SHOPPING CART

close

Cara Menabung Yang Istiqamah Sekaligus Investasi Yang Benar

Banyak orang yang menabung hanya bila ada sisa belanja bulanan. Artinya, bila di akhir bulan tidak ada sisa belanja, ya tidak usah nabung…

Inilah di antara contoh menabung yang perlu dipertimbangkan ulang. Karena dengan cara ini, menabung tidak bisa istiqamah. Sehingga juga tidak nyunnah

***

A. Cara menabung supaya bisa istiqamah

Sesuatu yang dilakukan secara asal-asalan pasti akan memberikan hasil yang tidak memuaskan, bahkan mengecewakan. Untuk itu perlu perencanaan yang baik dan evaluasi dari waktu ke waktu. Inilah pengalaman keluarga saya sendiri bagaimana menabung yang menyenangkan dan menghasilkan itu. Semoga bermanfaat.

1. Mulai dari yang paling ringan

Sisihkan penghasilan sekian persen sesuai kemampuan untuk ditabung. Bisa dua persen, lima persen, sepuluh persen, atau dua puluh persen. Lalu habiskan sisanya.

Misalnya penghasilan bulanan 2.000.000 rupiah. Target menabung 10 persen. Berarti kita sisihkan 200.000. Sisanya 1.800.000 bisa kita habiskan untuk keperluan bulan itu.

Secara teori hal ini kelihatan mudah. Namun prakteknya harus banyak latihan dan disiplin yang tinggi. Bagi yang belum pernah menabung, sebaiknya dimulai dari yang terkecil dulu, misalnya dua persen. Kalau berhasil, bulan depan bisa ditingkat, misalnya jadi lima persen. Tapi jangan dipaksakan. Bisa menyesuaikan kebutuhan keluarga, karena kebutuhan tiap bulan itu tidak sama.

**

2. Kenali pengeluaran bulanan, tahunan, hingga lima tahunan

Kebutuhan keluarga tiap bulan itu tidak sama. Ada bulan-bulan tertentu di mana pengeluaran kita lebih banyak daripada bulan-bulan yang lain. Seperti bulan Agustus, di mana anak-anak naik kelas. Mereka perlu buku pelajaran baru, alat tulis, tas sekolah, hingga biaya her-registrasi di sekolah. Demikian pula pada bulan Januari, waktu pergantian semester, meskipun tidak sebanyak di bulan Agustus.

Itu baru berkaitan dengan sekolah anak. Lalu ada bulan Ramadhan yang konon juga disebut bulan puasa. Namun nyatanya kita umat Islam malah lebih banyak makan-minum pada bulan itu. Lalu diakhiri dengan acara mudik lebaran yang menelan biaya tidak sedikit. Tidak lama kemudian datang idul qurban, kita pun bersiap untuk beli satu ekor kambing. Biaya lagi.

Bila anak sudah lulus SD, tentu berikutnya juga perlu melanjutkan ke SMP. Kita perlu menyiapkan biaya yang cukup besar untuk bayar DPP (uang pangkal)-nya. Apalagi bila anak diterima di sekolah unggulan yang pasti mahal. Di mana sekarang bukan hal yang asing, biaya DPP sekolah SMP atau SMA itu bisa jauh lebih mahal daripada DPP kuliah.

Bila tidak dipersiapkan dengan baik, ekonomi keluarga bisa kacau-balau dengan datangnya momen-momen spesial ini. Yang seakan datang seperti bom waktu yang tidak pernah diharapkan, padahal pasti akan datang. Kita siap maupun tidak siap. Maka alangkah baiknya bila kita sudah mempersiapkannya dengan rapi dan terencana, namun tetap fleksibel.

Baca Juga:

Bolehkah Orang Yang Belum Bekerja Itu Menikah?

**

3. Sikap fleksibel itu bukti beriman

Ada saatnya kita bersikap alot dan kaku, namun juga adakalanya kita harus bersikap luwes dan fleksibel. Termasuk yang berkaitan dengan keuangan keluarga. Ada saat tertentu kita harus mengeluarkan biaya tambahan, padahal pemasukan tidak bertambah. Seperti ketika ada anggota keluarga atau kerabat sakit, dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bahkan sampai menguras tabungan kita. Di sinilah peranan iman itu sangat terasa kita perlukan.

Allah ar-Raziq

Dia-lah Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Kita setiap hari bekerja itu merupakan bagian dari ibadah, pengabdian melaksanakan perintah-Nya. Supaya Allah tidak murka pada kita. Hasil pekerjaan sepenuhnya kita serahkan pada-Nya. Dia-lah yang akan menentukan berapa pantasnya kita memperoleh pemasukan pada bulan itu. Adapun atasan kita, para pelanggan kita, sesungguhnya sekedar distributor atau perantara bagi rezeki yang akan kita peroleh.

Inilah inti keimanan dalam bekerja sebagai apapun diri kita. Bila kita gagal memahami dan meyakini hal ini, maka hidup kita akan penuh dengan kebingungan dan ketakutan, karena ketidakpastian rezeki yang kita peroleh. Oleh karenanya, kita tidak punya pilihan lain. Kita tanamkan kuat-kuat keyakinan tersebut. Sehingga kita tetap memiliki keyakinan, bahwa semua yang pahit itu pasti ada akhirnya. Semua yang manis juga ada akhirnya. Maka yang terpenting bukan pada pahit atau manisnya, namun pada bagaimana sikap kita pada keadaan pahit dan manis itu, sehingga tetap berakibat pada kemuliaan.

Teladan bagi Anak-anak

Adakalanya kita harus berkorban dalam arti merugi secara ekonomi. Namun kita telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi anak-anak. Dan tidak usah mengharapkan balasan dari siapapun, meskipun sekedar ucapan terima kasih. Karena Allah pasti akan mencatat dan membalasnya dengan tercukupinya seluruh kebutuhan kita hingga anak-cucu kita nanti.

Jangan pernah meragukan hal ini sedikit pun, meskipun harus sedikit dipaksakan. Bahkan diri saya sendiri pun seringkali sampai sekarang harus saya yakinkan tentang hal itu. Saya harus yakin. Bila tidak yakin, berarti saya sudah suuzhan pada Allah. Yang Maha Adil, Yang Maha Pemberi Rezeki. Yang Maha Kasih, Yang Maha Kuasa. Dan seterusnya… Harus yakin…

Di sinilah ada keseimbangan nyata, antara usaha seratus persen dan tawakal seratus persen. Dan kita pun hidup dalam keseimbangan nikmat, antara pahitnya kopi dan manisnya gula. Bahkan hingga lezatnya kopi tanpa gula sekalipun, karena lidah kita sudah mampu beradaptasi dengan baik.

**

4. Di mana menyimpan hasil tabungan?

Sebisa mungkin hasil tabungan itu jangan dicampur dengan uang belanja, ataupun satu rekening dengan uang belanja. Bisa habis tanpa terasa. Itulah pengalaman pribadi keluarga saya.

Oleh karena itu, kita sendirikan hasil tabungan itu dengan baik. Kalau bisa kita bikin rekening baru. Atau taruh di tempat yang “jauh dari jangkauan”, misalnya celengan plastik dari botol bekas air mineral, atau kaleng bekas yang ditutup rapat dan dikasih lubang sendiri. Yah pengiritan kalau tidak mau beli celengan yang bagus. Alhamdulillah, semuanya pernah saya lakukan.

Silakan baca juga:

Inilah Tips Cara Mudah Bagaimana Menagih Hutang

***

B. Menabung dan Langsung Investasi

Setelah beberapa bulan bisa menabung secara istiqamah, mestinya telah terkumpul beberapa ratus ribu, bahkan mungkin sampai hitungan juta rupiah. Nah, waktu itulah kita mulai berpikir tentang investasi.

Investasi tidak harus langsung banyak. Justru ketika masih sedikit itu, kita punya kesempatan untuk belajar cara berinvestasi yang benar.

1. Investasi emas perhiasan

Investasi yang paling menyenangkan adalah kita belikan emas perhiasan. Istri saya paling senang dengan model investasi ini. Ke sana kemari dia bisa pamer cincin baru, gelang baru. Kalau kalung ndak bisa, karena tertutup jilbab. Jadi hanya bisa pamer kepada suami, tapi biasanya tidak terlalu menarik, karena pamernya cuma untuk satu orang.

Memang keuntungan dari investasi emas perhiasan ini tidak bisa banyak. Malah kadang bisa rugi, khususnya bila diuangkan tidak lama setelah beli. Misalnya karena bosan atau rusak/patah. Atau karena sebuah keperluan yang mendesak. Tapi tidak masalah. Kan sudah untung pakai cukup lama.

Investasi hasil tabungan dalam bentuk emas perhiasan itu lebih aman, daripada disimpan dalam bentuk uang tunai. Terlalu banyak godaan. Lalu sedikit demi sedikit uang hasil tabungan itu pun berkurang untuk berbagai pengeluaran yang sebenarnya tidak mendesak. Atau karena sudah kelihatan cukup banyak, maka semangat menabung malah berkurang.

Oleh karena itu, investasi uang tabungan dalam bentuk emas perhiasan tetap pilihan yang cukup baik. Sekaligus kita niatkan untuk membahagiakan istri tercinta yang selama ini juga sudah banyak berkorban dan tulus setia memberikan kebahagiaan pada keluarga.

**

2. Belikan emas koin

Kalau mau lebih sedikit kerugian ketika dijual, kita bisa investasikan hasil tabungan dalam bentuk emas koin. Ada yang lima gram, sepuluh gram, hingga batangan. Lalu simpan di tempat yang aman, rahasia, namun mudah terjangkau. Mudah dicek keberadaannya setiap saat.

Istri saya kurang suka dengan model investasi seperti ini. Namun tetap saya lakukan, minimal untuk kebutuhan tak terduga di masa yang akan datang.

Baca Juga:

Uang Laki-laki dan Uang Perempuan: Ragam Manajemen Keluarga

**

3. Belikan tanah kosong di pinggiran kota atau pedesaan dekat kota

Inilah jenis investasi paling sederhana, paling mudah, dan paling aman. Jadi setelah terkumpul uang sekian puluh juta, kita bisa mulai cari kesempatan untuk beli tanah dimaksud.

Sampai sekarang inilah kesenangan saya di waktu luang, sekalian sambil jalan-jalan mengenal lingkungan tempat tinggal. Kita bisa silaturahmi dengan teman-teman yang sudah kita kenal dengan baik sambil menanyakan informasi yang kita perlukan. Atau kita bisa bertemu dengan orang-orang yang sama sekali baru kita kenal. Tambah teman yang baik berarti juga bertambah kesempatan kita untuk memperoleh rizki yang halal.

Untuk investasi dalam bentuk tanah ini tentunya kita juga wajib menambah wawasan tentang seluk-beluk lokasi tanah yang bagus, maupun sertifikat yang sah dan bebas masalah. Jangan sampai kita berniat investasi, namun malah jadi masalah serius di kemudian hari. Untuk itu, jangan lupa untuk shalat istikharah ya…

**

4. Belikan rumah buat kos-kosan atau kontrakan

Bila tabungan sudah lebih banyak, selanjutnya kita bisa investasi dalam bentuk rumah kos-kosan atau kontrakan. Investasi ini lebih menguntungkan daripada tanah kosong yang tidak memberikan hasil sama sekali. Namun hendaknya kita lebih berhati-hati dalam membeli rumah bekas seperti ini.

Jangan sampai kita beli rumah, tapi tidak paham harga rumah. Sehingga kita akan menyesal karena harga beli terlalu mahal. Untuk itu kita bisa minta tolong kepada tukang bangunan terpercaya untuk mengecek kondisi dan kelayakan rumah yang akan kita beli.

Baca Juga:

Jangan Pernah Iri dengan Gaji Besar Tapi Jauh dari Keluarga

***

Penutup

Itulah cara menabung yang benar sekaligus berinvestasi yang insya Allah menguntungkan. Jadi investasi itu merupakan kelanjutan dari kegiatan menabung yang istiqamah. Kalau sudah begitu, mau tidak mau pada akhirnya kesempatan untuk menabung itu akan terasa sebagai kebutuhan dan kesenangan hidup. Bukan lagi sebagai beban dan keharusan yang menyesakkan hati dan pikiran.

Selamat menabung dan berinvestasi ya…

Pasti sukses…

_____________

Bacaan:

Artikel Nazharah al-Islam fil-Maal. Prof. Dr. al-Husain bin Muhammad Syawath dan Dr. Abdul Haq Humaisy.

Tags:

2 thoughts on “Cara Menabung Yang Istiqamah Sekaligus Investasi Yang Benar

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.