SHOPPING CART

close

Bahasa Arab Bahasa Al-Qur’an Kunci Ilmu Keislaman

Selama kita tidak mahir bahasa Arab, maka saluran ilmu kita menjadi sempit.

Pinter bahasa Arab bukan jaminan dapat hidayah.

Namun untuk bisa memahami Al-Qur’an dan hadits dengan baik, kita tidak punya pilihan lain. Kita harus mahir bahasa Arab.

Tentu saja kita bukan mau meniru Abu Lahab atau Abu Jahal. Yang meskipun pinter bahasa Arab namun tetap tidak mampu menerima hidayah.

Namun kita ingin meniru para ulama yang pinter bahasa Arab dan semakin mudah menerima hidayah berkah dari ilmunya yang banyak. Jadi kita ingin memahami Al-Qur’an dan hadits secara langsung sebagaimana para ulama itu.

Karena orang yang paham Al-Qur’an dan hadits secara langsung itu tidak sama pemahamannya dengan yang melalui terjemahan.

Sebagaimana orang yang melihat sendiri suatu benda ataupun suatu peristiwa itu tidak sama dengan orang yang mendengar dari orang lain. Dari katanya.

وَلَيْسَ رَاءٍ كَمَنْ هُوَ سَمِعَ

“Orang yang melihat sendiri itu tidak sama dengan orang mendengar kabar.”

***

Al-Qur’an Berbahasa Arab

Pernahkah kita punya cita-cita untuk membaca al-Qur’an dan bisa merasakan keindahannya sendiri? Karena katanya, al-Qur’an itu diturunkan dengan bahasa dan sastra yang paling indah.

Pernahkah kita membayangkan, bahwa pada suatu hari nanti kita bisa memahami ayat yang sedang kita baca seperti membaca buku kesukaan kita? Dan tidak selalu bergantung dengan terjemahannya? Alangkah indahnya bila impian itu bisa terwujud.

Boleh jadi kita sudah bisa merasakan indahnya bahasa al-Qur’an. Karena para penerjemah al-Qur’an telah bekerja keras untuk menerjemahkan dengan sebaik-baiknya. Namun tentu lebih indah bila kita bisa merasakannya secara langsung.

Keindahan itu ada dua. Kita merasakannya sendiri. Atau kita mendengarkannya dari orang lain yang telah merasakannya sendiri.

Seperti mengetahui indahnya sebuah kota. Pertama, kita berkunjung sendiri ke kota tersebut. Dan merasakan sendiri keindahannya. Kedua, kita mendengarkan dari orang lain yang sudah mengunjunginya. Mungkin ada yang ketiga, yaitu dapat dua-duanya. Pernah pergi sendiri, lalu juga mendengarkan ulasan dari orang lain.

Untuk bisa memperoleh gambaran yang paling baik, tentang indahnya al-Qur’an. Tentang makna yang sesungguhnya. Tentu saja kita perlu dua hal. Pertama, kita mahir bahasa Arab. Kedua, kita rajin membaca kitab-kitab tafsir. Sehingga kita memperoleh dua keindahan sekaligus. Dua sumber informasi sekaligus. Dan itu hanya bisa dicapai, bila kita mampu berbahasa Arab dengan baik.

***

Hadits Berbahasa Arab

Nabi Muhammad Saw. lahir di Arab, bersabda selalu dengan bahasa Arab. Maka untuk memahami hadits secara akurat dan yakin akan maknanya, mau tidak mau, kita harus pandai bahasa Arab.

Al-Qur’an sendiri baru bisa dipahami dengan baik, apabila kita bisa memahami hadits dengan baik. Karena al-Qur’an berbahasa Arab, hadits juga berbahasa Arab. Maka mantap sudah. Kita wajib dan kudu pintar bahasa Arab.

Hal ini kita lakukan bukan karena Arabnya. Namun karena al-Qur’an dan hadits. Karena al-Qur’an adalah kalam Allah. Dan karena hadits adalah tentang Rasulullah Saw.

***

Kitab-kitab Tafsir Yang Bagus Berbahasa Arab

Mungkin ada satu dua kitab tafsir yang bagus yang ditulis dengan bahasa selain Arab. Misalnya Tafsir al-Furqon, peninggalan Tuan A. Hassan. Atau Tafsir al-Azhar yang ditulis oleh Buya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Juga Tafsir an-Nur, karya Prof. Hasbi ash-Shiddiqie. Demikian pula Tafsir al-Mishbah, buah karya Prof. Quraish Shihab.

Tidak ragu lagi. Ketiganya merupakan contoh terbaik kitab-kitab tafsir yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Namun bila kita mampu berbahasa Arab dengan baik, maka kita punya kesempatan untuk merujuk kitab-kitab tafsir yang menjadi rujukan semua penulis kitab tafsir di atas.

Tafsir ath-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir,  Tafsir al-Jalalain, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir Sayyid Quthb, Tafsir Ibnu ‘Asyur. Semuanya berbahasa Arab.

Oh ya, memang banyak di antara kitab-kitab tafsir itu sudah ada terjemahannya. Namun sudahkan kita membaca terjemahannya. Bila kita mampu membandingkan, antara hasil terjemahan dan kitab aslinya. Tentu tetap nikmat yang asli.

Maka sekali lagi, kita wajib pintar bahasa Arab.

Baca pula:

Terjemah Al-Qur’an Itu Termasuk Penafsiran Al-Qur’an

***

Syarah Hadits Yang Hebat Berbahasa Arab

Selain tafsir. Semua kitab syarah hadits yang bagus itu ditulis dengan bahasa Arab. Syarah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, dan seterusnya. Ditulis menggunakan bahasa Arab.

O ya, juga sudah ada terjemahannya. Namun seperti yang kami sampaikan di atas. Tetap lebih nikmat yang asli.

Bukan rahasia lagi. Bila sebuah kitab terjemah itu kadang penerjemah bekerja dengan target yang ketat. Dalam waktu sekian minggu harus sudah selesai sekian halaman. Padahal belum tentu dia bisa memahami setiap kata dan kalimat yang ada dalam kitab. Maka boleh jadi dalam banyak kesempatan akan diterjemahkan sepahamnya saja. Semampunya saja.

Bila penerjemah keliru memahami teks aslinya, maka keliru pula pemahaman orang yang membaca hasil terjemahan itu.

Padahal banyak sekali ungkapan bahasa Arab yang tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Karena bahasa adalah budaya. Bukan sekedar kata-kata atau mufradat.

Sehingga bukan hal yang aneh. Bila seorang penerjemah bisa memahami teks aslinya. Namun tidak mampu mengalihbahasakan dengan baik dan benar.

Kok tahu? Yah karena kami juga pernah menjadi seorang penerjemah.

Maka, tidak salah lagi. Kita wajib pandai bahasa Arab. Jangan mengandalkan terjemahan orang lain.

***

Fiqih dan Ushul Fiqih Baru Bisa Dipahami Setelah Pandai Bahasa Arab

Selain kitab tafsir dan syarah hadits. Semua kitab fiqih dan ushul fiqih yang bagus dan hebat itu juga ditulis dengan bahasa Arab.

Apakah tidak ada kitab fiqih dan ushul fiqih yang bagus dan hebat. Yang ditulis dengan bahasa Indonesia?

Saya yakin tidak ada. Karena banyak pembahasan yang tidak bisa diterangkan dengan bahasa selain Arab.

Karena dalam banyak pembahasan fiqih dan ushul fiqih itu berkaitan secara langsung dengan bahasa Arab. Seperti pembahasan ‘am, khash, muthlaq, muqayyad, dan seterusnya. Kalau diterangkan dengan bahasa Indonesia, dan tidak paham bahasa Arab. Mustahil bisa paham dengan baik.

***

Jadi…

Belajar bahasa Arab sampai mahir?

Harus dong…

Karena ia adalah kunci bagi ilmu-ilmu keislaman…

Bismillah…

Pasti ada jalan…

Allahu a’lam.

Tags:

2 thoughts on “Bahasa Arab Bahasa Al-Qur’an Kunci Ilmu Keislaman

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.