SHOPPING CART

close

Hadits Arbain Nawawi (40): Gunakanlah Waktu Sebaik-baiknya

Sebagai orang Jawa kita sering mendengar ungkapan, bahwa hidup ini hanya mampir ngombe (minum). Hal ini menunjukkan betapa singkatnya hidup di dunia dibandingkan kehidupan di akhirat.

Dari situ kita memperoleh pelajaran untuk mempersiapkan kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan setelah datangnya kematian. Kehidupan yang kekal abadi.

Selanjutnya marilah kita simak bersama hadits berikut ini. Semoga Allah Swt. berkenan membukakan pintu ilmu dan hikmah-Nya bagi kita semua.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 38: Jangan Sampai Kita Menyakiti Wali Allah

***

A. Teks Hadits Arbain Nawawi (40)

:عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ

:أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

:وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 40: Gunakanlah Waktu Sebaik-baiknya

***

B. Terjemah Hadits Arbain Nawawi (40)

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Rasulullah Saw. memegang kedua pundakku seraya bersabda:

“Jadilah engkau di dunia seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.”

Selanjutnya Ibnu Umar berpesan:

“Bila kamu sedang di waktu sore, janganlah menunggu datangnya pagi hari. Dan bila kamu sedang di waktu pagi, janganlah menunggu datangnya sore hari. Gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu, dan kehidupanmu untuk kematianmu.”

(HR. Bukhari)

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 41: Menundukkan Hawa Nafsu Syarat Kesempurnaan Iman

***

C. Penjelasan Hadits Arbain Nawawi (40)

Berikut ini beberapa catatan dan keterangan singkat tentang hadits di atas:

1. Hakekat Dunia

Dunia itu berasal dari bahasa Arab, yang berarti paling rendah atau paling dekat. Maksudnya adalah kehidupan yang sekarang. Lawannya adalah akhirat, artinya yang akan datang.

Kehidupan di dunia ini bisa sangat berharga, namun juga bisa tiada harga sama sekali. Tinggal dari sisi mana kita memandangnya.

Dalam suatu kesempatan, Nabi Muhammad Saw. menyebutkan bahwa kenikmatan duniawi ini tidak lebih berharga daripada sayap nyamuk. Hal ini menunjukkan puncak dari kesia-siaan seluruh tujuan hidup yang bersifat duniawi.

Namun di sisi lain, kehidupan di dunia sekarang ini sejatinya merupakan satu-satunya lahan bercocok tanam yang sangat subur. Yang buahnya hanya bisa dipanen di akhirat kelak. Dan hanya petani bodoh yang mencoba memanen buah sebelum waktunya.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 42: Luasnya Pintu Ampunan Allah Swt.

**

2. Orang Asing Yang Numpang Lewat

Nabi Muhammad Saw. memberikan bimbingan kepada kita, bahwa dalam kehidupan dunia ini hendaknya kita bersikap sebagai orang asing. Kita bukanlah penduduk asli di sini. Kita hanyalah seorang turis yang sedang transit beberapa saat, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan kembali.

Orang yang sedang transit itu tetap memerlukan berbagai kebutuhan pokok layaknya seorang penduduk asli. Seperti makan, minum dan sebuah kursi untuk sekedar meluruskan kaki. Namun hati dan pikirannya tetap fokus pada tujuan perjalanan.

Di sinilah sebenarnya kebanyakan kita manusia jadi hilang orientasi. Dunia yang sebenarnya hanya tempat transit malah menjadi lokasi tujuan. Kita sangat nyaman tinggal di dunia ini. Kita begitu terpesona. Hingga berkeinginan untuk menetap di dunia untuk selama-lamanya. Kita pun enggan, bahkan demikian takut untuk melanjutkan perjalanan. Sungguh ajaib, namun demikianlah adanya…

Maka di sinilah Rasulullah Saw. hadir untuk memberikan peringatan yang demikian lembut dan indah bagi kita semua. Beliau memberikan teladan yang sempurna sebagai seorang musafir yang singgah sebentar dalam kehidupan di dunia ini. Dan sekarang beliau menunggu kita semua di sisi Allah Swt.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (1): Niat Menentukan Amal Perbuatan

**

3. Menunggu dan Membunuh Waktu

Karena kehilangan tujuan atau menunggu sesuatu yang tidak pasti. Tidak jarang kita sebagai manusia tidak mampu menghargai waktu dengan baik. Karena tidak tahu harus mengerjakan apa yang bermanfaat. Bahkan sebagian orang pun mengerjakan sesuatu yang sama sekali tidak berguna. Sekedar berusaha untuk membunuh waktu.

Inilah bahayanya waktu.

Sehingga ada ungkapan, bahwa waktu itu bagaikan pedang. Ibaratnya dalam pertarungan dua orang yang sama-sama bersenjatakan sebilang pedang. Bila kita tidak pandai memainkan pedang di tangan, maka pedang yang berada di tangan lawanlah yang akan menebas tubuh kita.

Waktu tidak pernah berhenti. Dia akan terus berjalan lurus ke depan. Dia tidak pantas ditunggu. Karena selalu bersama kita. Dia adalah teman yang paling setia. Bersamanya kita memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun sesama.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (2): Islam Iman Ihsan dan Tanda Kiamat

**

4. Nikmat Paling Indah: Kesehatan

Sehat dan sakit adalah dua saudara yang tidak pernah bertemu. Keduanya silih berganti menemani hidup manusia. Bila yang satu datang, maka yang satu pergi. Dan bila yang satu pergi, maka yang lain pun datang menggantikan menjaga kita.

Secara umum kita lebih menyukai sehat. Namun kita tidak pandai menghargainya. Baru setelah sehat itu pergi, dan datang sakit menggantikan saudaranya, waktu itulah kita sadar dengan indahnya sehat.

Segarnya air wudhu. Nikmatnya gerakan shalat. Segarnya udara pagi. Sedapnya masakan istri. Semua itu hanya bisa kita rasakan apabila tubuh kita sehat. Namun semuanya itu hapus begitu saja, apabila sehat itu pergi dan digantikan oleh sakit.

Maka mumpung sehat itu masih bersama kita, hendaknya kita pandai bersyukur. Kita perbanyak amal kebajikan. Amal saleh. Sebagai bekal kita melanjutkan perjalanan setelah transit sebentar di dunia ini.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (3): Rukun Agama Islam Yang Utama

**

5. Nikmat Terbesar: Kehidupan

Kita manusia adalah makhluk terakhir ciptaan Allah. Yang rencana penciptaannya saja dikabarkan-Nya kepada makhluk yang paling taat dan tidak pernah maksiat, yaitu malaikat. Yang kemudian karena keutamaannya, malaikat pun diperintahkan untuk bersujud kepadanya.

Manusia yang diciptakan dari sari tanah. Kemudian Allah tiupkan padanya sebagian dari ruh-Nya. Yang karenanya Iblis diusir dari surga, sebab dia merasa lebih mulia dan enggan bersujud pada manusia.

Maka kita hidup sebagai manusia adalah kenikmatan sekaligus kemuliaan terbesar yang pernah diberikan kepada makhluk-Nya. Bagaimanapun kesulitan dan cobaan hidup yang kita rasakan, maka menjadi manusia di dunia ini adalah batu lompatan untuk memperoleh kemuliaan yang lebih tinggi lagi. Itulah kehidupan abadi dalam kebahagiaan yang sesungguhnya dengan ridha Allah Swt.

Jadi hidup saja itu sudah merupakan nikmat yang luar biasa. Bila kita tidak mampu mensyukuri hidup ini, maka kita pun akan kesulitan untuk mensyukuri kesehatan, waktu yang lapang, maupun nikmat-nikmat Allah yang lain.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (4): Takdir Perjalanan Hidup Manusia

***

Penutup

Sampai di sini sudah seberapa baikkah kita telah mempersiapkan kehidupan di akhirat itu? Apakah kita lebih sibuk mempersiapkan kesenangan di dunia ini atau kebahagiaan di akhirat kelak?

Demikian beberapa catatan dan keterangan yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini.

Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama. Amin…

_____________________

Bacaan Utama:

Kitab Jami’ al-‘Ulum wal-Hikam. Imam Ibnu Rajab al-Hambali.

hadits-arbain-terjemah

Untuk menyimak hadits arbain yang lain, silakan klik link berikut ini:

42 Hadits Arbain Nawawiyah

Tags:

One thought on “Hadits Arbain Nawawi (40): Gunakanlah Waktu Sebaik-baiknya

Tinggalkan Balasan ke Kitab Arbain Nawawiyah: Super Tipis Namun Sungguh DahsyatBatalkan balasan

Your email address will not be published.