihormati, disegani sekaligus dicintai oleh segenap kabilah di jazirah Arab.

Paman itu sangat bangga dan bahagia, karena keponakannya itu kini bernama: Zaid bin Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib.

Demikianlah contoh nyata yang telah diberikan Rasulullah Saw. dalam memperlakukan seorang hamba sahaya di rumah beliau. Semoga kita diberikan kemudahan untuk meneladani sifat mulia tersebut.

Penutup

Inilah sedikit penjelasan mengenai hadits di atas. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Allah a’lam.

Tags:

One thought on “Tuntunan Rasulullah Saw. tentang Akhlak kepada Pembantu

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.