SHOPPING CART

close

Hadits Arbain Nawawi (38): Jangan Kita Menyakiti Wali Allah

Wali murid artinya seseorang yang akan bertanggung jawab terhadap seluruh pembiayaan sekolah murid tersebut. Bila ada apa-apa yang berkaitan dengan perilaku si murid, maka walinya akan dipanggil oleh pihak sekolah untuk mempertanggungjawabkan. Demikian pula wali santri maupun wali mahasiswa.

Adapun wali di sini artinya seseorang yang menjadi kekasih Allah. Bila terjadi apa-apa yang akan mengancam keselamatannya, maka Allah akan turun tangan membantunya.

Selanjutnya marilah kita simak bersama sebuah hadits mulia berikut ini. Semoga Allah berkenan membukakan pintu ilmu dan hikmah-Nya bagi kita semua.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 37: Amalan Baik Selalu Dilipatgandakan Pahalanya

***

A. Teks Hadits Arbain Nawawi (38)

:عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ

:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ

مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

وَلاَ يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ, وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهِ

وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعْطِيَنَّهُ

وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ

رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 39: Tiga Perkara Yang Dimaafkan Allah Swt.

***

B. Terjemah Hadits Arbain Nawawi (38)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhya Allah Ta’ala berfirman:

“Siapa memusuhi kekasih-Ku, maka Aku mengumumkan perang padanya.

“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku yang lebih Aku cintai selain dengan ibadah yang Aku wajibkan padanya.

“Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, maka Aku akan mencintainya.

“Dan bila Aku telah mencintainya. Maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar. Penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat. Tangannya yang dia gunakan untuk memukul. Dan kakinya yang dia gunakan untuk berjalan.

“Bila dia meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan. Dan bila dia meminta perlindungan pada-Ku, niscaya akan Aku lindungi.”

(HR. Bukhari)

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 40: Gunakanlah Waktu Sebaik-baiknya

***

C. Penjelasan Hadits Arbain Nawawi (38)

Hadits di atas mengandung banyak sekali makna, ilmu dan hikmah. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Wali dan Karamah

Wali artinya kekasih. Maka wali Allah berarti orang yang menjadi kekasih Allah.

Wali itu manusia biasa, namun karena ketaatannya kemudian Allah memberikannya karamah.

Karamah yaitu hal luar biasa yang Dia berikan kepadanya sebagai tanda kasih dan keutamaan. Sesuatu yang di luar kebiasaan nalar. Seperti tidak mempan dibakar, dibacok senjata tajam, bisa menempuh perjalanan jauh dengan waktu singkat, dan lain-lain.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 41: Menundukkan Hawa Nafsu Syarat Kesempurnaan Iman

**

2. Perbedaan Wali dan Nabi

Wali tidak sama dengan nabi. Bila wali menerima karamah, maka seorang nabi menerima mukjizat yang biasanya berwujud lebih tinggi daripada karamah.

Bila tujuan karamah adalah tanda cinta Allah kepada seorang hamba yang dikasihi-Nya, maka tujuan mukjizat sebagai tantangan bagi orang yang meragukan kenabian seorang utusan-Nya.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi 42: Luasnya Pintu Ampunan Allah Swt.

**

3. Hakekat Karamah dan Mukjizat

Baik karamah maupun mukjizat bukan menunjukkan kehebatan seorang manusia. Namun menunjukkan kehebatan Allah semata. Karena manusia tetap merupakan makhluk yang lemah. Dia hanya menjadi kelihatan hebat berkat pertolongan dari Allah Yang Maha Hebat.

Karamah maupun mukjizat tidak bisa direncanakan oleh seorang wali maupun seorang nabi. Keduanya bisa terjadi karena kehendak Allah saja. Sebagai salah satu bentuk pertolongan dari Allah bagi keduanya untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (1): Niat Menentukan Amal Perbuatan

**

4. Jalan Menjadi Seorang Wali

Pintu untuk menjadi seorang nabi sudah tertutup rapat setelah zaman Nabi Muhammad Saw. Karena tidak ada lagi seorang nabi pun setelah beliau.

Yang masih ada yaitu kesempatan menjadi seorang wali. Jadi masih ada lowongan bagi kita yang kiranya memiliki minat untuk menjadi seorang wali. Memang siapakah di antara kita yang tidak ingin menjadi kekasih Allah?

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi kita yang ingin mempersiapkan diri menjadi seorang wali Allah:

a. Melaksanakan seluruh kewajiban dengan sebaik-baiknya.

Kewajiban itu ada yang bersifat personal, seperti: rukun Islam. Dan ada yang bersifat sosial, seperti: memuliakan tamu dan tetangga.

Amaliyah yang wajib ini hendaknya kita perhatikan dengan teliti dan hati-hati. Karena tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah melebihi apa-apa yang Dia wajibkan kepada kita.

Bila kita telah melaksanakan kewajiban dengan baik, maka separuh jalan sudah kita lalui dengan baik pula.

Sebaliknya, bila amaliyah yang wajib belum kita laksanakan dengan baik, berarti jalan untuk menjadi wali Allah masih jauh.

b. Melaksanakan ibadah dan amalan sunnah semampunya.

Setelah melaksanakan amalan-amalan yang wajib, hendaknya kita juga melaksanakan amalan-amalan yang sunnah. Shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah, dan kalau ada biaya juga mengerjakan umrah yang bersifat sunnah.

Baik amaliyah yang wajib maupun yang sunnah, sudah tentu harus dilaksanakan dengan ikhlas semata mengharapkan ridha Allah. Juga sudah pasti harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dan teladan Nabi Muhammad Saw.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (2): Islam Iman Ihsan dan Tanda Kiamat

**

5. Apa Nikmatnya Menjadi Wali Allah

Berikut ini beberapa fasilitas istimewa bagi para wali Allah:

a. Dibukakan pintu ilmu dan hikmah Allah seluas-luasnya, sehingga dia memperoleh kemampuan mendengar dengan pendengaran Allah, dan melihat dengan penglihatan Allah.

Oleh karena itu, dia lebih banyak menangis daripada tertawa.

b. Diberikan pertolongan setiap kali dia membutuhkan, sehingga dia lebih kelihatan sebagai seorang yang sakti daripada manusia biasa pada umumnya.

Bila dia sudah mengambil tindakan memukul, maka dia memukul dengan tangan Allah. Bila dia berjalan, maka dia berjalan dengan kaki Allah. Sehingga tidak akan ada yang mampu mengejar setiap langkahnya, apalagi menghadangnya.

c. Dikabulkan setiap doanya. Bila dia memohon pertolongan, pasti Allah segera mengabulkannya. Bila Allah memohon perlindungan, maka Allah pun pasti melindunginya. Sehingga tidak akan ada seorang pun yang mampu membuatnya celaka maupun menyakitinya.

Oleh sebab itu, dia pun lebih banyak mendoakan kebaikan dan keselamatan orang lain, daripada mendoakan keburukan dan kehancuran.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (3): Rukun Agama Islam Yang Utama

**

6. Peringatan untuk Hati-hati dengan Wali Allah

Bila kita menyaksikan seseorang yang demikian taat kepada Allah. Rajin melaksanakan berbagai kewajiban, rajin pula melaksanakan berbagai ibadan dan amaliyah sunnah. Maka hendaknya kita waspada. Jangan sampai kita menyakiti orang tersebut. Baik secara fisik maupun perasaannya.

Mengapa? Karena boleh jadi dia telah menjadi kekasih Allah.

Kalau sampai ada orang menyakiti wali Allah, maka pasti celakalah hidup orang tersebut. Karena Allah sudah bersiap untuk membantu para wali-Nya secara langsung dan seketika.

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (4): Takdir Perjalanan Hidup Manusia

***

Penutup

Demikianlah beberapa catatan dan keterangan yang bisa kami sampaikan.

Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.

Allahu a’lam.

_____________________

Bacaan Utama:

Kitab Jami’ al-‘Ulum wal-Hikam. Imam Ibnu Rajab al-Hambali.

kitab-jami'-ulum-wal-hikam

Untuk menyimak hadits arbain yang lain, silakan klik link berikut ini:

42 Hadits Arbain Nawawiyah

Tags:

0 thoughts on “Hadits Arbain Nawawi (38): Jangan Kita Menyakiti Wali Allah

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.