SHOPPING CART

close

Qira’at dalam al-Qur’an: Pengertian, Contoh, Pengaruh Tafsir

Qira’at yang kami maksud di sini bukan qiroah al-Qur’an dengan lagu dan suara yang merdu itu. Kemudian ada lomba qiroah. Bukan itu…

Qira’at yang kami maksudkan adalah tata cara membaca suatu ayat yang kadang berbeda-beda harakat bacaannya.

Misalnya pada surat al-Fatihah ayat keempat ada yang membaca: Maaliki yaumiddiin… Maa panjang.

Ada yang membaca dengan: Maliki yaumiddiin… Ma pendek.

***

Pengertian Qira’at

Qira’at itu jamak dari qira’ah, artinya: membaca.

Qira’at al-Qur’an artinya: tata cara membaca al-Qur’an dengan cara mengikuti para imam qira’at yang diakui atau muktabar.

Jadi tata cara atau metode membaca al-Qur’an itu sebenarnya ada banyak, bukan hanya satu. Tata cara membaca al-Qur’an yang biasa kita dengar dan gunakan itu hanyalah satu di antara sekian qiraat yang ada.

***

Contoh Qira’at

Contoh paling mudah dalam membedakan qira’at ini kita bisa temukan dalam Surat adh-Dhuha. Kita bisa coba cari di YouTube dengan mengetikkan kata kunci: qiraat surat adh-dhuha. Atau silakan klik link berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=a0lqlfbyaE8.

Dalam qiraat itu ada beberapa perbedaan yang bisa kita temukan dengan qiraat yang biasa kita gunakan, di antaranya:

  • Wadh-dhuhaa dibaca: Wadh-dhuhee…
  • Wa lal-akhiratu dibaca: Wa lalaaaaakhiratu…
  • Minal uulaa dibaca: Minaluuuuulee…
  • Demikian dan seterusnya.

***

Qiraat Mu’tabarah

Sebuah qiraat hanya boleh dipakai, apabila memenuhi syarat sebagai qiraat mu’tabarah.

Yaitu qiraat yang memenuhi tiga syarat sebagai berikut:

  • memiliki sanad yang mutawatir
  • sesuai dengan kaidah bahasa Arab
  • sesuai dengan Rasm Utsmani.

Bila sebuah qiraat tidak memenuhi salah satu kriteria di atas, mana qiraat itu menjadi qiraat syadz.

Bacaan qiraat yang boleh digunakan dalam bacaan shalat adalah qiraat mu’tabarah saja.

***

Para Imam Qira’at

  • Imam Nafi’ (Nafi’ bin Abdurrahman)
  • Imam Ibnu Katsir (Abdullah bin Katsir)
  • Imam Abu Amr (Zabban bin al-Ala’ al-Bashri)
  • Imam Ibnu Amir (Abdullah Ibnu Amir al-Syami)
  • Imam Ashim (Ashim bin Abi al-Najud al-Kufi)
  • Imam Hamzah (Hamzah bin al-Zayyat)
  • Imam al-Kisa’i (Ali bin Hamzah al-Kisa’i)

***

Asal-usul Qira’at al-Qur’an

Kita semua tentunya bertanya-tanya: Dari mana datangnya berbagai versi qira’at al-Qur’an itu?

Semua qira’at al-Qur’an itu berasal dari Allah Swt. Lalu Rasulullah Saw. menyampaikannya pada para shahabat.  Jadi sebenarnya berbagai macam versi qira’at itu sama dengan hadits qudsi.

Adapun para imam qira’at itu sama dengan para pembuku hadits, seperti: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dll.

***

Para Periwayat Utama Imam Qira’at

Tiap imam qira’at itu memiliki dua periwayat utama yang meriwayatkannya sebagai berikut:

  • Imam Nafi’: Qalun dan Warsy
  • Imam Ibnu Katsir: Al- Bazzi dan Qanbul
  • Imam Abu Amr: al-Duri dan al-Susi
  • Imam Ibnu Amir: Hisyam dan Ibnu Dzakwan
  • Imam Ashim: Syubah dan Hafsh
  • Imam Hamzah: Khalaf dan  Khallad
  • Imam Al-Kisa’i: Duri dan Abdul Haris

Untuk mengetahui contoh masing-masing dari qiraat itu, yang paling mudah dan praktis kita bisa membuka YouTube lagi. Kita bisa mengetikkan kata kunci dari masing-masing qiraat di atas. Insya Allah akan muncul di sana.

***

Qira’at Yang Biasa Kita Gunakan

Adapun qira’at al-Qur’an yang berkembang di Indonesia adalah qira’at Imam Ashim dengan riwayat Imam Hafsh. Al-Qur’an dengan terjemahan Kemenag pun menggunakan riwayat ini.

Ketika berkunjung ke Tunisia, alhamdulillah kami memperoleh dua mushaf al-Qur’an yang berbeda qiraatnya dengan yang biasa kita gunakan. Di sana berkembang qiraat Imam Nafi’ dengan riwayat Qalun dan Warsy.

***

Pengaruh Perbedaan Qira’at kepada Tafsir

Adakalanya perbedaan qira’at itu berpengaruh kepada makna ayat yang bersangkutan.

Kadang perbedaan itu hanya sedikit saja, seperti kata: Maaliki dan Maliki. Itu ada beda maknanya, tapi hampir sama.

Namun ada juga perbedaan itu yang cukup signifikan. Misalnya kata: Yath-hur-na dan Yath-thah-har-na.

Yath-hur-na artinya suci. Sedangkan yath-thah-har-na artinya bersuci. Keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Suci maksudnya adalah sudah suci dari haid, meskipun belum mandi besar.

Bersuci maknanya sudah suci dari haid sekaligus sudah mandi besar.

***

Mengapa Ada Perbedaan Qira’at?

Boleh jadi banyak di antara kita yang bertanya-tanya:

Mengapa Allah menurunkan banyak qira’at, mengapa tidak satu saja? Bukankah perbedaan qira’at justru akan membuat perpecahan dalam tubuh umat Islam?

Perbedaan qira’at itu sebenarnya ada kaitannya dengan bahasa. Bahwa setiap bahasa dipengaruhi oleh budaya setempat di mana bahasa itu digunakan.

Jadi bahasa Arab itu sama dengan bahasa Jawa, Indonesia, maupun Inggris misalnya. Ada bahasa Jawa ala Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ada bahasa Jawa ala Yogyakarta dan Surabaya.

Demikian pula bahasa Indonesia dan Inggris. Ada bahasa Inggris ala British, Amerika, Australia, dll.

Di mana ada beberapa kota kata tertentu yang berbeda cara pengucapannya, di mana perbedaan itu kadang juga bisa berbeda artinya.

***

Hikmah Qira’at Yang Bermacam-macam

Bagi orang awam, besar kemungkinannya qira’at yang bermacam-macam ini akan membuatnya bingung.

Namun bagi orang yang suka belajar, perbedaan qira’at ini merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari.

Qira’at merupakan salah satu kekayaan intelektual, budaya, sekaligus sejarah bagi umat Islam. Di mana semua qira’at itu dipelajari oleh para ulama secara serius dan sungguh-sungguh. Bukan sambil lalu. Sehingga melahirkan berbagai macam penelitian ilmiah yang tiada kunjung habis dipelajari.

Qira’at juga merupakan salah satu cara Allah mendidik umat Islam untuk saling menghargai dalam perbedaan. Bahwa untuk bersatu itu tidak harus selalu sama.

Tags:

3 thoughts on “Qira’at dalam al-Qur’an: Pengertian, Contoh, Pengaruh Tafsir

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.