SHOPPING CART

close

Model Keluarga Zuhud dan Teladan Namun Tidak Harus Dicontoh

Pertanyaan:

Saya sering mendengarkan ceramah tentang profil seorang shahabat yang membagi 3 penghasilannya. Yaitu: 1/3 utk keluarga, 1/3 untuk disedekahkan, dan 1/3 untuk memutar modal lagi.

Saya dan istri pengen melaksanakan  itu, dengan status kami sebagai karyawan dan juga ada usaha jualan frozen.

Bagaimana menerapkannya, Ustadz?

Apakah uang gaji dan usaha dijadikan satu, atau bagaimana, Ustadz?

Syukron atas jawabannya

***

Jawaban:

Baik, Bapak. Akan kami jawab sebisa-bisanya inggih.

1. Nama shahabat itu adalah Salman al-Farisi. Seorang shahabat yang sangat brilian. Beliaulah yang mengusulkan sistem pertahanan parit pada Perang Ahzab, yang disebut juga Perang Khandaq. Dan terdapat banyak momen yang menunjukkan kebijaksanaan beliau. Termasuk dalam hal ini mengenai manajemen keuangan pribadi.

2. Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang manajemen keuangan keluarga maupun keuangan pribadi. Berapa persen yang harus disedekahkan, baru diatur secara detail, apabila sudah mencapai nishab dan haul zakat. Bila belum mencapai nishab dan haul, maka tidak ada ketentuannya. Semua diserahkan kepada keputusan pribadi masing-masing orang.

3. Aturan umum mengenai manajemen harta adalah: larangan sifat bakhil (menahan apa yang harus dikeluarkan), larangan berlaku boros (mengeluarkan lebih dari kebutuhan), dan perintah sedekah (dermawan). Dan semua aturan ini tidak sama antara satu orang dengan yang lain. Tergantung kepada penghasilan, dan kebutuhan keluarga.

Baca pula:  Lima Kecerdasan Finansial Yang Harus Kita Miliki

***

Contoh Sikap Zuhud

4. Apa yang dilakukan oleh Sayyidina Salman al-Farisi itu merupakan salah satu contoh sikap zuhud. Tidak mengejar keuntungan duniwi, namun juga tidak meninggalkannya sama sekali. Namun berada di antara keduanya. Bersikap tengah-tengah. Hal ini menunjukkan kecerdasan dan kebijaksanaan beliau.

5. Tidak semua orang mampu mencontoh kecerdasan dan kebijaksanaan orang lain. Karena kondisi tiap orang adalah berbeda-beda. Boleh jadi bila kita memaksakan diri malah menjadi salah. Karena kita terjebak pada sikap zalim yang justru dilarang. Baik kepada diri sendiri maupun orang lain, yaitu keluarga kita sendiri.

6. Pada masa keemasan Islam, Sayyidina Salman al-Farisi memperoleh kepercayaan dari Khalifah Umar bin Khatthab. Yaitu menjadi gubernur di sebuah wilayah Iraq yang bernama Madain. Setiap bulan beliau memperoleh gaji sebesar 5.000 dirham, atau 500 dinar. Jumlah yang sangat besar. Satu dinar sama dengan 4,25 (empat koma dua puluh lima) gram emas. Jadi gaji beliau adalah: 500 x 4,25 gram emas = 2.125 (dua ribu seratus dua puluh lima) gram emas. Kalau mau diuangkan silakan cek harga satu gram emas hari ini.

7. Namun ternyata seluruh gaji itu beliau habiskan untuk infak dan sedekah. Tidak satu dirham pun beliau ambil untuk keluarganya. Maka untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, beliau mengambil profesi yang lain. Yaitu sebagai seorang pengrajin. Tukang anyam keranjang dari daun kurma.

8. Modal untuk membuat keranjang itu adalah satu dirham. Setelah jadi, beliau jual keranjang itu seharga tiga dirham. Lalu tiga dirham itu beliau bagi tiga bagian. Satu dirham untuk menafkahi keluarga. Satu dirham untuk sedekah. Masih sedekah lagi. Padahal setiap bulan sudah sedekah 5.000 dirham. Tapi beliau masih ingin sedekah harian, meskipun “hanya” satu dirham. Dan masih tersisa satu dirham lagi beliau gunakan untuk modal membuat keranjang yang baru. Luar biasa. Amazing…

***

Beragama Sesuai Kemampuan

9. Nah, sampai di sini, apakah kiranya kita mampu meniru model kehidupan shahabat yang mulia ini? Terus terang, saya sendiri menyerah. Sungguh itu bukan maqam saya. Dan saya tidak ingin memaksakan diri. Karena hasilnya malah akan tidak baik, bagi saya pribadi maupun keluarga. Sekali lagi: menafkahkan seluruh gaji dari pekerjaan sebagai gubernur untuk sedekah: 100%. Lalu ambil profesi lain sebagai pengrajin. Itupun yang sepertiga masih juga untuk sedekah!

10. Allah tidak membebani seorang hamba melebihi kemampuannya. Dan agama Islam adalah agama yang selalu memberikan pilihan sesuai kemampuan kita. Bagi yang kuat silakan ambil yang berat. Itupun tentunya perlu latihan. Tidak bisa ujug-ujug langsung jadi. Perlu proses yang panjang. Seperti orang latihan angkat beban. Bila memaksanakan diri, bisa-bisa patah tulang.

11. Keputusan keuangan keluarga hendaknya kita bicarakan baik-baik dengan anggota keluarga, khususnya pasangan hidup. Tidak bisa diambil secara sepihak. Oleh karena itulah, sejak awal kita pun diberikan tuntunan untuk memilih calon pasangan yang sesuai dengan gaya hidup yang hendak kita tempuh.

Baca pula:  Inilah Hak-hak Istri Secara Finansial dalam Islam

***

Demikian beberapa poin jawaban yang bisa kami sampaikan. Bila ada yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.

Semoga ada manfaatnya. Allahu a’lam bis shawab.

Tags:

0 thoughts on “Model Keluarga Zuhud dan Teladan Namun Tidak Harus Dicontoh

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.