SHOPPING CART

close

Shidiq: Pengertian dan Urgensinya dalam al-Qur’an dan Hadits

A. Pengertian Sifat Shidiq

Shidiq artinya jujur, yaitu: mengatakan yang sebenarnya. Orang yang jujur berarti ia mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataannya.

Ada dua kata yang sering dikaitkan dengan shidiq, yaitu as-shâdiq dan as-shiddîq. Shâdiq artinya orang yang jujur. Shâdiq juga berarti orang kepercayaan, atau teman dekat. Sedangkan shiddîq artinya orang yang benar-benar jujur. Shiddîq juga berarti orang yang selalu percaya. Shiddîq ini merupakan sifat utama Abu Bakar terhadap risalah kenabian Muhammad Saw.

Abu Bakar as-Shiddiq

Abu Bakar selalu mempercayai apa yang disampaikan Nabi Muhammad Saw., termasuk ketika beliau menyampaikan kisah Isra’ Mi’raj, yang tanpa landasan iman sungguh tidak masuk akal. Jangankan orang kafir, orang Islam sendiri banyak yang tidak percaya, atau setidaknya meragukan kebenarannya. Tetapi Abu Bakar percaya sepenuhnya. Ia berkata, “Apabila Muhammad yang mengatakannya, maka aku percaya. Bahkan yang lebih dari itu pun aku percaya.” Sejak itulah, Abu Bakar diberi gelar as-Shiddîq.

Lawan shidiq adalah kadzib, artinya berdusta, yaitu mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan.[2] Dalam sejarah Islam kita mengenal seorang yang bernama Musailamah al-Kadzdzâb. Musailamah adalah nama aslinya. Al-Kadzdzâb artinya orang yang benar-benar pendusta. Ia menerima gelar demikian, karena ia benar-benar pendusta. Ia pernah mengaku sebagai nabi di masa Nabi Muhammad Saw. masih hidup.

Shidiq Merupakan Salah Satu Sifat Allah

Shidiq juga merupakan salah satu sifat Allah Swt.. Allah berfirman:

قُلْ صَدَقَ اللَّهُ، فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً، وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Katakanlah: “Allah memang shidiq (berfirman dengan benar).” Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah ia termasuk orang-orang yang musyrik.” (Ali ‘Imran: 95)

Dalam ayat yang lain, Allah Swt. juga berfirman:

اللَّهُ لا إِلَهَ إلا هُوَ، لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ، وَمَنْ أَصْدَقُ مِنْ اللَّهِ حَدِيثاً

Allah, tiada tuhan selain Dia. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak diragukan terjadinya. Siapakah yang lebih shidiq perkataannya daripada Allah? (an-Nisa’: 87)

Demikianlah, Allah memiliki sifat-sifat sempurna dan terpuji, yang di antaranya adalah shidiq. Ia tidak pernah berdusta pada hamba-hamba-Nya. Ia pun memberikan perintah kepada hamba-hamba-Nya untuk bersifat shidiq.

Perintah Sifat Shidiq

Shidiq merupakan salah satu sifat yang diperintahkan dalam agama Islam. Orang-orang yang beriman harus memiliki sifat shidiq. Mereka bersifat shidiq ini demi melaksanakan perintah agama. Mereka bersifat shidiq bukan untuk mendapatkan keuntungan materi maupun non-materi. Dan mereka tetap bersifat shidiq, meskipun sifat shidiq itu akan merugikan kepentingan duniawi mereka. Shidiq merupakan salah satu sifat mulia, yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin hidup dan mati secara mulia.

Baca Juga:

Teladan Sifat Shidiq dalam Perilaku Para Nabi

***

B. Mulianya Sifat Shidiq dalam Firman Allah Swt.

Apabila Allah memberikan perintah kepada kita untuk melakukan sesuatu, pastilah dalam sesuatu itu terdapat maslahat (keuntungan) untuk kita sendiri maupun orang lain, dunia maupun akhirat. Dalam al-Qur’an kita mendapati banyak perintah kepada orang-orang yang beriman untuk bersifat shidiq. Kita pun yakin, bahwa dalam sifat shidiq merupakan sifat yang amat mulia.

Perintah Allah untuk Bersifat Shidiq

Dalam sebuah ayat, secara istimewa Allah Swt. memanggil orang-orang yang beriman, lalu memberikan perintah kepada mereka untuk selalu bersifat shidiq dengan cara selalu bersama dengan orang-orang yang bersifat shidiq.

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ، وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang bersifat shidiq. (at-Taubah: 119)

Bersama orang-orang shidiq artinya banyak bergaul dengan orang-orang yang shidiq, dan berusaha menjadi orang yang bersifat shidiq. Dengan banyak bergaul dengan orang-orang yang shidiq, akan lebih memudahkan kita untuk turut bersifat shidiq. Sebagaimana bergaul dengan orang-orang yang kadzib juga akan menjadikan kita untuk turut bersifat kadzib.

Keistimewaan Sifat Shidiq

Dalam ayat yang lain, Allah Swt. menyebutkan, bahwa secara khusus orang-orang yang bersifat shidiq akan memperoleh balasan karena sifat shidiqnya tersebut.

Allah Swt. berfirman:

لِيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ

Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang bersifat shidiq karena sifat shidiqnya. (al-Ahzab: 24)

Definisi Sifat Shidiq dalam al-Qur’an

Dalam ayat yang lain lagi, Allah Swt. memberikan definisi tentang siapakah orang yang bersifat shidiq itu.

Allah Swt. berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang bersifat shidiq. (al-Hujurat: 15)

Makna shidiq dalam ayat di atas adalah jujur dengan imannya. Tulus dengan imannya. Sungguh-sungguh dengan imannya. Tidak main-main. Atau dalam istilah Islam: tidak munafik. Ayat-ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk bersikap shidiq dalam beriman, yang dibuktikan dengan berjuang secara sungguh-sungguh menegakkan agama Allah, dengan mengorbankan harta dan jiwa. Itulah sifat shidiq yang dimaksudkan dalam al-Qur’an.

Baca Juga:

Contoh Sifat Shidiq dalam Kehidupan Sehari-hari

***

C. Mulianya Sifat Shidiq dalam Sabda Nabi Muhammad Saw.

Untuk menegaskan urgensi sifat shidiq yang dijelaskan dalam al-Qur’an di atas, Nabi Muhammad Saw. juga memberikan perintah kepada kita untuk bersifat shidiq. Berikut ini beberapa hadits yang secara khusus memberikan perintah kepada kita untuk bersifat shidiq:

Hadits pertama

Pada suatu kesempatan, Nabi Muhammad Saw. bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا. وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Kalian harus bersifat shidiq, karena sifat shidiq akan mengantar pada kebajikan, dan kebajikan akan mengantar kepada surga. Bila seseorang selalu bersikap shidiq dan terus-menerus bersikap shidiq, maka dia akan ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang shidiq. Dan kalian harus menjauhi sifat dusta, karena sifat dusta akan mengantar kepada kejahatan, dan kejahatan akan mengantar kepada neraka. Bila seseorang selalu bersikap dusta dan terus-menerus bersikap dusta, maka dia akan ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang pendusta. (HR. Bukhari)

Demikianlah Nabi Muhammad Saw. memberikan petunjuk. Sifat shidiq akan mengantarkan kepada perbuatan baik, sehingga perbuatan baik pun akan menjadi kebiasaan yang akan semakin ringan untuk dilakukan oleh orang yang bersifat shidiq. Dengan sifat shidiq ini, ia pun akan menjadi lebih mudah untuk menjadi penduduk surga.

Sebaliknya, sifat suka berdusta akan mengantarkan kepada perbuatan jahat, sehingga perbuatan jahat pun menjadi kebiasaan yang akan semakin ringan untuk dilakukan oleh orang yang suka berdusta. Dengan sifat dusta ini, ia pun akan menjadi lebih mudah untuk menjadi penghuni neraka.

Hadits kedua

Dalam kesempatan yang lain, Nabi Muhammad Saw. berpesan:

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ، فإنَّ الصِّدقَ طُمَأنِينَةٌ، وَالكَذِبَ رِيبَةٌ

Tinggalkanlah apa yang membuatmu ragu, menuju apa yang tidak membuatmu ragu, karena sifat shidiq itu membawa ketenangan, dan sifat kadzib itu membawa keraguan. (HR. Tirmidzi)

Sifat shidiq akan membuat kita selalu berpembawaan tenang dan berpikiran jernih. Sikap tenang yang sesungguhnya, baik lahir maupun batin. Dan pikiran jernih yang selalu berpikir secara obyektif. Dengan sikap tenang dan pikiran jernih ini, akan menuntun kita pada keputusan yang tepat. Sedangkan sifat kadzib akan membuat orang berpembawaan gelisah dan selalu berpikiran negatif. Sehingga orang itu akan mengambil keputusan yang salah.

Kisah Abu Sufyan dan Herkules

Kemudian, pada sebuah hadits yang lain, kita mendapatkan sebuah keterangan, bahwa sifat shidiq merupakan salah satu sifat yang diperintahkan secara khusus oleh Nabi Muhammad Saw.. Hal ini bisa kita pahami dari dialog yang terjadi antara Herkules dan Abu Sufyan.

Alkisah, ketika mendengar bahwa di Jazirah Arab ada seseorang yang mengaku sebagai nabi, Kaisar Romawi pada waktu itu yang bernama Herkules memanggil salah seorang bangsawan Arab. Bangsawan Arab itu adalah Abu Sufyan. Abu Sufyan ini merupakan salah satu gembong orang kafir, tapi kelak akhirnya akan masuk agama Islam setelah ditaklukkanya kota Mekkah. Lalu terjadilah dialog sebagai berikut:

قَالَ هِرقُلُ: فَمَاذَا يَأَمُرُكُمْ؟ يَعْنِي النَّبيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ أبُوْ سُفْيَانَ: يَقُوْلُ: اُعْبُدُوا اللهَ وَحْدَهُ لَا تُشْرِكوُا بِهِ شَيْئاً، وَاتْرُكُوا مَا يَقُوْلُ آبَاؤُكُمْ، ويَأْمُرُنَا بالصَلاةِ، وَالصِّدْقِ، والعَفَافِ، وَالصِّلَةِ

Herkules bertanya, “Apa yang dia (Muhammad) perintahkan kepada kalian?” Abu Sufyan menjawab, “Dia memberikan perintah: Sembahlah Allah saja, dan jangan menyekutukan-Nya dengan apapun. Tinggalkanlah agama nenek-moyangmu. Dia juga memerintahkan kami untuk melaksanakan shalat, bersifat shidiq, memelihara kehormatan, dan menyambung kekeluargaan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan keterangan dari Abu Sufyan kepada Herkules di atas, sifat shidiq merupakan sifat utama yang diperintahkan Nabi Muhammad Saw..

Secara tegas, dalam hadits-hadits di atas Nabi Muhammad Saw. memberikan perintah kepada kita untuk selalu bersifat shidiq, dan menjauhi sifat kadzib.

Baca Juga:

Inilah Beberapa Contoh Buah dari Sifat Shidiq

***

D. Bahaya Sifat Kadzib

Sebagaimana kita maklumi, apabila Allah memberikan perintah kepada kita untuk mengerjakan sesuatu, pastilah dalam sesuatu itu terdapat kebajikan yang berlipat-ganda. Demikian pula sebaliknya, apabila Allah memberikan larangan kepada kita untuk meninggalkan sesuatu, pastilah dalam sesuatu itu terdapat kerugian dan keburukan yang tidak tertahankan. Selain memerintahkan shidiq, secara tegas Allah Swt. melarang kita bersifat dan berlaku kadzib.

Allah Swt. berfirman:

وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمْ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ

إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara kadzib, “Ini halal dan ini haram.” Untuk mengada-adakan perbuatan kadzib terhadap Allah. Sesunguhnya orang-orang yang mengada-adakan perbuatan kadzib itu tidak akan beruntung. (an-Nahl: 116)

Sifat paling buruk

Dan dalam agama Islam, tidak ada sifat yang lebih buruk daripada sifat orang-orang munafik. Di antara sifat utama orang munafik adalah suka berdusta. Nabi Muhammad Saw. bersabda:

آيةُ المُنافقِ ثلاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعدَ أخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu: bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia mengingkari, dan bila dipercaya ia berkhianat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Lebih jauh, Nabi Muhammad Saw. memberikan penjelasan, bahwa sifat kadzib dan shidiq itu tidak mungkin bertemu, sebagaimana sifat iman dan kufur yang juga tidak bisa bertemu. Beliau bersabda:

لاَ يَجْتَمِعُ الإِيمَانُ وَالْكُفْرُ فِى قَلْبِ امْرِئٍ، وَلاَ يَجْتَمِعُ الصِدْقُ وَالْكَذِبُ جَمِيعاً

Sifat iman dan kufur tidak bisa berkumpul dalam hati seseorang. Demikian pula halnya sifat shidiq dan kadzib tidak bisa berkumpul. (HR. Ahmad)

Semua ayat dan hadits di atas sesungguhnya sudah cukup membuat kita bertekad untuk memiliki sifat shidiq, dan berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi sifat kadzib. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua…

_____________

Sumber dan Bacaan: 

– Buku Dahsyatnya 4 Sifat NabiAhda Bina A. Lc. 

– Buku ar-Rusul war-Risalat‘, Syeikh Umar Sulaiman al-Asyqat.

– Artikel Shifat al-Anbiya’ war RusulSyeikh Batul ad-Daghim. mawdoo3.com

 

Tags:

One thought on “Shidiq: Pengertian dan Urgensinya dalam al-Qur’an dan Hadits

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.