SHOPPING CART

close

Azzahidah Qonita Robbani: Surgalah di Tanganmu

Ustadz Mawardi. Demikian saya menyebut nama beliau. Umur beliau memang lebih tua beberapa bulan. Jadi pantaslah bila saya menghormatinya sebagai saudara tua. Buktinya beliau juga lebih matang secara kejiwaan, kepribadian, ilmu, pemahaman dan pengalaman hidup.

Kebetulan beliau dan saya memiliki hobi yang sama, yaitu: bikin postingan di blog atau situs pribadi. Berikut ini blog beliau: Tulisan Ayah: situsmawardi.net.

Sore ini, setelah posting sebuah artikel di blog dan bikin link-nya di fb. Muncul seperti biasa informasi terkini dari beberapa teman di Beranda. Salah satunya adalah postingan beliau di fb. Sepertinya sebuah kabar duka.

***

Paham Namun Tak Mampu Terima

Beliau memohonkan maaf untuk Qonita, dalam latar belakang foto putri beliau itu. Sepertinya berita duka.

Lho ada apa ini. Mustahil ini berita duka. Saya tidak percaya.

Saya baca baik-baik postingan itu. Dan saya ulang beberapa kali. Tapi apakah benar ini buat Qonita?

Dan saya masih tidak percaya, meskipun saya paham makna informasi yang sungguh mengagetkan ini. Membuat saya langsung teringat dengan fase penolakan terhadap informasi yang terlalu mendadak. Bukan karena tidak percaya. Namun karena belum bisa menerima kenyataan yang terlalu pahit. Sebelum akhirnya nanti secara perlahan harus menerima kenyataan itu.

***

Browsing dan Terperangah

Untuk memahami situasi itu, saya pun coba browsing dengan mengetikkan nama lengkap putri Ustadz Mawardi: Azzahidah Qonita Robbani.

Muncul beberapa hasil pencarian terkait nama itu. Yang paling menarik adalah sebuah novel: Daddy Min. Bukan main. Diterbitkan oleh Elex Media Komputindo.

daddy-min-qonita

Sumber gambar: gramedia.com

Masya Allah.

Ini anak ingat saya masih SMP. Atau paling banter kelas 1 SMA-lah. Tapi kenapa tadi Ayahnya menyebut nama Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang? Oh ya berarti memang sudah cukup lama saya tidak bertemu dengannya.

Maka saya baca kembali hasil browsing yang lain. Benar saja, namanya sudah terdaftar sebagai peserta P2KK. Sebuah program khusus untuk mahasiswa baru UMM. Berarti memang sudah jadi mahasiswa.

Ya Allah, apakah berarti Ustadz Mawardi benar-benar telah “kehilangan” putri kebanggaan dan kesayangannya?

Ya Allah. Merinding seluruh tubuh saya. Dan air mata sudah mengambang.

Ya Allah. Semoga Kauberikan kekuatan kepada Ustadz Mawardi dan segenap anggota keluarganya.

Ya Allah. Betapa dahsyat cobaan-Mu.

Ya Allah. Cobaan mana yang lebih berat daripada yang telah Engkau “anugerahkan” pada Ustadzku ini…

***

Nabi Ibrahim dan Ustadz Mawardi

Entah mengapa dan bagaimana. Saya ingat pada Nabi Allah, Ibrahim ‘alaihis salam.

Beliau yang diuji dengan perintah untuk meninggalkan anak. Pada situasi yang serupa dengan pembunuhan. Mungkin itu yang akan dituduhkan oleh manusia-manusia kafir, munafik dan lemah iman.

Ingat Nabi Ibrahim tentang anak. Saya pun teringat pada kisah Nabi Besar Muhammad Saw. Dengan kisah putra beliau, yang diberi nama Ibrahim. Yang meninggal dalam pangkuan beliau saat masih balita karena sakit.

Sementara saya tidak berani untuk mencari informasi lebih lanjut. Bagaimana Qonita meninggal dunia.

Ya Allah…

Sungguh saya tidak berani untuk memanjatkan doa bagi Qonita binti Mawardi. Karena saya merasa lebih banyak dosa darinya. Lebih lemah iman darinya. Lebih malas darinya.

Namun mohon izinkan saya berdoa. Karena saya mencintai Qonita. Sebagaimana saya mencintai Ayahnya. Sebagaimana saya mencintai keluarganya.

Ya Allah…

Mohon terimalah Qonita di sisi-Mu. Engkau sebaik-baik penerima amal saleh. Engkau sebaik-baik pemberi ampunan.

Mohon bukakanlah pintu Maghfirah-Mu. Untuk Qonita.

Sungguh, kami mencintainya.

***

Sahabatku…

Anak adalah harta kita yang paling berharga, dari apapun yang pernah Allah berikan. Yang pernah Allah titipkan.

Dia menjadi tumpuan mimpi-mimpi di masa depan.

Karena dialah kita yang lemah merasa kuat dan harus kuat. Tiada pilihan. Harus kuat.

Kita yang malas, harus rajin. Tiada pula pilihan. Harus rajin.

Namun Sahabatku…

Karena pemberian, anak itu aslinya bukan milik kita.

Karena titipan, anak itu memang hanya sementara bersama kita.

Boleh saja kita merajut harapan dan impian masa depan yang paling indah sekalipun.

Namun, kita harus siap. Benar-benar harus siap. Kapan saja Pemiliknya Yang Sejati hendak memanggilnya.

Meskipun dengan deraian air mata. Hati hancur tiada terkira. Meninggalkan luka pada jiwa tiada obatnya.

Karena…

Dia tidak ingin cinta kita diduakan. Termasuk oleh anak…

Tags:

0 thoughts on “Azzahidah Qonita Robbani: Surgalah di Tanganmu

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.