SHOPPING CART

close

Hadits Arbain Nawawi (37): Pahala Amal Selalu Digandakan

Rahmat dan kasih sayang Allah pada hamba-Nya melebihi ukuran manusiawi. Dia Maha Rahmat melebihi perkiraan manusia manapun. Melebihi kasih sayang orangtua kepada anak-anaknya.

Bila ada seorang hamba melakukan satu kebajikan, maka Allah akan menganggapnya minimal sepuluh kali kebajikan. Bahkan hanya berniat baik saja, asal dengan tulus bukan dibuat-buat, Allah telah mencatatnya sebagai satu kebajikan.

Sebaliknya, Allah tidak akan mencatat keburukan seorang hamba sampai dia benar-benar melakukannya. Setelah dia melakukannya, Allah hanya menghitungnya satu keburukan saja. Tidak dilipatkan.

Selanjutnya marilah kita perhatikan hadits di bawah ini dengan baik. Semoga Allah membukakan pintu ilmu dan hikmah-Nya kepada kita semua.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 36: Meringankan Penderitaan Orang Lain

***

A. Teks Hadits Arbain Nawawi (37)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا

عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ

فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً

وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ

  وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً

(رَوَاهُ الْبَخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِيْ صَحِيْحَيْهِمَا بِهَذِهِ الْحُرُوْفِ)

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 38: Jangan Sampai Kita Menyakiti Wali Allah

***

B. Terjemah Hadits Arbain Nawawi (37)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Saw., beliau meriwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi:

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian Dia menjelaskan hal tersebut.

“Siapa yang berniat melaksanakan kebaikan, tapi kemudian tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh.

“Dan bila dia berniat lalu juga melaksanakannya, maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan hingga kelipatan yang lebih banyak.

“Dan bila dia berniat melaksanakan keburukan, tapi tidak jadi melaksanakannya, maka baginya satu kebaikan penuh.

“Sedangkan bila dia berniat melaksanakan keburukan, dan jadi melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.”

(HR. Bukhari dan Muslim dalam kedua kitab shahihnya masing-masing dengan redaksi demikian.)

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 39: Tiga Perkara Yang Dimaafkan Allah Swt.

***

C. Penjelasan Hadits Arbain Nawawi (37)

Kemudian berikut ini beberapa catatan dan keterangan tentang hadits di atas:

1. Kebaikan dan Keburukan Adalah Ketetapan Allah

Untuk mengetahui mana perbuatan baik dan buruk, hendaknya kita kembali kepada wahyu yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Yaitu al-Qur’an dan hadits.

Semua yang Allah dan Rasulullah Saw. perintahkan dan anjurkan, sudah tentu merupakan kebaikan. Adapun yang dilarang, pasti merupakan keburukan.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 40: Gunakanlah Waktu Sebaik-baiknya

**

2. Apakah Akal Manusia Mampu Mencapai Kebenaran?

Di antara sifat dasar manusia adalah bodoh. Oleh karena itulah kita diperintahkan untuk belajar dengan baik. Bahkan belajar merupakan salah satu kewajiban yang tiada pernah henti kita lakukan. Dari sejak dalam buaian hingga liang lahat. Kita belajar dari siapa saja. Karena semua guru sebenarnya hanyalah sarana belajar, yang sama dengan buku dan alat belajar yang lain.

Dengan belajar yang sungguh-sungguh itu, kita telah menghargai salah satu anugerah Allah yang terbesar dalam hidup kita, yaitu: akal sehat. Dengan ilmu dan akal sehat inilah manusia diberikan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan baik dan perbuatan buruk.

Namun demikian, ilmu manusia tetaplah amat sangat terbatas. Memang benar, dengan akal dan ilmu yang Allah berikan manusia mampu mengetahui sebagian kebenaran. Namun kebenaran yang sudah mereka peroleh dengan susah payah selalu ada kemungkinan oleh akal dan ilmu yang kadang berlainan arah.

Maka di sinilah dialog akal dan pemikiran tiada kunjung selesai dari zaman ke zaman. Dari sinilah ada pergulatan pemikiran antara yang haq (kebenaran) dan bathil (kemungkaran) berjalan sepanjang masa.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 41: Menundukkan Hawa Nafsu Syarat Kesempurnaan Iman

**

3. Niat Hamm Azzam Tamanni

Niat itu ada dua macam, yaitu: azzam dan tamanni.

Hamm itu secara umum sama dengan azzam. Namun nampaknya sekarang istilah azzam lebih populer daripada hamm.

Azzam itu sebuah niat yang sudah bulat. Menjadi tekad yang kuat. Dibuktikan dengan langkah-langkah awal sebagai pendahuluan. Yang menuju sesuatu yang telah diniatkan.

Misalnya seseorang yang sudah berazzam untuk pergi haji. Azzam itu dia wujudkan dengan beberapa tindakan, seperti: mulai berhemat dan menabung dengan tertib. Meskipun dia meninggal sebelum berangkat haji. Maka Allah telah menyediakan pahala haji baginya.

Adapun tamanni itu niat yang baru berupa angan-angan. Dia sudah punya gambaran apa yang ingin dilakukan, namun belum yakin akan melakukannya. Sehingga sama sekali belum ada tindakan yang mengarah ke sana. Masih sebatas wacana.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 42: Luasnya Pintu Ampunan Allah Swt.

**

4. Berniat Kebaikan Namun Tidak Jadi Melaksanakan

Orang yang sudah memiliki niat yang kuat atau azzam untuk melakukan  suatu perbuatan baik. Namun belum sempat melakukannya dengan alasan tertentu. Maka Allah sudah mencatatnya sebagai satu kebajikan. Baginya sudah tersedia satu pahala.

Masalah niat ini memang tidak ada yang tahu, melainkan Allah Swt. Jangankan orang lain, pelakunya sendiri tidak tahu pasti apakah niatnya tulus karena Allah atau juga disusupi oleh niat selain Allah.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita selalu berhati-hati dalam menata niat dengan sebaik-baiknya. Yaitu dengan berlatih secara terus-menerus. Berlatih niat yang lurus dan tulus, sebagaimana kita berlatih amalan yang baik dan benar.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (1): Niat Menentukan Amal Perbuatan

**

5. Melakukan Satu Kebaikan

Bila seorang hamba telah berhasil melaksanakan suatu kebajikan secara baik dan benar. Maka Allah menghitungnya sebagai sepuluh hingga 700 kali kebajikan. Bahkan lebih banyak lagi sekehendak Allah.

Hal ini sama dengan seorang petani yang menanam padi. Satu biji padi dengan izin Allah mampu menumbuhkan hingga tujuh batang padi. Di mana setiap batang padi mampu membuahkan hingga seratus butir padi. Seperti itulah Allah “mensyukuri” amal kebajikan seorang hamba-Nya.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (2): Islam Iman Ihsan dan Tanda Kiamat

**

6. Makna 700 Kali Lipat

Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Nabi Muhammad Saw. juga orang Arab. Para shahabat juga orang-orang Arab. Oleh karena itu, Allah pun menggunakan ungkapan yang mampu dipahami oleh orang Arab.

Bila orang Arab menyebutkan sebuah angka, belum tentu yang dimaksud adalah angkanya itu. Namun maksudnya adalah banyak. Hal ini sudah biasa dalam ilmu balaghah, salah satu cabang ilmu bahasa Arab yang khusus membahas teknik atau uslub bahasa.

Yang demikian ini sebenarnya juga mudah kita dapatkan dalam bahasa Indonesia. Misalnya istilah: binatang kaki seribu, mengambil langkah seribu, pusing tujuh keliling, atau celaka dua belas. Semua itu hanya ungkapan yang menunjukkan makna sangat banyak. Bukan jumlah bilangannya.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (3): Rukun Agama Islam Yang Utama

**

7. Berniat Keburukan Namun Tidak Jadi Melakukan

Demikianlah kesempurnaan akan kemurahan Allah. Bila seorang hamba berniat untuk melakukan perbuatan buruk. Namun kemudian dia mengurungkannya. Maka Allah tidak mencatatnya sebagai amalan buruk. Malah Allah mencatatnya sebagai amal kebajikan. Subhanallah…

Karena Allah Maha Mengetahui. Untuk membatalkan suatu niat buruk bukanlah keputusan yang mudah. Harus melalui pemikiran dan pertimbangan yang lebih matang daripada sebelumnya. Sehingga Allah pun menganggapnya sebagai satu kebajikan yang berpahala.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (4): Takdir Perjalanan Hidup Manusia

**

8. Melakukan Satu Keburukan

Adapun seorang hamba yang melaksanakan satu amal keburukan dengan sengaja. Maka Allah hanya mencatatnya sebagai satu amal keburukan saja. Tidak kurang dan tidak lebih.

Allah tidak perlu melipatgandakan dosa seorang hamba. Karena Allah Maha Mengetahui bahwa seorang hamba yang melakukan amal buruk, sejatinya dia hanya merugikan dirinya sendiri. Dan balasan atas satu dosa itu sudah lebih dari cukup untuk membuatnya menderita, baik di dunia apalagi di akhirat. Na’udzu billah min dzalik.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (5): Larangan Keras Berbuat Bid’ah

***

Penutup

Demikianlah beberapa catatan dan keterangan yang bisa kami sampaikan.

Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.

Allah a’lam.

_____________________

Bacaan Utama:

Kitab Jami’ al-‘Ulum wal-Hikam. Imam Ibnu Rajab al-Hambali.

hadits-arbain-terjemah-2

Untuk menyimak hadits arbain yang lain, silakan klik link berikut ini:

42 Hadits Arbain Nawawiyah

Tags:

One thought on “Hadits Arbain Nawawi (37): Pahala Amal Selalu Digandakan

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.