SHOPPING CART

close

Hubungan Kuat Antara Ilmu Agama dan Ilmu Umum

Ada anggapan, bahwa ilmu agama itu lebih mulia daripada ilmu umum. Ilmu agama itu diartikan sebagai ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits. Seperti ilmu akidah dan fikih, atau seperti tata cara wudhu dan shalat.

Sementara ilmu umum itu diartikan sebagai ilmu yang tidak secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits. Seperti ilmu teknik dan kedokteran, atau seperti tata cara membuat jembatan dengan baik dan mengobati penyakit dengan benar.

Hadits

Boleh jadi anggapan itu timbul dari pemahaman sebuah hadits yang merupakan sabda Nabi Muhammad saw.:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْراً يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ . متفقٌ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah akan suatu kebaikan, maka Allah akan memahamkan orang itu pada agama.” (Muttafaq ‘alaih)

Berdasarkan hadits di atas, menurut anggapan itu, bila Allah hendak memberikan kebaikan kepada seorang hamba. Maka Allah akan memberikan pemahaman yang baik kepadanya tentang agama.

Sebaliknya, bila Allah tidak ingin memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah tidak akan memberikan pemahaman yang baik tentang agama kepadanya.

Secara umum, pemahaman tersebut tidaklah salah. Ibadah shalat misalnya, memang harus didasari ilmu yang benar. Dan ilmu di sini tentu saja merupakan ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits.

Namun demikian, bukan berarti bahwa ilmu yang tidak secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits itu menjadi kurang utama. Bagaimana kita bisa menghadap kiblat secara tepat misalnya, bila kita tidak menguasai ilmu perbintangan atau astronomi dengan baik.

Baca juga:  Penting! Inilah Struktur dan Korelasi Ilmu-Ilmu Keislaman

Pemilahan

Pemilahan ilmu dengan cara seperti itu akan mengakibatkan terpisahnya kehidupan masyarakat muslim dari pondasi agama. Hasilnya agama akan dibatasi ruang geraknya dalam ruang-ruang ibadah saja. Agama tidak boleh mengatur selain urusan dalam masjid, mushalla dan tempat wudhu.

Keadaan demikian tentu saja tidak bisa dibenarkan, karena akan menjadikan seorang pedagang (misalnya) berlaku ramah dan jujur sekedar ingin menarik simpati dari pembeli dan menambah pelanggan. Dimana perilaku seperti ini justru dikecam oleh agama. Bahkan perilaku seperti ini sudah diberi nama khusus oleh agama, yaitu riya’ sebagai salah satu sebab yang menggugurkan pahala ibadah.

Pemilahan ilmu dengan cara seperti itu secara pasti tumbuh dan berkembang bukan dari tradisi Islam, yang membatasi ibadah sebagai bentuk penghambaan diri seorang hamba kepada Tuhan hanya di ruang-ruang ibadah.

Islam justru mengajarkan, bahwa ibadah itu tidak terbatas dilakukan di ruang ibadah. Seorang suami yang “mendekati” istrinya misalnya, bila diniatkan sebagai ibadah akan menjadi ibadah. Demikian pula seorang suami yang sedang bekerja keras mencukupi keperluan ekonomi rumah tangganya juga disebut sedang beribadah dan berhak memperoleh kemuliaan agamawi.

Tags:

One thought on “Hubungan Kuat Antara Ilmu Agama dan Ilmu Umum

Tinggalkan Balasan ke Prinsip-prinsip Islam dalam Pengembangan Ilmu PengetahuanBatalkan balasan

Your email address will not be published.