SHOPPING CART

close

Mahar: Pengertian, Batasan Minimal/Maksimal dan Tujuan

Pengertian Mahar

Mahar adalah pemberian seorang suami kepada istrinya sebagai salah satu rukun perkawinan.

Mahar tidak harus disebutkan secara tegas dalam akad nikah, tapi harus ada. Ketika mahar tidak disebutkan secara tegas seperti itu, maka besarannya disetarakan dengan mahar yang pernah diterima oleh seorang wanita dalam keluarganya, atau wanita yang memiliki derajat semisal dengannya.

Mahar itu boleh dihutang pada waktu akad nikah, tapi suatu saat harus diserahkan. Karena mahar merupakan salah satu hak seorang istri atas diri suaminya.

Namun uniknya, meskipun mahar adalah hak istri, seorang istri tidak boleh membebaskan suaminya untuk tidak membayar mahar. Tidak boleh. Karena mahar merupakan salah satu rukun pernikahan. Harus diberikan.

Lalu berapakah besarannya mahar? Apakah ada batas minimal dan maksimalnya? Mahar apa yang paling baik?

Baiklah, mari kita bahas satu persatu secara ringkas.

***

Mahar Yang Paling Baik

Nabi Muhammad Saw. memberikan petunjuk, bahwa sebaik-baik wanita adalah yang paling mudah maharnya. Artinya tidak memberatkan calon suami.

Mudah itu artinya gampang diperoleh, meskipun tidak selalu murah. Biar mahal, kalau bisa didapat dengan mudah, maka juga disebut mudah. Biar murah, kalau susah didapatkan, maka bukan lagi disebut mudah.

Sebuah contoh, ada seorang calon istri yang karena bujukan ibunya memberikan syarat kepada calon suami:

“Mas, tolong nanti aku diberikan mahar sejumlah uang 555.555 rupiah. Harus pas, tidak boleh kurang maupun lebih.”

Sebenarnya uang sejumlah itu cukup mudah dipenuhi. Tapi masalahnya si calon istri tidak mau diberi kelebihan. Harus pas sejumlah uang tersebut. Itulah contoh mahar yang murah, tapi tidak mudah.

Baca juga:

Perceraian, Hak Asuh Anak dan Nafkah bagi Anak Tersebut

***

Batasan Minimal Mahar

Sebenarnya tidak ada batasan minimal untuk mahar. Tapi kalau tidak ada kepastian seperti itu, khawatirnya nanti mahar jadi bahan guyonan. Oleh karena itu, para memberikan batasan minimal, yaitu sesuatu yang halal dan bermanfaat.

Misalnya: sebuah rumah, mobil, sejumlah uang, alat shalat, perabot rumah tangga, sepasang sepatu, sebuah cincin, kalung, buku, laptop, ataupun hape.

Atau boleh juga berupa jasa mulia yang diberikan seorang suami untuk istrinya. Misalnya: jasa mengajari baca al-Qur’an, mengajari bahasa Arab, atau jasa mulia yang lain.

***

Batasan Maksimal Mahar

Tidak ada batasan maksimal untuk mahar. Seorang calon istri boleh minta mahar sebesar dan sebanyak apapun kepada calon suaminya. Dan calon suami wajib memberikannya kepada calon istrinya itu.

Kalau tidak bisa tunai, maka mahar boleh dihutang dan diangsur, seperti telah disinggung di atas tadi.

***

Bila Suami Tidak Bersedia Memberikan Mahar

Bagaimana kalau calon suami menolak memberikan mahar yang diminta calon istri? Misalnya karena mahar terlalu banyak sehingga terlalu memberatkan calon suami.

Jawabannya sederhana: Ya, berarti tidak jadi nikah.

***

Mahar Adalah Bentuk Penghormatan

Memang ada miripnya dengan orang jual-beli. Tapi hendaknya mahar tidak dipahami sebagai harga seorang wanita. Mahar ini diwajibkan untuk menunjukkan penghormatan seorang laki-laki kepada calon istri dan keluarganya.

Demikian sekilas informasi tentang mahar. Semoga ada manfaatnya.

Bila ada tanggapan atau tambahan dari para pembaca, mohon disampaikan pada kolom komentar.

Terima kasih.

______________________

Sumber bacaan:

Artikel Masyru’iyah al-Mahr fi al-Islam wa Hikmatuh. fiqh.islamonline.net

Tags:

One thought on “Mahar: Pengertian, Batasan Minimal/Maksimal dan Tujuan

Tinggalkan Balasan ke Beberapa Hal tentang Mahar Yang Harus DipahamiBatalkan balasan

Your email address will not be published.