SHOPPING CART

close

Buku: Jurus Jitu Mendidik Anak Saleh dan Salehah

Tiap membaca koran atau menyimak siaran berita televisi, kita merasa demikian sedih dan prihatin atas kondisi generasi muda tanah air. Aneka ragam kenakalan mereka lakukan, sebagian dengan takut-takut, tapi sebagian yang lain sudah terang-terangan. Namun ternyata ada yang lebih menyedihkan, yaitu sikap para orang tua yang terkesan tidak mau tahu, bahkan menganggap semua itu wajar-wajar saja.

Tes kegadisan

Sebagai contoh kecil, kita tentu masih ingat dengan rencana sebuah sekolah yang akan mengadakan tes kegadisan kepada para siswinya. Bagi para siswi yang masih gadis, tes seperti itu tidak akan membawa masalah, atau malah akan menambah nilai positif bagi pribadi dan keluarganya. Namun bagi para siswi yang tidak lagi gadis, tes tersebut jelas akan menjatuhkan bahkan menghancurkan harga diri dan keluarganya. Dan ternyata demikian banyak pihak yang berkeberatan dengan tes tersebut, termasuk Bapak Menteri Pendidikan.

Banyaknya pihak yang menolak rencana tersebut, apapun alasannya, telah membuat hati kita miris. Ibarat sedang sakit, kita demikian takut apabila harus mengetahui seberapa parah penyakit yang sedang kita derita. Namun tentu bukan sikap yang bijak, bila kita hanya bisa menyalahkan sembari mencari kambing hitam, siapakah pihak yang harus bertanggung jawab atas masalah ini. Lebih baik kita segera mencari solusi, dan melaksanakan langkah-langkah nyata untuk menyelamatkan generasi masa depan. Dan itu bisa kita mulai dari keluarga, yaitu anak-anak kita sendiri. Baik anak kandung, anak asuh, maupun anak didik kita. Baik di rumah, di panti asuhan, di sekolah, di pondok pesantren, di asrama, maupun di kampus.

Isi Buku

Buku sederhana ini merupakan salah satu wujud perhatian kita bersama kepada generasi yang akan datang. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Apakah kita akan mengharapkan pertolongan dari bangsa lain, yang ternyata nasib generasi mudanya jauh lebih tragis? Atau kepada pihak lain yang jelas-jelas memiliki niat tidak baik kepada generasi impian kita?

Anak yang rajin shalat, memperoleh kemudahan dalam menghafal surat-surat al-Qur’an, dan berbakti kepada orang tua. Apa yang lebih menggembirakan dari semua itu, selain hadirnya ketenteraman dan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat, bahkan berbangsa dan bernegara. Dengan ketiganya, setelah izin dari Allah I, anak-anak kita pun akan menjadi relatif lebih aman dari jangkauan berbagai macam penyakit sosial yang amat berbahaya dan mengerikan.

Anak adalah ujian

Sebagai ujian, anak berpotensi untuk mengangkat derajat kedua orang tua. Namun sebaliknya, anak juga bisa menjatuhkan derajat orang tua.

Allah I berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim, dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan al-Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik. (al-Hadîd: 26)

Ulul Azmi

Dalam ayat di atas, Allah menyebutkan dua orang nabi-Nya yang mulia, yaitu: Nabi Nuh AS dan Nabi Ibrahim AS. Dibandingkan dengan nabi-nabi yang lain, kedua nabi tersebut memiliki derajat yang lebih tinggi bersama tiga nabi yang lain, yaitu: Nabi Musa AS, Nabi ‘Isa AS, dan Nabi Muhammad Saw.  Mereka berlima ini yang biasa disebut oleh para ulama sebagai Ulul Azmi.

Namun seperti disebutkan dalam ayat di atas, jabatan sebagai nabi pun bukan jaminan bahwa anak-anak mereka akan menjadi anak-anak yang saleh. Di antara keturunan Nabi Nuh AS dan Nabi Ibrahim AS ada yang saleh, namun juga banyak yang fasik.

Allah SWT menyebutkan hal itu, bahkan diabadikan dalam al-Qur’an, lalu dibaca oleh kaum muslimin sampai hari kiamat, tentu ada maksud dan tujuan yang besar. Bagaimana pun salehnya diri kita, hal itu bukan jaminan bahwa anak-anak kita juga akan menjadi anak yang saleh. Sekaligus kabar gembira, bahwa tidak mustahil orang tua yang bagaimana pun rendahnya akan menurunkan anak-anak yang mulia.

Lalu di manakah kedudukan kita berada?

Asma Binti Muhammad Beltaji

Selama menyelesaikan buku ini, di negeri yang penulis sempat menimba ilmu di sana selama lima tahun (Mesir), sedang terjadi peristiwa yang sungguh dahsyat. Militer melakukan kudeta atas pemerintahan yang lahir melalui pemilu paling demokratis sepanjang sejarah Mesir modern. Namun jutaan rakyat Mesir melawan kudeta itu dengan demonstrasi damai.

Karena tidak mampu membubarkan para demonstran dengan intimidasi dan teror, akhirnya junta militer melancarkan kekerasan. Akibatnya, hanya dalam hitungan hari saja, sekian ribu orang tak bersenjata tewas diterjang peluru tajam dengan luka menganga pada bagian kepala atau organ tubuh vital lainnya.

Di antara para korban kebrutalan tentara junta militer itu adalah seorang gadis yang masih beliau. Usianya baru 17 tahun. Dia bernama Asma, putri semata wayang seorang milyuner dan tokoh gerakan Islam Mesir, Muhammad Beltaji.

Anak yang berlomba dengan ayahnya

Sebagai teladan bagi para pejuang kebebasan dan keadilan di mana pun berada, Muhammad Beltaji tidak pernah menangisi kematian putri yang pasti amat dikasihinya. Malah dalam surat terbukanya kepada sang putri di antaranya dia menulis:

“Dua malam sebelum kau dibunuh, dalam mimpi aku melihatmu dengan gaun pengantin putih, dan kau terlihat begitu cantik.  Ketika kau berbaring di sampingku, aku bertanya, “Apakah ini malam pernikahanmu?” Kau menjawab, “Waktunya adalah sore hari, Ayah. Bukan malam.” Ketika mereka bilang kau dibunuh pada Rabu sore, aku mengerti apa yang kau maksud, dan aku tahu Allah telah menerima jiwamu sebagai martir. Kau memperkuat keyakinanku bahwa kita berada di atas kebenaran, dan musuh kita berada pada kebatilan.”

Bila semua informasi di atas benar, ada banyak pelajaran yang bisa kita terima dari Asma dan ayahnya. Di antaranya, tentang perlombaan antara seorang ayah dan putrinya dalam menegakkan kebenaran dan melawan kebatilan, dengan kematian di jalan Allah sebagai hadiah utamanya. Dan ternyata, sang putrilah yang memenangkan perlombaan tersebut. Juga tentang ketegaran seorang ayah, yang bahkan kematian putrinya semakin mengokohkan tekadnya melanjutkan langkah-langkah perjuangan melawan kebatilan. Juga tentang kisah seorang gadis belia yang meninggalkan hikmah luar biasa bagi aktivis kemanusiaan seluruh dunia.

Kemudian, di manakah kedudukan kita berada?

Memberikan pendidikan terbaik

Perjuangan kita dalam mendidik anak adalah sama dengan perjuangan kita memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak didik kita di sekolah atau di kampus. Guru atau dosen yang benar-benar berhasil adalah para pengajar dan pendidik yang mampu melahirkan pribadi-pribadi yang lebih baik dari dirinya sendiri. Demikian pula, orang tua yang benar-benar sukses adalah orang tua yang mampu mempersiapkan generasi yang lebih baik daripada dirinya sendiri.

Dan sekali lagi, di manakah kedudukan kita berada?

Mari tundukkan hati dan tengadahkan kedua tangan pada-Nya

Di penghujung pertemuan ini, marilah sejenak kita tundukkan hati dan hadirkan kesadaran di hadapan Allah SWT. Kita berdoa dengan doa-doa yang pernah dilantunkan oleh dua orang nabi yang amat mulia, yaitu: Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Dengan doa ini mereka memohon kepada Allah SWT beberapa permohonan yang secara akal manusia mustahil untuk diampuni. Di tengah padang pasir yang tandus, mereka memohon rezeki berupa buah-buahan. Di tempat yang demikian jauh dari pusat peradaban, mereka memohon diturunkannya diutus seorang nabi.

Dengan kekuasaannya, Allah SWT mengabulkan doa kedua nabi yang mulia ini. Meskipun tetap didominasi oleh padang pasir, penduduk Mekah dengan mudah mendapatkan buah-buahan dan segala fasilitas hidup yang serba mudah. Bangunan Ka’bah yang demikian sederhana, menjadi pusat keyakinan orang-orang yang beriman seluruh penjuru dunia. Bangsa Arab yang semula terbelakang dalam semua bidang, kemudian mampu memberikan sumbangsih terbesar dalam sejarah peradaban manusia. Yang semua itu merupakan berkah yang Allah limpahkan setelah mengutus nabi terbesar, Muhammad SAW.

al-Baqarah: 126-129

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini sebagai negeri yang aman sentausa. Dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”

 “Wahai Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

 “Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang tunduk patuh kepada-Mu, dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu. Dan tunjukkanlah kepada kami tata-cara ibadah kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

 “Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka. Yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu. Dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur’an), dan al-Hikmah (as-Sunnah), serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”

Amîn, amîn, amîn

Wa shallâhu ‘alâ nabiyyinâ wa habîbinâ muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi ajma’în

Wal-hamdu lillâhi rabbil ‘âlamîn

***

Buku: Jurus Jitu Agar Anak Rajin Shalat, Cepat Hafal al-Qur’an & Berbakti kepada Orangtua.

Tags:

11 thoughts on “Buku: Jurus Jitu Mendidik Anak Saleh dan Salehah

Tinggalkan Balasan ke Jurus Jitu Menumbuhkan Kasih Sayang Anak pada OrangtuaBatalkan balasan

Your email address will not be published.