SHOPPING CART

close

Hati-hati Inilah Beberapa Kesalahan Waktu Berpuasa

Ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh umat Islam ketika berpuasa, sehingga tujuan puasa tidak bisa tercapai secara optimal, bahkan kehilangan makna.

Berikut ini beberapa kesalahan dimaksud:

1. Tidak Menahan Diri dari Perbuatan Dosa

Makan itu salah satu contoh perbuatan mubah, alias halal. Ghibah itu contoh perbuatan haram. Selama berpuasa, kita dilarang makan yang pada dasarnya adalah perbuatan mubah. Tapi ternyata banyak di antara kita yang berpuasa, sementara dia tetap berghibah. Dia meninggalkan yang mubah, tapi malah mengerjakan yang haram.

Banyak orang berpuasa, namun selama berpuasa itu dia tidak berusaha berhenti melakukan dosa. Meskipun berpuasa, ia tetap nampak berboncengan kesana-kemari dengan pacar. Berpuasa, namun ia tetap mencontek di ruang ujian. Meskipun berpuasa, ia tetap melakukan korupsi.

Tidak batal namun sia-sia

Orang yang demikian, secara hukum puasanya tidak batal, tapi ia telah kehilangan hakekat puasa. Orang seperti itu sama dengan seorang mahasiswa yang tetap rajin masuk kelas. Tapi di kelas tidak ada yang dia kerjakan selain ber-sms-an dengan pacar. Selama perkuliahan dia berpura-pura mengetik, padahal sedang sibuk dengan game on line. Dia tetap dihitung hadir, karena datang ke kelas. Tapi sesungguhnya dia tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari kuliah, selain dihitung hadir tadi.

Dalam hal inilah, Rasulullah Saw. memberikan penjelasan, bahwa Allah tidak memperhatikan puasa seorang hamba yang tidak meninggalkan perbuatan dosa. Beliau bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ .

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan haram, maka Allah tidak peduli apakah dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

Dalam kesempatan yang lain, beliau juga bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ .

“Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi hanya mendapatkan rasa lapar.” (HR. Ahmad)

Oleh karena itu, sudah sepantasnya orang yang sedang berpuasa dari perbuatan yang sebenarnya mubah (makan dan minum), juga berpuasa dari perbuatan-perbuatan yang haram (ghibah dan yang lainnya).

2. Tidak Menahan Lisan

Karena kebiasaan sehari-hari, banyak orang Islam yang tidak bisa mengendalikan lisannya dengan baik. Sehingga di bulan yang begitu agung dan di saat yang begitu baik, ia tetap berkata-kata kotor dan tercela. Yang demikian itu tentu saja menjadikan puasanya kehilangan makna.

Dalam konteks inilah Rasulullah Saw. memberikan pesan kepada kita yang secara khusus untuk mengendalikan lisan sebaik-baiknya.

Beliau berpesan:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّيْ صَائِمٌ ، إِنِّيْ صَائِمٌ .

“Puasa itu bukan hanya menahan makan dan minum. Puasa itu juga harus menahan diri dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor. Bila seseorang memaki atau berbuat buruk padamu, hendaknya engkau mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Dalam redaksi yang lain, Rasulullah Saw. bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ .

“Puasa itu merupakan tameng (dari api neraka). Oleh karena itu, hendaknya orang yang sedang berpuasa itu tidak berkata kotor, dan berperilaku seperti orang bodoh. Bila seseorang menyerang atau memakinya, hendaknya dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari)

3. Tidak Menahan Pandangan

Tidak jarang kita perhatikan, baik orang lain maupun diri kita sendiri, ketika berpuasa tidak menjaga pandangan dengan baik. Apalagi di “era keterbukaan” seperti sekarang, sungguh tidak mudah menjaga pandangan, baik di luar rumah maupun di dalam rumah.

Di luar rumah

Di luar rumah dengan mudahnya kita mendapati para wanita, baik muslimah maupun non-muslimah, yang dengan bangga memperlihatkan aurat.

Memang bila kita bandingkan di zaman orde baru, di era reformasi ini semakin banyak muslimah yang berjilbab. Untuk itu kita patut bersyukur.

Namun juga masih banyak wanita berjilbab dengan pakaian yang super ketat. Berjilbab tapi baju dan celananya amat ketat.

Mereka menonjolkan lekuk tubuhnya yang menggoda bagi setiap laki-laki, baik yang masih sehat maupun yang sudah tidak sehat.

Di dalam rumah

Di luar rumah demikian keadaannya, tapi di dalam rumah ternyata lebih menggoda. Bisa dibilang setiap pembawa acara selalu berpenampilan menggoda. Demikian pula para bintang tamu yang diundang, mereka datang dengan penampilan yang sama saja, atau malah lebih parah.

Itu semua menjadikan puasa menjadi lebih berat di zaman sekarang.

Apabila para shahabat dahulu menghadapi godaan puasa berupa cuaca padang pasir yang amat panas. Justru kita sekarang menghadapi godaan berupa para wanita cantik yang berpenampilan seksi.

Mana yang lebih berat, insya’ Allah lebih besar pahalanya. Itu kalau berhasil melawan godaan itu. Namun bila tidak berhasil, tentu puasa pun menjadi sia-sia.

Rasulullah Saw. bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ .

“Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi hanya mendapatkan rasa lapar.” (HR. Ahmad)

Oleh karena itu, bila tidak ingin puasa menjadi sia-sia, sudah sepantasnya kita berusaha menjaga pandangan dengan sebaik-baiknya. Memang tidak mudah, tapi kita mesti berusaha secara sungguh-sungguh.

4. Terlalu Banyak Tidur

Ketika berpuasa, tidak sedikit orang Islam yang terlalu banyak tidur. Karena habis bergadang semalaman, menonton televisi, atau hanya mengobrol dengan teman-teman, sehingga ia kurang istirahat. Jadilah siang hari sebagai waktu istirahatnya.

Tidur merupakan kegiatan yang bersifat mubah. Secara hukum fikih, tidur sepanjang siang hari di bulan Ramadhan itu tidak masalah, asal dia tetap melaksanakan shalat dan kewajiban lain sesuai waktu yang telah ditentukan. Namun tidur yang terlalu banyak jelas bukanlah sifat yang terpuji, baik di bulan-bulan biasa, apalagi di bulan Ramadhan.

Pada bulan Ramadhan ini semua yang berkaitan dengan kebajikan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, seperi umrah yang berpahala seperti haji. Sehingga aroma mulut orang berpuasa yang sebenarnya demikian tidak sedap, di sisi Allah lebih harum daripada aroma parfum.

Semua itu menunjukkan kemuliaan Ramadhan. Oleh karena itu, terlalu banyak tidur di waktu berpuasa itu bisa dikategorikan sebagai sebuah kesalahan.

5. Berenang dalam Keadaan Puasa

Ketika berpuasa, apalagi puasa Ramadhan, hendaknya kita menghindari aktivitas yang kemungkinan besar membuat kita makan dan minum secara tidak sengaja. Berenang adalah contoh aktivitas yang kemungkinan besar membuat kita minum secara tidak sengaja, apalagi bagi kita yang masih belajar berenang. Bagi orang yang masih belajar berenang, bisa dipastikan dia akan minum air kolam setiap kali berenang.

Memang benar, bahwa berenang itu merupakan salah satu olahraga yang secara khusus diperintahkan oleh Rasulullah Saw. Secara ilmiah berenang juga merupakan olahraga yang paling sehat. Namun berenang ketika berpuasa, sama dengan pepatah: Bermain air, basah. Bermain api, terbakar. Maka juga bisa kita buat pepatah baru: Puasa berenang, batal.

Namun hendaknya di sini dipahami, bukan berarti orang yang berenang itu secara otomatis puasanya batal. Tapi kesengajaan orang itu berenang dalam keadaan berpuasa itu sama dengan dia menantang resiko untuk membatalkan puasa.

6. Tidak Menjaga Keseimbangan dalam Beraktivitas

Karena semangat yang meluap-luap, kadang-kadang kita amat bersemangat berolahraga, padahal kita sedang berpuasa. Dengan sebab itu, kemudian kita menjadi kehabisan tenaga sebelum tengah hari. Lalu sebagai akibatnya kita tidak bisa mengerjakan tugas-tugas yang mestinya menjadi prioritas di bulan Ramadhan. Atau jangan-jangan malah terpaksa berbuka sebelum waktunya. Na’ûdzu billâh min dzâlik

Sikap demikian tentu bukan pilihan yang tepat. Selama berpuasa kita tetap diperbolehkan mengerjakan berbagai aktivitas, apalagi yang bermanfaat, tapi hendaknya tetap dengan menjaga keseimbangan.

Bila di antara kita ada yang biasa olahraga dengan lari-pagi beberapa kilometer misalnya, tentu sebaiknya untuk sementara di bulan puasa kegiatan itu diliburkan dulu. Demikian pula olahraga bersepeda dengan jarak tempuh hingga puluhan kilometer, juga sebaiknya diliburkan dulu. Tapi kita bisa menyiasatinya dengan melakukan aktivitas-aktivitas berat tersebut di sore hari, terutama menjelang waktu berbuka. Sehingga ketika rasa haus begitu menyengat, kita pun bisa segera berbuka.

Namun demikian, janganlah tenaga benar-benar dikuras, mengingat kita masih memiliki beberapa agenda setelah berbuka, seperti shalat Maghrib, shalat Isya’ dan shalat Tarawih. Dengan selalu menjaga keseimbangan dalam beraktivitas, insya’ Allah berbagai agenda spesial Ramadhan bisa terlaksana dengan aman dan nyaman.

7. Melakukan Hubungan Suami-Isteri

Karena minimnya pengetahuan tentang puasa, boleh jadi ada orang Islam yang sedang berpuasa, tapi melakukan hubungan suami-isteri dalam keadaan berpuasa itu.

Sama dengan makan dan minum

Melakukan hubungan suami-isteri itu merupakan salah satu larangan yang membatalkan puasa, sama dengan makan dan minum.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Swt. berfirman:

الصَّوْمُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِى .

“Puasa itu untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya. Dia meninggalkan syahwat, makan, dan minum demi Aku.” (HR. Bukhari)

Yang dimaksud dengan meninggalkan syahwat dalam hadits itu adalah hasrat seksual. Oleh karena itu, ketika seorang muslim berpuasa, maka dia tidak diperkenankan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan hasrat seksual. Puasa menjadi batal, apabila dia melakukan hubungan suami-isteri, atau sengaja mengeluarkan air mani.

Sanksi bagi yang melanggar

Demikian serius larangan hubungan suami-isteri itu, dalam ajaran Islam, orang yang melanggar larangan itu mendapatkan hukuman tertentu. Hukuman itu berupa kewajiban bagi pelaku untuk membebaskan seorang hamba sahaya. Bila tidak ada hamba sahaya, dia diwajibkan berpuasa selama dua bulan, dan harus dilakukan secara berturut-turut. Bila tidak mampu melakukannya, dia wajib memberi makan enam puluh orang miskin.

Hadits

Mengenai pelanggaran dan hukuman bagi aturan ini, terdapat sebuah kisah yang menarik. Marilah kita simak kisah ini yang berupa hadis sebagai berikut:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : هَلَكْتُ, فَقَالَ : وَمَا ذَاكَ ؟ قَالَ : وَقَعْتُ بِأَهْلِى فِى رَمَضَانَ, قَالَ : تَجِدُ رَقَبَةً ؟ قَالَ : لاَ , قَالَ : فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ ؟ قَالَ : لاَ, قَالَ : فَتَسْتَطِيعُ أَنْ تُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا ؟ قَالَ : لاَ, قَالَ : فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ بِعَرَقٍ – وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ – فِيهِ تَمْرٌ . فَقَالَ : اذْهَبْ بِهَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ . قَالَ : عَلَى أَحْوَجَ مِنَّا يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ وَالَّذِى بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ مِنَّا . قَالَ : اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Seseorang menemui Rasulullah Saw. dan berkata, “Celakalah aku.” Beliau bertanya, “Ada apa?” Orang itu menjawab, “Aku mencampuri isteriku ketika puasa Ramadhan.”

Beliau bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak?” Dia menjawab, “Tidak.”

Beliau bertanya, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Dia menjawab, “Tidak.”

Lalu beliau bertanya, “Apakah engkau mampu memberi makan enam puluh orang miskin?” Dia menjawab, “Tidak.”

Lalu datanglah seseorang dari Anshar dengan membawa sekeranjang tamar (kurma kering).

Beliau bersabda, “Bawalah ini dan bersekahlah dengannya.”

Orang itu bertanya, “Apakah untuk orang yang paling membutuhkannya di antara kami, wahai Rasulullah? Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, tidak ada keluarga di seluruh kota ini yang lebih membutuhkannya daripada kami.”

Beliau bersabda, “Pergilah. Dan berikan kurma itu kepada keluargamu.” (HR. Bukhari)

Orang itu telah melanggar larangan yang amat serius dalam berpuasa, yang mana puasa Ramadhan merupakan salah satu pondasi agama Islam. Tapi karena etikad baiknya, dia malah memperoleh rezeki.

Subhânallâh, Maha Suci Allah…

_______________

Sumber:

Buku Kesalahan-kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Puasa dan Zakat, oleh Ahda Bina A., Lc. 

Tags:

0 thoughts on “Hati-hati Inilah Beberapa Kesalahan Waktu Berpuasa

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.