SHOPPING CART

close

Inilah Beberapa Hal Yang Membatalkan Wudhu

Setelah kita berwudlu, maka kita dalam keadaan suci.

Selama tidak ada sesuatu yang keluar dari salah satu dari dua jalan, tidak menyentuh wanita (bersetubuh), tidak menyentuh kemaluan, dan tidak tidur yang nyenyak dengan posisi miring.

1. Ada sesuatu yang keluar dari salah satu dari dua jalan

Bila ada sesuatu yang keluar dari salah satu dari dua jalan pembuangan tubuh kita, yaitu kemaluan dan dubur, maka wudhu menjadi batal.

a. Buang air besar atau buang air kecil

Secara umum, hal ini difirmankan Allah Swt. ketika menjelaskan tata cara bersuci bila tidak ada air:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ٬ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا٬ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا.

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu, dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. Dan jika kamu berjunub, maka bersuci (mandi) lah. Dan jika kamu sakit atau bepergian atau salah seorang diantara kamu buang air (buang hajat) atau kamu sentuh wanita, dan tidak kamu dapati air, maka bertayammumlah kamu dengan debu yang bersih. (al-Maidah: 6)

Mengusap Khuf

Dari ayat di atas, kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa buang air termasuk perbuatan yang membatalkan wudhu. Secara tidak langsung, hal ini juga bisa kita pahami dari sabda Nabi Muhammmad Saw. ketika menjelaskan tata cara mengusap khuf. Beliau memberikan penjelasan, bahwa khuf tidak perlu dilepas dengan batalnya wudhu, yaitu: buang air besar, buang air kecil, dan tertidur.

عَنْ صَفْوَانِ بْنِ عَسَّالٍ الْمُرَادِىَّ قَالَ: لَقَدْ كُنْتُ فِى الْجَيْشِ الَّذِينَ بَعَثَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ٬ فَأَمَرَنَا أَنْ نَمْسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ إِذَا نَحْنُ أَدْخَلْنَاهُمَا عَلَى طُهْرٍ٬ ثَلاَثاً إِذَا سَافَرْنَا وَيَوْماً وَلَيْلَةً إِذَا أَقَمْنَا٬ وَلاَ نَخْلَعَهُمَا مِنْ غَائِطٍ وَلاَ بَوْلٍ وَلاَ نَوْمٍ٬ وَلاَ نَخْلَعَهُمَا إِلاَّ مِنْ جَنَابَةٍ.

Dari Shafwan bin ‘Assal al-Muradi, ia berkata, “Sungguh aku termasuk bagian dari pasukan yang dikirimkan Rasulullah r. Lalu beliau menyuruh kami mengusap bagian atas khuf apabila kami memakai khuf itu dalam keadaan suci, untuk tiga hari apabila kami bepergian jauh (safar), dan untuk satu hari satu malam apabila kami mukim (tidak bepergian). Kami tidak perlu melepaskan khuf itu karena buang air besar, buang air kecil, ataupun tidur. Kami tidak perlu membuka khuf itu, kecuali karena junub. (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah)

b. Buang angin

Selain buang air, wudhu juga batal ketika kita buang angin. Hal ini dijelaskan secara tegas oleh seorang shahabat Rasulullah, Abu Hurairah. Marilah kita simak hadits berikut ini:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ. قَالَ رَجُلٌ مِنْ حَضْرَمَوْتَ: مَا الْحَدَثُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ قَالَ: فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ.

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah r bersabda, “Shalat orang yang berhadats tidak akan diterima.” Ada seseorang dari Hadramaut bertanya, “Apa yang membuat hadats, wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab, “Buang angin, baik berbunyi maupun tidak.” (HR. Bukhari)

Bila kita dalam keadaan ragu-ragu, apakah telah buang angin atau tidak, maka hendaknya kita segera memantapkan hati, antara ya atau tidak. Caranya, kita perhatikan saja, apakah ada suara atau bau kentut dari diri kita? Bila tidak ada, berarti wudhu kita belum batal.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِى بَطْنِهِ شَيْئًا٬ فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ أَخَرَجَ مِنْهُ شَىْءٌ أَمْ لاَ٬ فَلاَ يَخْرُجَنَّ مِنَ الْمَسْجِدِ٬ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا.

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah r bersabda, “Bila engkau mendapati sesuatu pada perutmu, lalu merasa ragu-ragu, apakah ada yang keluar darinya atau tidak, maka janganlah engkau keluar dari masjid, sampai engkau mendengar suaranya atau mendapati baunya. (HR. Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)

c. Keluar madzi

Selain buang air dan buang angin, wudhu juga batal apabila kita keluar madzi. Madzi ini keluar ketika seseorang dalam keadaan berahi atau syahwat.

عَنْ عَلِىٍّ قَالَ: كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً٬ وَكُنْتُ أَسْتَحْيِى أَنْ أَسْأَلَ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَانِ ابْنَتِهِ٬ فَأَمَرْتُ الْمِقْدَادَ بْنَ الأَسْوَدِ فَسَأَلَهُ٬ فَقَالَ: يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ.

Dari ‘Ali, ia berkata: Aku seorang yang mudah keluar madzi, namun aku merasa malu untuk bertanya kepada Nabi Muhammad r mengingat keberadaan puteri beliau (Fathimah). Oleh karena itu, aku mengutus Miqdad bin Aswah untuk bertanya pada beliau. Beliau bersabda, “Hendaknya ia membasuh dzakarnya, lalu berwudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

d. Keluar wadi

Selain madzi, wudhu juga batal dengan keluarnya air wadi. Air wadi ini keluar setelah kita buang air kecil, atau ketika mengangkat beban yang berat.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: الْمَنِىُّ وَالْمَذِىُّ وَالْوَدِىُّ٬ فَالْمَنِىُّ مِنْهُ الْغُسْلُ٬ وَمِنْ هَذَيْنِ الْوُضُوْءُ٬ يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ.

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Mani, madzi, dan wadi. Hadats karena keluar mani dihilangkan dengan mandi junub. Adapun hadats karena madzi dan wadi dihilangkan dengan wudhu. Hendaknya ia membasuh dzakarnya, lalu baru berwudhu.” (Atsar riwayat Baihaqi)

Silakan baca juga:

Wudhu: Pengertian dan Urgensinya dalam Islam

***

2. Menyentuh wanita (bersetubuh)

Menyentuh wanita dalam arti bersetubuh juga membatalkan wudhu. Hal ini memberikan pengertian, bahwa semua perbuatan yang mewajibkan mandi junub, berarti juga membatalkan wudhu. Allah Swt. berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ٬ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا٬ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا.

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu, dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. Dan jika kamu berjunub, maka bersuci (mandi) lah. Dan jika kamu sakit atau bepergian atau salah seorang diantara kamu buang air (buang hajat) atau kamu sentuh wanita, dan tidak kamu dapati air, maka bertayammumlah kamu dengan debu yang bersih. (al-Maidah: 6)

Perbedaan Pendapat

Ada sebagian ulama yang berpendapat, bahwa menyentuh wanita (lawan jenis) dalam arti memegang tangannya misalnya, termasuk membatalkan wudhu. Namun hal ini bertentangan dengan beberapa hadits yang menjelaskan bahwa menyentuh maupun disentuh oleh lawan jenis tidaklah membatalkan wudhu. Marilah kita simak beberapa hadits di bawah ini:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: إِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُصَلِّى وَإِنِّى لَمُعْتَرِضَةٌ بَيْنَ يَدَيْهِ اعْتِرَاضَ الْجَنَازَةِ٬ حَتَّى إِذَا أَرَادَ أَنْ يُوتِرَ مَسَّنِى بِرِجْلِهِ.

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Sungguh Rasulullah Saw. sedang shalat, sementara aku berbaring di hadapan beliau secara melintang seperti mayat. Bila beliau hendak shalat witir, beliau menyentuh aku dengan kakinya.” (HR. Nasa’i)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً مِنَ الْفِرَاشِ٬ فَالْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِى عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِى الْمَسْجِدِ وَهُمَا مَنْصُوبَتَانِ٬ وَهُوَ يَقُول: اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.

Dari ‘Aisyah, ia berkata: Suatu malam, aku kehilangan Rasulullah dari tempat tidur. Aku pun mencarinya, lalu tanganku menyentuh bagian telapak kedua kaki beliau, sementara beliau sedang sujud, dan kedua telapak kaki beliau berdiri, dan beliau membaca, “Alla-humma a’udzu bi ridha-ka min sakhathika, wa bi mu’a-fa-tika min ‘uqu-batika, wa a’u-dzu bika minka la- uhshi- tsana-an ‘alaika anta kama- atsnaita ‘ala- nafsika.” (HR. Muslim)

***

3. Menyentuh kemaluan

Menyentuh kemaluan juga membatalkan wudhu. Hal ini berdasarkan beberapa hadits berikut ini:

Hadits Pertama

عَنْ بُسْرَةَ بِنْتِ صَفْوَانَ٬ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلاَ يُصَلِّ حَتَّى يَتَوَضَّأَ.

Dari Busrah binti Shafwan, bahwa Nabi Muhammad r bersabda, “Barangsiapa menyentuh dzakarnya, maka janganlah ia shalat, sampai ia berwudhu.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)

Hadits Kedua

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ٬ وَأَيُّمَا امْرَأَةٍ مَسَّتْ فَرْجَهَا فَلْتَتَوَضَّأْ.

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata: Rasulullah r bersabda padaku, “Barangsiapa menyentuh dzakarnya, maka hendaknya ia berwudhu. Dan perempuan yang menyentuh kemaluannya, hendaknya ia juga berwudhu.” (HR. Ahmad)

Hadits Ketiga

عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِىِّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ مَسَّ فَرْجَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ.

Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah r bersabda, “Barangsiapa menyentuh kemaluannya, hendaknya ia berwudhu.” (HR. Ahmad)

Hadits Keempat

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَفْضَى أَحَدُكُمْ بِيَدِهِ إِلَى فَرْجِهِ، وَلَيْسَ بَيْنَهُمَا سَتْرٌ وَلَا حِجَابٌ، فَلْيَتَوَضَّأْ.

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah r bersabda, “Bila engkau menyentuh kemaluanmu, tanpa penutup atau penghalang, maka hendaknya engkau berwudhu.” (HR. Ibnu Hibban dan Hakim)

***

4. Tidur yang nyenyak dengan berbaring

Tidur merupakan salah satu sebab yang membatalkan wudhu. Apabila kita tertidur dengan nyenyak, maka wudhu pun menjadi batal.

عَنْ عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ رضى الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وِكَاءُ السَّهِ الْعَيْنَانِ فَمَنْ نَامَ فَلْيَتَوَضَّأْ.

Dari ‘Ali bin Abi Thalib t, ia berkata: Rasulullah r bersabda, “Kedua mata itu bagaikan tali dubur. Maka barangsiapa telah tidur, maka berwudlulah.” (HR. Abu Dawud)

Apabila tertidur, tapi tubuh kita dalam keadaan yang tidak memungkinkan buang angin tanpa sadar, maka wudhu tidak batal.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ رَأَى النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَامَ وَهُوَ سَاجِدٌ حَتَّى غَطَّ أَوْ نَفَخَ٬ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّى. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قَدْ نِمْتَ. قَالَ: إِنَّ الْوُضُوءَ لاَ يَجِبُ إِلاَّ عَلَى مَنْ نَامَ مُضْطَجِعًا٬ فَإِنَّهُ إِذَا اضْطَجَعَ اسْتَرْخَتْ مَفَاصِلُهُ.

Dari Ibnu ‘Abbas, bahwa ia melihat Rasulullah r sedang tidur dalam keadaan sujud hingga mendengkur. Kemudian beliau bangkit untuk shalat. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah tertidur.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya wudhu itu wajib (tidak batal), melainkan bagi orang yang tertidur dalam keadaan berbaring, sehingga lemaslah seluruh persendiannya.” (HR. Tirmidzi)

Allahu a’lam.

Tags:

0 thoughts on “Inilah Beberapa Hal Yang Membatalkan Wudhu

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.