SHOPPING CART

close

HADITS SHAHIH: Pengertian, Contoh dan Kedudukan

الْحَدِيْثُ الصَّحِيْحُ

al-Hadits ash-Shahih

 

Inilah istilah yang paling populer berkaitan dengan hadits, yaitu: hadits shahih.

Sebuah hadits disebut sebagai hadits shahih, apabila memenuhi seluruh persyaratan sebagai hadits shahih.

Apabila sebuah hadits kehilangan salah satu saja dari persyaratan itu, maka dia menjadi hadits dha’if.

Jadi lawan dari hadits shahih adalah hadits dha’if.

Pengertian Hadits Shahih

Shahih itu secara bahasa artinya sehat, selamat, sah. Kebalikannya, dha’if artinya lemah, cacat.

Adapun secara istilah, hadits shahih adalah: hadits yang memenuhi seluruh persyaratan hadits shahih, yaitu: sanadnya bersambung, seluruh perawinya adil, seluruh perawinya dhabith, tidak mengandung syadz, dan tidak mengandung ‘illah.

Itulah definisi atau pengertian hadits shahih yang biasa dijelaskan dalam kitab-kitab Ulumul Hadits atau Musthalah Hadits.

Lalu apa saja persyaratan tersebut?

***

Syarat-syarat hadits shahih

Syarat-syarat hadits shahih itu sebenarnya sudah disebutkan dengan sendirinya dalam pengertian hadits shahih.

Namun lebih jelasnya dapat disebutkan bahwa syarat hadits shahih itu ada lima.

Berikut ini syarat-syarat hadits shahih:

1. Sanadnya bersambung

2. Seluruh perawinya adil

3. Seluruh perawinya dhabith

4. Tidak mengandung syadz

5. Tidak mengandung ‘illah

Untuk keterangan lebih lanjut khusus mengenai syarat hadits shahih ini, kita bisa menyimak artikel berikut:

Inilah Syarat-syarat Hadits Shahih, Harus Hafal dan Paham

***

Contoh Hadits Shahih

Bukannya tambah paham.

Mungkin kita malah tambah bingung setelah mengetahui persyaratan hadits shahih di atas, karena banyaknya istilah-istilah yang sangat asing bagi kita.

Oleh karena itu, ada baiknya kami sampaikan sedikit penjelasan melalui contoh sebuah hadits yang kami kutip dari kitab Shahih Bukhari berikut ini:

Teks hadits

.حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى: عَنْ شُعْبَةَ: عَنْ قَتَادَةَ: عَنْ أَنَسٍ رضى الله عنه: عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم  قَالَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْس

Terjemah mudahnya:

Musaddad berkata: Yahya berkata: Syu’bah berkata: Qatadah berkata: Anas berkata: Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Tidaklah engkau beriman sehingga engkau mencintai bagi saudaramu sebagaimana engkau mencintai bagi dirimu sendiri.” (HR. Bukhari)

Imam Bukhari

Imam Bukhari itu tidak pernah bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. Karena jarak waktu yang sangat jauh. Imam Bukhari lahir tahun 194 H. Sedangkan Nabi Muhammad Saw. wafat tahun 11 H. Maka Imam Bukhari menyebutkan nama-nama orang yang menjadi jalur periwayatan hadits di atas.

Jadi dalam meriwayatkan hadits di atas, nama-nama perawi itu adalah: Musaddad, Yahya, Syu’bah, Qatadah dan Anas. Ada lima orang. Dengan catatan:

Imam Bukhari hanya bertemu dengan Musaddad, dan tidak pernah bertemu dengan Yahya, apalagi Syu’bah.

Musaddad hanya bertemu dengan Yahya, dan tidak pernah bertemu dengan Qatadah.

Demikian dan seterusnya.

Sanad, Perawi, Adil, Dhabith

Rangkaian nama mulai dari Musaddad hingga Anas itu disebut dengan SANAD.

Setiap orang dalam rangkaian sanad itu disebut dengan PERAWI.

Apabila perawi itu bisa dipercaya, jujur, tidak berdusta khususnya dalam masalah hadits, maka dia disebut sebagai perawi yang ADIL.

Apabila perawi itu memiliki hafalan yang kuat, atau setidaknya memiliki catatan hadits yang rapi sehingga tidak keliru dalam menyampaikan hadits, maka dia disebut sebagai perawi yang DHABITH.

Syadz dan ‘illah

Apabila matan atau isi hadits itu bertentangan dengan ayat al-Qur’an, maka hadits itu disebut sebagai hadits yang SYADZ.

Atau, bila matan atau isi hadits itu bertentangan dengan hadits yang sanadnya lebih kuat, maka hadits itu disebut sebagai hadits yang syadz.

Atau lagi, bila matan atau isi hadits itu ternyata bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang dipastikan benar, maka hadits itu disebut sebagai hadits yang syadz juga.

Terakhir, bila matan atau isi hadits itu mengandung sebab tersembunyi sebagai hadits dha’if, maka hadits itu disebut hadits yang mengandung ‘ILLAH.

‘Illah itu artinya cacat yang tersembunyi, susah dijelaskan, dan hanya bisa dirasakan dan diketahui oleh para ahli hadits yang benar-benar ahli. Bukan orang yang baru belajar hadits.

***

Kesimpulan istilah

Dari penjelasan singkat di atas, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan berikut:

1. Sanad

Yaitu rangkaian nama para perawi yang menghubungkan penyusun kitab hadits dan Nabi Muhammad Saw. Karena para penyusun kitab hadits tidak pernah bertemu dengan Nabi Muhammad Saw.

2. Sanad bersambung

Artinya: tiap perawi benar-benar bertemu dengan perawi yang sebelum dan setelahnya. Hal ini hanya bisa diketahui dengan mengecek biografi masing-masing perawi.

3. Perawi

Adalah orang per orang yang disebut dalam sanad. Tiap orang dalam sanad adalah perawi.

4. Adil

Artinya: jujur, terutama yang berkaitan dengan hadits.

5. Dhabith

Artinya: tepat periwayatannya, terutama dengan ingatannya.

6. Syadz

Artinya matan hadits bertentangan dengan ayat al-Qur’an, hadits yang lebih kuat, atau ilmu pengetahuan.

7. ‘Illah

Artinya: sanad atau matan hadits mengandung cacat yang tersembunyi.

Seperti inilah perjalanan para ulama hadits hingga berminggu dan berbulan demi memperoleh satu dua hadits saja.

***

Dari mana datangnya persyaratan hadits shahih itu?

Mungkin ada yang bertanya-tanya: Dari manakah asal-usul semua persyaratan di atas? Apakah ada dalilnya dari al-Qur’an dan hadits?

Jawabannya adalah:

Tidak ada dalilnya dari al-Qur’an maupun hadits.

Semua persyaratan di atas merupakan hasil ijtihad atau olahpikir para ulama.

Meskipun “hanya” berasal dari pemikiran ulama, tanpa dalil dari ayat al-Qur’an maupun hadits. Namun seluruh persyaratan di atas telah memperoleh pengakuan dari semua ahli sejarah. Sebagai metode yang sangat akurat untuk mengungkap sumber informasi yang valid.

Secara prinsip, semua buatan manusia bisa salah bisa benar. Namun ia tetap diperlukan sebagai sebuah usaha yang maksimal, bukan asal-asalan.

Lalu apakah kita boleh membuat persyaratan yang berbeda?

Jawabannya:

Ya silakan saja. Namun kita harus jadi ahli hadits dahulu. Sehingga memperoleh pengakuan sebagai buah pemikiran yang ilmiah. Bukan asal bicara. Atau istilah kasarnya, asal njeplak.

***

Untuk apa kita mengetahui hadits shahih dan hadits dha’if?

Tujuan utama kita mempelajari dan memilah hadits mana yang shahih dan hadits mana yang dha’if adalah untuk mengetahui tingkat validitas sebuah hadits.

Hadits yang shahih itu artinya diduga kuat sebagai hadits yang sungguh-sungguh hadits. Berasal dari Nabi Muhammad Saw. Bukan hadis palsu.

Jadi ibaratnya metode ini sebagai sebuah mikroskop untuk mengidentifikasi kualitas hadits.

***

Kedudukan Hadits Shahih

Hadits Shahih memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam.

1. Sumber ajaran Islam

Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an.

Hadits sendiri dipilah mana yang shahih dan mana yang dha’if.

Tujuan pemilahan ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas hadits.

Hadits yang lolos sebagai hadits shahih merupakan tulang punggung hadits secara keseluruhan.

2. Salah satu bentuk keistimewaan umat Nabi Muhammad Saw.

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad Saw.

Lalu hadits hadits sebagai penjelas bagi al-Qur’an. Karena hadits merupakan seluruh perilaku Nabi Muhammad Saw. yang memperoleh amanah dari Allah untuk memberikan contoh terbaik. Tentang bagaimana mempraktikkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Tanpa hadits, sepertinya al-Qur’an mustahil untuk diterapkan secara benar.

Tanpa hadits, maka nasib al-Qur’an sangat dekat dengan Injil, Zabur maupun Taurat.

Oleh karena itu, hadits merupakan salah satu bentuk keistimewaan bagi umat Nabi Muhammad Saw.

3. Umat yang ilmiah

Sungguh tidak mudah mempelajari hadits. Diperlukan waktu, tenaga bahkan juga biaya yang cukup untuk bisa mempelajari hadits dengan baik.

Belajar hadits tidak kalah rumitnya dengan penelitian ilmiah manapun.

Diperlukan kesungguhan, ketelitian, ketekunan dan kesabaran dalam setiap langkah memahami bagian-bagian hadits.

Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam merupakan umat yang serius dalam belajar. Tidak asal-asalan.

Allahu a’lam.

Tags:

5 thoughts on “HADITS SHAHIH: Pengertian, Contoh dan Kedudukan

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.