Hari Kedelapan Peternak Ayam: 30 September 2024

ayam-kampung

Beternak ayam merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Ada orang yang pelihara ayam untuk sekedar hobi. Dengan berbagai macam yang ada. Biasanya ayam hias. Saya dulu juga pernah pelihara salah satu jenis ayam hias, yaitu Ayam Polandia. Dari sepasang menjadi beberapa pasang. Karena sudah capek kasih makan, akhirnya saya berikan kepada siapa saja yang mau pelihara.

Sebenarnya saya mau mengkonsumsi Ayam Polandia itu. Tapi tidak tega dan eman-eman. Pada saat seperti itulah, timbul pertanyaan kepada diri sendiri. Kenapa saya pelihara ayam seperti ini. Ayam hias. Kenapa tidak pelihara ayam yang memang bisa dikonsumsi. Baik telur maupun dagingnya.

Setelah beberapa tahun, akhirnya pertanyaan itu saya jawab sendiri. Yaitu dengan pelihara Ayam KUB 2 Janaka. KUB adalah singkatan dari Kampung Unggul Balitbangtan. Balitbangtan singkatan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Berbeda dengan niat hobi untuk Ayam Polandia. Kali ini tujuan utama saya adalah usaha atau profesi. Sehingga suatu saat nanti berhasil menjadi peternak ayam yang profesional.  Adapun pekerjaan sebagai dosen/ustadz/penceramah itu menurut saya secara pribadi bukanlah profesi/pekerjaan/bisnis. Namun merupakan pengabdian/sosial/kemanusian. Ya, hanya pendapat. Pembaca boleh berbeda.

Nah, pada hari kedelapan beternak ayam ini, saya ingin membuat beberapa catatan sebagai berikut:

1. Kisah Tetangga Kontrakan Peternak Ayam Sejati

Pada awal masa pernikahan. Seperti kebanyakan pasangan pada umumnya, kami belum punya rumah pribadi. Jadi saya dan istri mengontrak. Berpindah-pindah. Mencari rumah kontrakan yang kalau bisa diusahakan semakin murah dan semakin murah. Meskipun terdengar mustahil, namun alhamdulillah bisa dilakukan. Tetap dengan cara yang halal. Tanpa ancaman maupun tipuan.

Alhasil, rumah kontrakan kami yang terakhir ada di sebuah gang sempit. Yang tidak bisa dimasuki mobil. Bila dua sepeda motor bersimpangan, salah satunya harus ada yang berhenti. Supaya tidak bersenggolan.

Di antara tetangga kami adalah sepasang suami-istri yang hidup dalam rumah yang tidak punya kamar. Maksudnya rumah sangat kecil yang terdiri hanya satu satu ruangan. Tidak lebih dari tiga kali tiga meter. Dengan satu pintu yang langsung menghadap ke luar rumah.

Yang membuat kami kagum dan heran. Dalam rumah yang sesempit itu. Pasangan suami-istri tersebut bisa beternak ayam. Ya, dalam ruangan itu. Bukan di tempat lain. Bagaimana caranya? Ini yang bikin saya benar-benar terinspirasi dan bersemangat beternak ayam. Tidak mau kalah dengan mereka.

Di rumah super duper kecil itu. Sepasang suami istri ini punya dua tempat tidur dari bambu yang masing-masing menempel pada dinding rumah. Sehingga membentuk huruf L. Di bawah tempat tidur itulah terdapat kandang ayam. Sebuah pemikiran yang brilian dan jenius.

Tentu saja Pembaca bisa dan boleh mengartikan keadaan tersebut sebagai tingkat kemiskinan yang lumayan parah. Namun mohon izinkan saya melihatnya dari sisi yang lain. Yaitu:

  • Level usahawan kelas wahid
  • Bisnis sampai titik darah penghabisan
  • Peternak ayam sejati
  • Mandiri tiada tara

Pada waktu itu saya tidak berani meniru jiwa keteladanan dan kepahlawanan keluarga tersebut. Namun sekarang, saya merasa inilah waktunya saya harus bangkit. Melawan kemalasan dan banyak alasan. Untuk segera memulai usaha dan bekerja dengan kedua tangan sendiri.

Sekali lagi: Bekerja. Bukan sekedar hobi. Apalagi kegiatan iseng tanpa visi dan misi.

Baca Juga: 

Hari Keenam Peternak Ayam: 28 September 2024

***

2. Rumus Beternak Ayam

Dari sebuah channel YouTube. Yaitu: Mas Topan Chanel. Saya belajar rumus beternak ayam dengan sistem umbaran sebagai berikut:

– Pacaran 7 hari
– Bertelur 10 hari
– Mengeram 21 hari
– Merawat Anak 60 hari
Total Waktu 100 hari

Dengan rumus tersebut. Satu ekor ayam indukan. Akan menghasilkan 10 ekor anak. Dalam 100 hari.

Atau 36 anak dalam setahun.

Dengan beberapa catatan: 

Bila mati separuh. Maka masih ada 18 ekor. Setahun.

Dari 18 ekor ayam itu, separuh betina, separuh jantan.

Yang jantan dijual. Untuk pakan. Maka yang tersisa adalah 9 ekor betina.

Itu satu ekor ayam indukan. Bagaimana kalau dua ekor. Sepuluh ekor.

Itu satu tahun. Bagaimana kalau dua tahun. Tiga tahun.

Kira-kira seperti inilah hasilnya.

Baca Juga: 

Hukum Makan Daging Ayam: Kajian Grup Yang Aneh

**

a. Setelah Satu Tahun/Akan Masuk Tahun Kedua

Jumlah Indukan Jumlah Anak
1 9
2 18
3 27
4 36
5 45
6 54
7 63
8 72
9 81
10 90

Bila kita punya satu ekor ayam betina indukan. Maka setelah setahun kita punya sembilan ayam betina indukan.

Bila kita punya dua ekor ayam betina indukan. Maka setelah setahun kita punya delapan belas ayam betina indukan.

Bila kita punya 10 ekor ayam betina indukan. Maka setelah setahun kita punya 90 ayam betina indukan.

Dengan catatan bahwa jumlah tersebut sudah dikurangi:

  • separuh mati
  • separuh jantan dijual untuk biaya pakan ayam

Baca Juga: 

 

**

b. Setelah Dua Tahun/Akan Masuk Tahun Ketiga

Modal Setelah Setahun Setelah 2 Tahun
1 9 81
2 18 162
3 27 243
4 36 324
5 45 405
6 54 486
7 63 567
8 72 648
9 81 729
10 90 810

Bila kita punya satu ekor ayam betina indukan di awal kita pelihara. Maka setelah satu tahun berlalu, satu ekor itu berkembang menjadi sembilan ekor. Setelah dua tahun berlalu, maka sembilan ekor itu menjadi delapan puluh satu ekor.

Bila kita punya dua ekor ayam betina indukan di awal kita pelihara. Maka setelah satu tahun berlalu, dua ekor itu berkembang menjadi delapan belas ekor. Setelah dua tahun berlalu, maka delapan belas ekor itu menjadi seratus enam puluh dua ekor.

Bila kita punya sepuluh ekor ayam betina indukan di awal kita pelihara. Maka setelah satu tahun berlalu, sepuluh ekor itu berkembang menjadi sembilan puluh ekor. Setelah dua tahun berlalu, maka sembilan puluh ekor itu menjadi delapan ratus sepuluh ekor.

Dengan catatan bahwa jumlah tersebut sudah dikurangi:

  • separuh mati
  • separuh jantan dijual untuk biaya pakan ayam

Baca Juga: 

Hari Pertama Peternak Ayam: Senin, 23 September 2024

***

Penutup

Demikianlah sedikit catatan peternak ayam pada hari ini, yaitu hari kedelapan. Semoga ada manfaatnya. Baik bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca semuanya. Allahu a’lam.

Kurang lebihnya saya mohon maaf. Terima kasih banyak sudah bersedia mampir dan membaca artikel sederhana ini.

Bila ada komentar tambahan, ataupun koreksi. Mohon tidak sungkan untuk menyampaikannya pada kolom komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *