SHOPPING CART

close

Surat al-Fatihah: Pengertian, Nama Lain, Keutamaan & Tadabur

سُوْرَةُ الْفَاتِحَةِ

Suurah al-Faatihah

 

Pendahuluan

Tidak ada satupun surat yang lebih dekat kepada kita melebihi Surat al-Fatihah. Karena surat ini kita baca minimal belasan kali setiap hari. Dan itu sifatnya wajib. Hal ini menunjukkan salah satu keutamaan Surat al-Fatihah secara langsung dan berulang-ulang setiap waktu.

Pada kesempatan kali ini, marilah kita luangkan sejenak. Waktu dan perhatian kita untuk memahami makna, nama-nama lain, keutamaan, dan tadabur untuk surat yang mulia ini.

Semoga Allah Swt. melimpahkan kemudahan.

***

1. Makna al-Fatihah

Secara bahasa, al-Fatihah artinya: pembuka. Dari kata fataha-yaftahu, artinya: membuka.

Dari kata ini pula terbentuk kata miftah, artinya: alat untuk membuka, alias kunci.

Disebut surat al-Fatihah, karena surat ini biasa memiliki fungsi sebagai:

a. Pembukaan shalat

Setiap shalat, kita selalu mengawalinya dengan membaca surat al-Fatihah. Bahkan bukan hanya di awal shalat. Namun juga di awal setiap rakaat.

b. Pembukaan al-Qur’an

Sebagaimana kita ketahui bersama. Bahwa surat yang pertama dalam mushaf al-Qur’an adalah surat al-Fatihah. Sehingga surat ini menjadi pembukaan bagi mushaf al-Qur’an.

Mushaf dibaca mus-haf, bukan mu-shaf. Artinya himpunan, dokumen dan catatan al-Qur’an yang tertulis secara lengkap.

Istilah ini hanya untuk membedakan antara al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfuzh, dan al-Qur’an yang biasa kita pegang dan baca.

Baca Juga:

Membaca al-Fatihah, Doa dan Surat Pendek dalam Shalat

***

2. Nama Lain Surat al-Fatihah

Surat al-Fatihah memiliki banyak nama, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Ummul Kitab

Ummu atau ummi artinya: induk.

Al-Kitab adalah nama lain dari al-Qur’an.

Jadi Ummul Kitab artinya adalah induk al-Qur’an. Karena al-Fatihah mengandung seluruh makna al-Qur’an secara umum. Mencakup pokok-pokok aqidah, syariat maupun akhlak.

b. al-Matsani

Al-Matsani artinya: yang diulang-ulang.

Karena al-Fatihah selalu diulang dalam setiap rakaat shalat. Setiap hari. Dan tidak ada sebuah surat yang diulang melebihi surat al-Fatihah.

c. al-Hamdu

Karena awal surat ini diawali dengan kata al-Hamdu.

d. ash-Shalah

Kata ash-Shalah di sini artinya shalat. Surat al-Fatihah disebut shalat, karena shalat tidak sah tanpa membaca al-Fatihah.

Hal ini seperti kata wajah untuk menunjuk seseorang secara keseluruhan.

e. asy-Syifa’

Artinya penyembuh. Berdasarkan sebuah hadits yang menyebut surat al-Fatihah sebagai penyembuh.

Penyembuh di sini bisa bermakna menyembuhkan penyakit hati, maupun menyembuhkan penyakit lahiriyah.

f. ar-Ruqyah

Hal ini berdasarkan sebuah hadits. Bahwa ada seorang shahabat yang menggunakan al-Fatihah untuk meruqyah orang yang sakit.

g. Asasul Qur’an

Artinya: pondasi al-Qur’an. Demikian nama ini disampaikan oleh Ibnu ‘Abbas. Seorang shahabat yang secara khusus memperoleh doa dari Rasulullah Saw. supaya memperoleh pemahaman al-Qur’an.

h. al-Waqiyah

Artinya: pelindung. Demikian nama ini disematkan oleh Sufyan bin ‘Uyainah. Salah seorang pemuka ahli tafsir.

i. al-Kafiyah

Artinya: yang mencukupi. Demikian disebutkan oleh Yahya bin Abi Katsir.

***

3. Keutamaan Surat al-Fatihah

Setelah kita mengetahui nama-nama lain dari al-Fatihah, tentunya kita sudah pula memahami keutamaan dan fadhilah surat al-Fatihah ini.

Jadi dari namanya yang demikian banyak, kita pun sudah otomatis memahami keagungan dari surat ini.

Secara khusus terdapat banyak hadits yang menunjukkan kemuliaan dan keagungan surat al-Fatihah. Di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Bisa digunakan untuk meruqyah

Hal ini berdasarkan hadits berikut:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كُنَّا فِي مَسِيرٍ لَنَا فَنَزَلْنَا فَجَاءَتْ جَارِيَةٌ فَقَالَتْ إِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ سَلِيمٌ وَإِنَّ نَفَرَنَا غَيْبٌ فَهَلْ مِنْكُمْ رَاقٍ فَقَامَ مَعَهَا رَجُلٌ مَا كُنَّا نَأْبُنُهُ بِرُقْيَةٍ فَرَقَاهُ فَبَرَأَ فَأَمَرَ لَهُ بِثَلَاثِينَ شَاةً وَسَقَانَا لَبَنًا فَلَمَّا رَجَعَ قُلْنَا لَهُ أَكُنْتَ تُحْسِنُ رُقْيَةً أَوْ كُنْتَ تَرْقِي قَالَ لَا مَا رَقَيْتُ إِلَّا بِأُمِّ الْكِتَابِ قُلْنَا لَا تُحْدِثُوا شَيْئًا حَتَّى نَأْتِيَ أَوْ نَسْأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ ذَكَرْنَاهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ وَمَا كَانَ يُدْرِيهِ أَنَّهَا رُقْيَةٌ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ

Dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata:

Dalam perjalanan yang kami lakukan, kami singgah di suatu tempat.

Lalu datanglah seorang wanita dan berkata, “Sesungguhnya ada seorang kepala kampung sakit, sementara orang-orang kami sedang tiada. Apakah salah seorang dari kalian ada yang bisa meruqyah?”

Maka berdirilah seorang laki-laki yang kami sendiri tidak tahu bahwa ia bisa meruqyah. Ia beranjak bersama wanita itu, lalu meruqyah, dan ternyata yang diruqyah sembuh.

Kemudian sang kepala kampung memerintahkan agar laki-laki itu diberi tiga puluh ekor kambing, dan kami pun diberinya minuman susu.

Setelah pulang, kami bertanya padanya, “Apakah kamu memang seorang yang pandai meruqyah?”

Ia menjawab, “Tidak, dan tidaklah aku meruqyahnya, kecuali dengan Ummul Kitab (Surat al-Fatihah).”

Kami katakan, “Janganlah kalian berbuat apa-apa, hingga kita sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya pada beliau.”

Ketika kami sampai di Madinah, kami pun menuturkan hal itu pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dan beliau bersabda: “Bagaimana dia tahu bahwa surat ini adalah ruqyah. Berilah aku bagian dari kambing itu.”

(HR. Imam Bukhari.)

b. Surat Yang Paling Agung

Hal ini berdasarkan hadits berikut:

 أُصَلِّي قَالَ أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ { اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ } ثُمَّ قَالَ أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ

Dari Abu Sa’id Al Mu’alla ia berkata:

Suatu ketika aku sedang shalat. Tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilku. Namun aku tidak menjawab panggilannya.

Seusai shalat, aku berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi aku sedang shalat.”

Beliau bersabda, “Bukankah Allah telah berfirman: ‘Penuhilah panggilan Allah dan panggilan Rasul-Nya bila ia mengajak kalian.'”

Kemudian beliau bersabda, “Maukah kamu aku ajari satu surat yang paling agung yang terdapat dalam Al-Qur`an sebelum kamu keluar dari Masjid?”

Lalu beliau memegang tanganku, dan ketika kami hendak keluar, aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Anda telah berkata, ‘Sungguh, aku akan mengajarkan padamu suatu surat yang paling agung dari Al Qur`an.'”

Beliau pun bersabda, “Surat itu adalah: ‘Al-Hamdu lilahi Rabbil ‘alamiin. Ia adalah As-Sab’u Al Matsaani dan surat al-Qur`an yang paling agung, yang telah diberikan kepadaku.”

(HR. Imam Bukhari.)

***

4. Tadabur Per Ayat

Sekarang marilah bersama-sama kita mentadaburi Surat yang paling mulia dalam al-Qur’an ini. Semoga Allah membukakan pintu hikmah-Nya bagi kita semua.

a. Ayat pertama

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

Ya Allah.

Dengan nama-Mu aku membaca kitab-Mu. Untuk ridha-Mu aku menghadapkan wajahku pada-Mu.

Dengan nama-Mu aku memulai setiap amal saleh. Hanya untuk-Mu aku melakukan kebaikan.

Dengan dua sifat-Mu yang paling utama: ar-Rahman ar-Rahim.

Yang Maha Pengasih, memberikan segala kecukupan bagi setiap makhluk. Juga setiap manusia, baik yang taat maupun jahat. Semuanya Engkau cukupi dengan hikmah-Mu.

Yang Maha Penyayang. Kepada setiap hamba-Mu yang taat. Melebihi sayangnya:

  • seorang ibu kepada anaknya
  • seorang manusia kepada dirinya sendiri.

b. Ayat kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Hanya Engkau yang berhak atas segala pujian.

Tidak ada yang pantas memperoleh pujian. Melainkan harus melalui pujian untuk-Mu terlebih dahulu.

Bahwa pujian kepada selain-Mu. Hanyalah perantara. Namun yang benar-benar berhak dipuji hanyalah Engkau saja.

Engkau berhak dipuji, sebagai sifat-Mu Yang Maha Terpuji. Tanpa harus aku merasa Engkau beri nikmat.

Karena betapa aku tidak mampu menghitung-hitung nikmat yang Engkau limpahkan padaku.

Setiap saat.

Bermilyar, bertrilyun hingga tidak bisa terhitung. Setiap detik. Setiap seperjuta detik.

c. Ayat ketiga

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sungguh Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Engkau ajari kami untuk mengenal dua sifat-Mu yang paling pokok ini.

Sebelum Engkau mengenalkan sifat-sifat-Mu yang lain. Yang semua sifat-Mu adalah sempurna.

Namun yang paling pokok. Paling utama.

Engkau adalah Maha Pengasih. Dan Maha Penyayang.

d. Ayat keempat

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Engkaulah Raja yang sesungguhnya. Yang kami taati secara mutlak. Tanpa banyak bertanya. Tanpa terlalu banyak berpikir.

Engkau Raja pada hari pembalasan.

Membalas setiap perbuatan baik minimal sepuluh kali lipat. Plus menghapus satu dosa yang telah kami kerjakan.

Membalas setiap amal keburukan. Dengan keadilan yang tiada cela sedikit pun.

e. Ayat kelima

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada-Mu kami menyembah.

Kami bersama-sama menghadap pada-Mu. Sebanyak mungkin kami telah berusaha berkumpul. Baik di masjid-Mu maupun di bagian lain dari hamparan bumi-Mu.

Kami berusaha sekuat tenaga yang kami mampu. Untuk taat selalu pada-Mu.

Oleh karena itulah. Kami memberanikan diri untuk meminta pertolongan dari-Mu.

Kalau bukan Engkau. Lantas kepada siapa kami bisa meminta pertolongan. Dengan pertolongan yang sesungguhnya. Mengentaskan dari setiap masalah hingga ke akar-akarnya.
Menyembuhkan setiap penyakit dengan sebersih-bersihnya.

Hingga yang tinggal adalah kesehatan. Kecukupan. Kemuliaan. Ketenangan. Hidup di dunia hingga di akhirat. Dengan selamat.

f. Ayat keenam

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Ya Allah. Setiap waktu aku mengaku sebagai orang yang sangat bodoh.

Aku berlindung pada-Mu dari sifat sok tahu. Sok pintar.

Tanpa-Mu kami semua adalah bodoh dalam arti yang sesungguhnya. Tak tahu arah.

Maka tunjukkanlah kepada kami selalu.

Jalan kebenaran. Yang Engkau ridhai.

Jalan yang selalu membuat kami tenteram. Damai.

g. Ayat ketujuh

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ 

Yaitu. Jalan orang-orang yang senantiasa Engkau limpahkan kenikmatan. Kemarin, sekarang maupun yang akan datang.

Dalam keadaan susah maupun senang. Sempit maupun lapang. Semua menjadi nikmat dengan rahmat-Mu.

Dan Jauhkan ya Allah. Kami dari setiap jalan yang Engkau murkai.

Jalan orang yang sudah tahu kebenaran, namun menolak melalui jalan itu.

Sudah tahu jalan itu sesat, namun malah dia sengaja melewati. Manusia paling celaka.

Jauhkanlah pula ya Allah. Kami dari sifat orang-orang yang tersesat.

Orang yang tidak tahu arah.

Orang yang tidak tahu mana jalan kebenaran, dan mana jalan kesesatan.

Amin…

Mohon kabulkanlah, ya Allah…

Allahu a’lam.

_________________

Sumber bacaan:

Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, atau biasa disebut Tafsir Ibnu Katsir.

Merupakan salah satu kitab rujukan tafsir al-Qur’an yang paling utama setelah Tafsir ath-Thabari.

Tags:

0 thoughts on “Surat al-Fatihah: Pengertian, Nama Lain, Keutamaan & Tadabur

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.