SHOPPING CART

close

ILMUL YAQIN, AINUL YAQIN, HAQQUL YAQIN: Pengertian & Contoh

Disebut yaqin, yakin atau percaya, apabila keyakinan itu tidak mengandung sedikit pun keraguan.

Kalau masih ada sedikit keraguan, maka disebut zhann (dugaan).

Kalau masih setengah-setengah, disebut syakk (50-50).

Dan kalau lebih banyak ragunya, disebut wahm.

Sebagaimana hal ini disebutkan dalam Kitab al-Qamus al-Muhith:

اليقين: إزاحة الشك

“Yakin yaitu hilangnya keraguan.”

Dan dalam Kitab at-Ta’rifat oleh Imam al-Jurjani:

اليقين: تحقيق التصديق بالغيب بإزالة كل شك وريب

“Yakin yaitu benar-benar percaya kepada hal-hal yang ghaib dengan dihilangkannya sikap ragu-ragu.”

Namun demikian, orang yakin itu tidak sama, meskipun sama-sama yakin tanpa adanya keraguan sedikit pun. Jadi orang percaya atau yakin itu bertingkat-tingkat.

Seperti istilah susu sapi asli. Meskipun sama-sama asli, namun beda kualitasnya. Demikian pula madu. Meskipun asli tanpa campuran apapun, namun seringkali berbeda kualitasnya antara madu yang satu dengan madu yang lain.

Berangkat dari sinilah kemudian ada istilah ilmul yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin. Sama-sama yaqin, namun beda kualitasnya.

Baca Juga: 

Memahami Makna: Syariat, Thariqat, Hakekat, Makrifat

***

Pengertian

Ilmu: pengetahuan yang sudah tersusun secara rapi dan sistematis. Lawannya jahil atau jahalah, artinya: bodoh atau kebodohan.

Ain: mata. Alat untuk melihat dan mengkonfirmasi berita yang diperoleh sebelumnya.

Haqq: kebenaran yang sejati. Puncak dari ilmu yang sudah dikonfirmasi dan dirasakan sendiri.

1. Ilmul Yaqin

Ilmul Yaqin: keyakinan yang kita peroleh berdasarkan informasi yang kita percayai kebenarannya, meskipun kita belum pernah melihat dan membuktikannya sendiri.

علم اليقين هو ما علمه بالسماع والخبر والقياس والنظر

“Ilmul Yaqin yaitu: Semua yang diperoleh melalui pendengaran, pengabaran, analogi dan penalaran (logika).”

2. Ainul Yaqin

Ainul Yaqin: keyakinan yang kita peroleh berdasarkan kenyataan yang pernah kita lihat sendiri.

عين اليقين هو ما شاهده وعاينه بالبصر

“Ainul Yaqin yaitu: Semua hal yang disaksikan dan dilihat dengan penglihatan mata.”

3. Haqqul Yaqin

Haqqul Yaqin: keyakinan yang kita peroleh berdasarkan pengalaman sendiri. Jadi bukan hanya katanya. Bukan pula sekedar melihat. Namun benar-benar melakukan dan mengalaminya sendiri.

حق اليقين هو ما باشره ووجده وذاقه وعرفه بالاعتبار

“Haqqul Yaqin yaitu: Semua yang disentuh, didapati, dirasakan dan diketahui melalui pengalaman sendiri secara nyata.”

Baca juga: 

Kaidah Fiqih 2: Keyakinan Tidak Bisa Dihilangkan oleh Keraguan

***

Contoh 1: Api itu panas

Ketika masih kecil kita memperoleh informasi, bahwa api itu panas. Api berbahaya. Bila tidak hati-hati, kita bisa celaka karenanya.

Kita yakin bahwa informasi itu adalah benar, karena semua orang bilang demikian, meskipun kita belum pernah membuktikan sendiri. Keyakinan ini disebut ilmul yaqin. Keyakinan yang hanya berdasarkan informasi belaka.

Suatu saat kita melihat tangan seorang teman terkena api, sehingga dia pun menjerit dan menangis kesakitan. Keyakinan kita pun bertambah. Ini disebut ainul yaqin. Karena kita sudah melihatnya sendiri.

Kemudian suatu hari tanpa sengaja kulit tangan kita sendiri tersentuh api, dan kita pun merasa sangat kesakitan. Ini disebut haqqul yaqin. Keyakinan berdasarkan pengalaman sendiri.

**

Contoh 2: Bebek Goreng

Seorang teman dekat bercerita bahwa bebek goreng di Warung Simbok sangat enak dan spesial. Ilmu yaqin. Informasi terpercaya.

Karena penasaran kita pun berkunjung ke warung itu. Di situ kita perhatikan pelanggan sangat banyak. Mereka makan dengan sangat lahap. Tidak ada sisa makanan yang tertinggal di piring. Kita pun semakin yakin. Jadi keyakinan kita pun bertambah. Ainul yaqin. Sudah lihat sendiri.

Setelah pesanan datang, kita pun membuktikan sendiri nikmatnya sajian bebek goreng itu. Ternyata benar-benar nikmat dan istimewa. Bumbunya lengkap. Dagingnya juga terasa pas. Haqqul yaqin. Karena kita sudah membuktikan nikmatnya bebek goreng itu dengan lidah kita sendiri. Bukan cuma katanya orang. Bukan pula melihat tampilannya. Namun benar-benar merasakannya sendiri.

**

Contoh 3: Kasih sayang orangtua

Kita memperoleh informasi, bahwa kasih sayang orangtua kepada anaknya itu jauh lebih besar daripada kasih sayang anak kepada orangtuanya. Informasi ini kita peroleh dari berbagai sumber yang terpercaya. Sehingga kita pun menjadi yakin akan kebenaran informasi itu. Namun kita belum pernah melihat bukti real dari informasi itu. Maka informasi ini masuk kategori ilmul yaqin.

Suatu hari kita menyaksikan berita di televisi akan kisah nyata tentang kasih sayang orangtua kepada anaknya. Atau kita menyaksikannya sendiri pada peristiwa sehari-hari. Yaitu kasih sayang orangtua sendiri kepada kita. Namun kita baru sebatas menerima, bukan memberi. Semua ini makin memperkuat keyakinan kita, sehingga menjadi ainul yaqin.

Nah, apabila kita sudah berkeluarga. Punya suami atau istri sendiri. Kemudian sudah punya anak sendiri, maka kita pun akan sampai pada keyakinan dengan derajat haqqul yaqin. Di situlah kita baru bisa membuktikan sendiri, bahwa kasih sayang orangtua kepada anak itu jauh lebih besar daripada kasih sayang anak-anak kepada orangtua.

Baca Juga:

Tiga Macam Kebenaran: Pribadi, Musyawarah, Al-Haqq

***

Hikmah

Adanya beberapa istilah ini, kita bisa mengambil hikmah di antaranya adalah sebagai berikut:

– Meskipun sudah sama-sama beriman dengan yaqin, kualitas amal manusia bisa berbeda-beda sesuai dengan tingkatan keimanan atau keyakinannya itu.

– Allah memberikan cobaan dan musibah kepada manusia, di antaranya untuk meningkatkan keyakinan dan keimanan. Supaya manusia memiliki pengalamannya sendiri. Bukan hanya melihat pengalaman orang lain, maupun informasi dari orang lain.

– Janganlah orang yang sudah sampai pada haqqul yaqin menuntut orang lain yang baru pada tahapan ilmul yaqin dan ainul yaqin untuk sama dengan dirinya.

***

Kesimpulan

Ilmul yaqin: hanya kata orang, namun dari orang yang sangat kita percaya. Sehingga informasi itu membuat kita yakin. Tanpa keraguan sedikit pun.

Ainul yaqin: kita sudah lihat sendiri. Bukan lagi kata orang. Tambah yakin.

Haqqul yaqin: sudah merasakan sendiri. Keyakinan yang sempurna.

***

Penutup

Demikian sedikit penjelasan yang bisa kami sajikan berkaitan dengan istilah ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Allahu a’lam.

___________________

Sumber Bacaan:

‘Ilmul-Yaqin wa Haqqul Yaqin wa ‘Ainul-Yaqin. Syeikh Jamal bin ‘Abdul ‘Aziz ar-Rabi’i.

Kitab-Ilmul-Yaqin

Tags:

7 thoughts on “ILMUL YAQIN, AINUL YAQIN, HAQQUL YAQIN: Pengertian & Contoh

  • Kaidah Fiqih 2: Keyakinan Tidak Bisa Dihilangkan Keraguan

    […] Ilmul Yaqin, Ainul Yaqin, Haqqul Yaqin: Pengertian & Contoh […]

  • Nita kusuma

    Ada seorang teman, dia menginginkan sesuatu lalu mengatakan shalawatin haqqul yaqin. Apa maksudnya ya?

    • Ahda Bina

      Mohon maaf saya sendiri tidak terlalu paham apa maksudnya.
      Istilah itu tidak umum, alias aneh.
      Dua kata: shalawat dan haqqul yaqin. Digabung menjadi frase baru.
      Inggih mungkin maksudnya:
      Perbanyak doa dan baca shalawat. Dengan penuh keyakinan. Bahwa keinginannya akan dikabulkan.
      Demikian.
      Lebih lanjut kiranya bisa ditanyakan secara langsung kepada orang yang memberikan saran tersebut.
      Karena orang yang paham akan maksud kata-kata adalah orang yang mengucapkan kata-kata itu.
      Barakallah fikum…

  • Hadi

    Yakin seperti para wali Alloh yang derajatnya sampai HAQUL YAQIN, mereka sdh merasakan lezatnya hidup dengan karunia alloh

    • Ahda Bina

      Inggih terima kasih banyak, Bapak Hadi. Atas tambahan informasi yang sangat berharga. Barakallahu fikum…

  • Beberapa Keutamaan Ilmu dalam Sabda Rasulullah Saw

    […] Baca pula:  Ilmul Yaqin, Ainul Yaqin, Haqqul Yaqin: Pengertian & Contoh […]

  • ISLAM, Beriman atau Kafir? Takri UNBELIEVER - +SANGfikir

    […] ainul yakin dan haqqul yakin secara sepintas lalu, supaya tidaklah semudah itu menuduh seseorang (boleh rujuk di pautan ini jika mahu mengetahui serba sedikit perihal ilmu yakin). Lalu beliau kemukakan 5 perkara yang beliau […]

Tinggalkan Balasan ke Beberapa Keutamaan Ilmu dalam Sabda Rasulullah SawBatalkan balasan

Your email address will not be published.