SHOPPING CART

close

HADITS DHA’IF: Macam-macam Sebab dan Contohnya

Dha’if artinya lemah.

Hadits dha’if adalah hadits yang kehilangan satu atau lebih dari hadits shahih.

Hadits dha’if itu tidak sama dengan hadits palsu.

Karena hadits palsu itu sebenarnya bukan hadits. Sama halnya dengan pohon palsu, bunga palsu, ijazah palsu, ataupun istri palsu. Artinya bukan sungguhan. Maka sekali lagi, hadits palsu itu sebenarnya bukan hadits.

Adapun hadits dha’if itu tetap merupakan hadits. Tapi dha’if.

***

Macam-macam Hadits Dha’if

Hadits shahih itu ibaratnya sebuah ban yang bagus. Tidak ada cacat.

Sedangkan hadits dha’if itu mirip dengan ban yang bocor. Ada yang masih bisa diperbaiki, dan ada yang tidak dapat diperbaiki.

Jadi hadits dha’if itu ada dua macam, yaitu: hadits dha’if yang masih dapat diperbaiki, dan hadits dha’if yang tidak dapat diperbaiki lagi.

Dari sinilah ada beberapa macam hadits dha’if, sesuai dengan sebab-sebab yang membuatnya dha’if.

***

Sebab Utama Hadits Dha’if

Secara umum penyebab hadits menjadi dha’if itu ada lima, yaitu:

1. Sanadnya terputus

Terputusnya sanad suatu hadits itu ada beberapa macam. Dari sini ada istilah yang menunjukkan di mana terputusnya sanad itu, yaitu: mu’allaq, mursal, mu’dhal maupun munqathi’.

Sebuah hadits yang sanadnya terputus itu, kadang bisa ditolong apabila ada hadits semisal yang sanadnya bersambung.

Ibaratnya ban, masih bisa ditambal. Atau diperbaiki.

Namun kadang juga tidak bisa diperbaiki, karena rusaknya sudah terlalu parah.

2. Perawinya tidak adil

Bila dalam rangkaian sanad hadits terdapat seorang perawi yang tidak adil maka haditsnya menjadi dha’if.

Adil di sini maknanya tidak terjaga perilaku agamanya.

Seseorang yang tidak menjaga perilakunya dengan baik, maka dia kehilangan sifat adil. Seseorang yang kehilangan sifat adil itu ada beberapa jenis. Mulai dari pelanggaran ringan, pelanggaran sedang, hingga pelanggaran berat.

Pelanggaran ringan itu misalnya: keluar rumah tidak pakai tutup kepala.

Pelanggaran sedang itu misalnya: kencing sambil berdiri.

Sedangkan pelanggaran berat itu misalnya: terbukti pernah berbohong.

Ada beberapa istilah yang menunjukkan di mana sebuah hadits dinyatakan dha’if, yaitu: majhul, layyin, maqlub, mushahhaf, mudraj, syadz, mu’allal, mudhtharrib, munkar dan maudhu’.

Semua istilah tersebut menunjukkan bahwa dha’if itu bertingkat-tingkat. Sama dengan orang yang sakit, ada yang ringan dan ada yang parah.

3. Perawinya tidak dhabith

Seorang perawi yang dhabith itu artinya dia memiliki jaminan untuk bisa meriwayatkan hadits secara akurat. Tidak keliru.

Untuk memenuhi syarat sebagai perawi yang dhabith itu ada dua macam, yaitu:

  • memiliki daya hafal yang kuat.
  • memiliki catatan hadits yang rapi.

Bila seorang perawi hafalannya lemah, dan tidak memiliki catatan hadits yang rapi, maka dia akan sering keliru dalam meriwayatkan hadits. Mungkin secara tidak sengaja dia akan menukar sanad sebuah hadits dengan sanad hadits yang lain, terbolak-balik susunan sanadnya, menambahkan matan hadits, atau kemungkinan yang lain.

Macam-macam perawi tidak dhabith

Di sini ada dua macam perawi yang tidak dhabith.

Pertama, sedikit tidak dhabith.

Artinya, perawi itu hafalannya sedikit terganggu. Kurang begitu kuat hafalannya. Ada kesalahan, tapi tidak terlalu fatal.

Contoh:

أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ : حَدَّثَنَا شَبَابَةُ قَالَ : سَمِعْتُ شُعْبَةَ ، يَقُولُ : أَتَيْتُ مُحَمَّدًا يَعْنِي ابْنَ أَبِي لَيْلَى ، فَقُلْتُ : أَقْرِئْنِي عَنْ سَلَمَةَ حَدِيثًا مُسْنَدًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَحَدَّثَ ، عَنِ ابْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ : إِذَا أَصْبَحَ: أَصْبَحْنَا عَلَى الْفِطْرَةِ

Dari Ishaq bin Ibrahim, dari Syababah, dari Syu’bah, saya mendatangi Muhammad bin Abi Laila, lalu aku berkata: Bacakanlah kepadaku sebuah hadits yang bersanad dari Nabi Muhammad Saw. Dia pun menyampaikan hadits dari Ibnu Abi Aufa, dia berkata: Bila datang waktu Shubuh beliau membaca: Ashbahna ‘alal fithrah. (HR. Nasa’i) 

Disebutkan dalam Sunan Kubra Nasa’i, bahwa perawi yang bernama Muhammad bin Abi Laila adalah seorang perawi yang kurang begitu bagus hafalannya. Di mana dalam meriwayatkan hadits ini dia mengaku hanya menyampaikan seingatnya saja. Padahal dia tidak begitu yakin dengan hafalannya sendiri terhadap hadits ini.

Kedua, sangat tidak dhabith.

Artinya, perawi itu sangat tidak bagus daya hafalannya. Sehingga kesalahannya pun fatal.

4. Mengandung syadz

Syadz ini khusus untuk matan hadits.

Hadits yang syadz, artinya: matan hadits itu bertentangan dengan salah satu dari hal berikut:

  • ayat al-Qur’an
  • hadits yang lebih shahih sanadnya
  • ilmu pengetahuan yang sudah dipastikan kebenarannya
  • akal pikiran atau logika yang sehat

Untuk mengetahui sebuah hadits apakah sungguh-sungguh bertentangan dengan salah satu hal di atas, tentu tidak mudah. Dan tidak boleh dilakukan secara sembarangan.

Orang yang mampu menentukan apakah sebuah hadits itu bertentangan dengan salah satu hal di atas, harus seorang yang mumpuni dalam berbagai macam ilmu sekaligus, yaitu: tafsir, fiqih, mantiq, dan berwawasan luas.

5. Mengandung ‘illah

Illah artinya cacat yang tersembunyi. Ibaratnya seorang manusia, illah itu penyakit yang tidak kelihatan. Hanya para pakar kesehatan yang mampu memahami penyakitnya.

Demikian pula hadits yang mengandung ‘illah itu. Hanya para pakar hadits yang benar-benar mumpuni yang bisa menunjukkan illah sebuah hadits.

Bahkan seringkali ‘illah sebuah hadits itu tidak bisa dijelaskan, namun bisa dirasakan dengan mudah. Sekali oleh para pakar hadits saja. Bukan oleh orang yang sedang belajar musthalah hadits seperti kita di sini.

***

Penutup

Inilah beberapa catatan kami mengenai macam-macam hadits dha’if.

Semoga ada manfaatnya.

Allahu a’lam bis-shawab.

(Artikel ini masih dalam proses penyelesaian).

_____________________

Bacaan utama:

Kitab Mabahits fi Ulumil HaditsSyeikh Manna’ al-Qatthanrahimatullah.

Artikel al-Hadits adh-Dha’if Rwayatuh wa Hukmul ‘amal bih, Dr. Badr ‘Abdul Hamid Hamisah. saaid.net

Artikel Ta’rif al-Hadits adh-Dha’if, mawdoo3.com.

Tags:

2 thoughts on “HADITS DHA’IF: Macam-macam Sebab dan Contohnya

Tinggalkan Balasan ke Hadits Gharib: Pengertian, Contoh dan PembagianBatalkan balasan

Your email address will not be published.