Mengapa Suami Harus Lebih Taat Orangtua daripada Istri?

Pertanyaan:

Assalamu ‘alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Mohon izin untuk bertanya, Pak.

Mengapa prioritas lak-laki yang sudah menikah itu urutannya yang pertama adalah Allah, kedua adalah orangtua, ketiga adalah istri?

Sedangkan prioritas wanita yang sudah menikah itu urutannya yang pertama adalah Allah, kedua adalah suami, dan ketiga barulah orangtua?

Terima kasih.

_______

Jawaban:

Wa alaikumus salam wa rahmatullah wa barakatuh.

Jawaban singkatnya:

Karena laki-laki yang bertanggung jawab atas istrinya. Suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya. Sedangkan seorang wanita tidak wajib memberikan nafkah kepada suaminya.

Selanjutnya berikut ini sedikit penjelasan dari jawaban di atas:

1. Wanita tidak wajib mencari nafkah

Dalam Islam, seorang wanita tidak memiliki kewajiban untuk mencari nafkah.

Bagi seorang wanita yang belum menikah, yang bertanggung jawab atas keselamatannya dunia-akhirat, dan yang mencukupi seluruh kebutuhannya, adalah kedua orangtua.

Setelah wanita menikah, maka seluruh tanggung jawab itu pindah ke pundak suami. Sehingga suami memiliki kewajiban untuk menggantikan seluruh peranan orangtua wanita itu. Seluruhnya. Baik berupa nafkah harian yang berupa tempat tinggal, pakaian dan makan-minum. Juga berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan.

Oleh karena itu, sangat wajar, apabila prioritas ketaatan seorang wanita itu pun berpindah. Semula taat kepada kedua orangtua, pindah kepada suami.

Baca pula:   Istri Sudah Bekerja Sejak Belum Menikah Haruskah Izin Suami

2. Laki-laki dewasa wajib bekerja

Selama anak belum baligh, orangtuanya wajib memberikan nafkah secara layak kepadanya. Namun bila anak itu sudah tumbuh dewasa, dia bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Dia wajib bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.

Hal itu berlaku sebelum dia menikah. Dan tetap seperti itu meskipun dia sudah menikah.

3. Tatanan sosial dalam Islam

Setiap tatanan sosial memiliki polanya sendiri-sendiri dalam mengatur para individu yang hidup di dalamnya.

Dalam tradisi sosial masyarakat kapitalis, seorang yang sudah dewasa, baik laki-laki maupun perempuan wajib bekerja. Sehingga laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sejajar dalam arti yang sebenar-benarnya. Meskipun dalam beberapa hal tentu saja tetap tidak bisa sejajar. Terutama berkaitan dengan fisik atau jasmani.

Secara sekilas, tatanan sosial kapitalis itu hendak mengangkat derajat kaum wanita. Namun hendaknya hal ini disertai pemahaman yang cukup, bahwa bagaimanapun seorang wanita itu tidaklah sama dengan laki-laki. Jangan sampai niat mulia, justru akan menjerumuskan wanita ke dalam jurang kehancuran.

Padahal wanita merupakan pondasi masyarakat. Bila wanita baik, maka masyarakat menjadi baik. Bila wanita rusak, maka hancurlah masyarakat itu.

Demikian. Apabila masih ada yang ingin didiskusikan, saya persilakan.

Allahu a’lam.