SHOPPING CART

close

Tips Spesial dalam Menghafal Surat Pilihan

Ketika tujuan sudah pasti, kendaraan sudah siap, perbekalan sudah cukup, itu berarti aktivitas bisa segera kita mulai. Berikut ini adalah rambu-rambu yang sudah selayaknya kita perhatikan.

1. Antara Cinta dan Nafsu

Al-Quran diturunkan sebagai tanda cinta dari Allah kepada umat manusia. Maka janganlah kita memperlakukan al-Quran sebagai sesuatu yang harus dikuasai. Namun perlakukanlah al-Quran sebagai sesuatu yang sudah sepantasnya kita cintai. Orang yang melakukan sesuatu untuk menguasai, tentulah berbeda dengan orang yang melakukan sesuatu karena ingin menyatakan cintanya.

Seorang lelaki yang mencintai seorang wanita, ia akan memperlakukan wanita itu untuk kebaikan wanita itu. Meski kadang ia harus kehilangan wanita tersebut. Sama dengan orang yang tulus mencintai al-Quran. Ia menghafal huruf per huruf, ia menghafal kata per kata, tanpa memikirkan apakah akhirnya pasti akan hafal. Ia tidak memikirkan apakah akhirnya harus memiliki….

Sebaliknya bila seorang lelaki ingin menguasai seorang wanita, ia akan melakukan apapun untuk berhasil menguasai wanita itu, meskipun dengan jalan kekerasan. Meskipun wanita itu harus disakiti. Bahkan meskipun wanita itu tidak menginginkan dirinya. Sama dengan orang yang menghafal al-Quran dengan tanpa memperhatikan rambu-rambu. Tanpa perasaan.

Pembaca yang mulia…. Kita sedang berhadapan dengan kitab Allah. Tidak etis bila kita sampai ingin menguasai. Justru kita ingin, hidup kitalah yang dikuasai oleh al-Quran. Diri kitalah yang dikuasai oleh al-Quran. Bukan sebaliknya.

Baca Juga:

Tips Spesial Menghafal al-Qur’an dari Para Ulama

***

2. Perlakukan tiap ayat sebagai tamu kehormatan

Setiap ayat yang sedang kita baca dan hafal adalah kalam Allah. Bila ayat itu adalah tamu, dan diri kita adalah tuan rumah, sudah sepantasnya kita melakukan yang terbaik untuk tamu tersebut.

Sebelum tamu itu datang, tentu kita telah menata ruang tamu sebaik baiknya. Menyiapkan makanan dan minuman terbaik. Badan bersih. Pakaian pun dipilih yang paling pantas. Tidak lupa mengenakan wangi-wangian.

Setelah tamu itu datang, kita menyambutnya dengan suka cita. Wajah berseri-seri, serta kalimat dan sikap dipilih yang paling santun dan ramah. Sikap santun dan ramah yang tulus, bukan dibuat-buat. Karena tamu amat peka, bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang pura-pura.

Kita duduk bersama tamu itu dengan rapi. Kita ingin tamu itu betah tinggal berlama-lama. Sebaliknya, kita tidak ingin tamu itu cepat pergi. Sehingga melihat jam –tangan maupun dinding- adalah pantangan. Itu sama artinya dengan pesan bahwa tamu itu telah merepotkan kita. Itu sama artinya mengusir tamu dengan cara yang paling halus.

Ayat-ayat al-Quran tidaklah sama dengan kata-kata atau kalimat buatan manusia manapun. Meskipun setiap ayat memang disusun demikian indah, ia tidak sama dengan untaian syair atau puisi manapun. Oleh karena itu, jangan pernah berharap, ayat-ayat al-Quran bersedia singgah terlalu lama dalam hati orang yang enggan memperlakukannya dengan semestinya.

Boleh jadi ayat-ayat itu bersedia mampir sebentar dalam ingatan seseorang yang memperlakukannya dengan kasar dan sembrono. Tapi perhatikan saja, dengan cepatnya ayat-ayat itu berpamitan dan tidak pernah kembali lagi.

Baca Juga:

Contoh Menghafal Al-Qur’an Pilihan Secara Tertib dan Benar

***

3. Menghafal dengan suara nyaring

Ada orang yang menghafal al-Quran dengan suara lirih, sampai orang lain yang sedang duduk di sampingnya pun tidak mendengar suaranya, atau bahkan tidak tahu bahwa orang itu sedang menghafal.

Sikap yang demikian itu tentu baik-baik saja, apalagi bila dengan niat tidak ingin mengganggu ketenangan orang lain. Namun apabila setiap kali menghafal dengan cara demikian, maka ia telah merugi.

Hal ini dikarenakan:

  • Kita menghafal dengan suara keras sesungguhnya ikut membantu konsentrasi dalam menghafal.
  • Menghafal dengan suara keras menjadikan alat pengucapan ikut terbiasa melafadhkan dengan cara yang optimal.
  • Menghafal dengan surara keras akan membantu pendengaran sebagai alat perekam turut bekerja.

Baca Juga:

Beberapa Kesalahan dalam Menghafal al-Qur’an

***

4. Jangan meremehkan sebuah huruf pun

Ada orang yang menghafal al-Quran dengan asal-asalan, kurang memperhatikan apa yang sedang dilakukannya. Ia menghafal dengan sekenanya. Ketika nanti disimak orang lain, ia pun selalu mengharapkan koreksi. Ia memang siap menerima koreksi. Bahkan ketika tiap ayat yang ia simakkan pada orang lain mendapat koreksi, ia tidak merasa keberatan.

Ia merasa enjoy saja, tidak merasa bersalah, tidak merasa berdosa. Padahal ia sedang melafadhkan ayat-ayat suci yang banyak salahnya. Yang penting banyak ayat ia setorkan, padahal semua ayat yang disetorkannya rusak.

Ibarat orang memasak, meskipun sedikit, tapi lezat, insya Allah menyenangkan. Meskipun sedikit, masakan itu akan dinantikan banyak orang. Meskipun sedikit, masakan itu layak mendapatkan pujian.

Sedangkan orang yang memasak tidak enak, meskipun ia memasak dalam jumlah yang banyak, tetap saja ia tidak pantas mendapat pujian. Bahkan mungkin ia akan dimaki orang lain, karena bahan makanan yang dibeli dengan susah payah (karena begitu banyak) akhirnya menjadi sia-sia. Kalau pun mendapat pujian, itu adalah pujian untuk basa-basi saja. Padahal hati mengumpat tiada terkira.

Baca Juga:

Qira’at dalam al-Qur’an: Pengertian, Contoh, Pengaruh Tafsir

***

5. Jangan berpoligami sebelum membahagiakan

Menghafal ayat itu sama dengan menikah. Itu ekstrimnya, tapi memang inilah yang sesungguhnya, supaya kita bisa menghafal dengan baik. Maksudnya, bila seorang laki-laki menikah, jangan sampai menambah istri lagi, kalau belum mampu membahagiakan istri yang pertama.

Tanda telah membahagiakan istri yang pertama, di antaranya, apabila seorang suami menikah lagi, istri yang pertama tidak minta cerai. Mungkin saja ia marah-marah dengan hebat, tapi tidak sampai mintai cerai. Nah, demikian pulalah menghafal ayat-ayat al-Quran.

Jangan sampai kita menghafal sebuah ayat, belum sempurna hafalan pada ayat itu, sudah terburu menambah hafalan ayat lagi. Nanti ayat kedua belum sempurna, tambah ayat ketiga. Ayat ketiga belum sempurna, tambah ayat keempat. Akhirnya tidak ada satu pun ayat yang dihafal dengan sempurna. Akibatnya, ketika disimakkan pada orang lain, setiap ayat selalu memperoleh koreksi.

Itu sama saja dengan orang yang memiliki istri banyak, namun istri-istri itu kemudian dipuaskan oleh orang lain…. Na‘udzu billah min dzalik.…

Boleh jadi di antara pembaca merasa, bahwa apa yang penulis sampaikan di sini terlalu vulgar, atau bahkan jorok dan menjijikkan. Namun memang inilah jalan yang penulis pilih untuk mengingatkan saudara-saudara kita yang suka menghafal al-Quran supaya menghafal secara teliti.

Kita menghafal dengan penuh rasa hormat. Menghafal sebagai perbuatan yang tidak main-main….

Kita menghafal sebagai sebuah ibadah.…

Baca Juga:

Makkiyah dan Madaniyah: Pengertian, Ciri-ciri dan Contoh

***

6. Menjaga stamina

Kegiatan menghafal merupakan kegiatan yang tidak ringan. Mata terus-menerus menatap, lisan mengeja, pikiran berkonsentrasi, bahkan telinga pun membantu mengoreksi. Sungguh bukan pekerjaan yang ringan.

Oleh karena itu, kita perlu memberi kesempatan kepada anggota tubuh untuk beristirahat bila telah tiba waktunya. Sama seperti melakukan kegiatan fisik, kita tidak boleh memaksa alat-alat menghafal itu melakukan kegiatan berat tanpa istirahat.

Dengan istirahat sejenak, anggota tubuh kita akan memperoleh kesempatan untuk memulihkan kemampuannya yang optimal. Setiap tujuh atau sepuluh menit sekali, letakkan al-Quran sejenak, lalu berdiri dan melangkah ke dapur untuk mengambil air minum.

Setelah minum beberapa teguk, lanjutkan kegiatan menghafal. Ketika tubuh merasa enjoy, insya Allah kegiatan menghafal pun menjadi menyenangkan.

Baca Juga:

Asbabun Nuzul: Pengertian, Contoh, Urgensi, Tanya-Jawab

***

7. Berhentilah ketika waktu telah habis

Ada kalanya kita menemui sebuah atau beberapa ayat yang memang agak susah untuk dihafal. Sehingga ketika waktu telah habis, target hafalan belum tercapai. Bagaimana kita menyikapi situasi ini?

Ketika waktu menghafal sudah habis, hendaknya kita berhenti, meskipun target hafalan belum tercapai. Bagaimana pun tubuh kita punya hak untuk beristirahat. Kita cari waktu senggang beberapa lama kemudian. Tapi hendaknya kita tetap fokus kepada ayat yang belum dihafal itu. Jangan sampai memikirkan atau melirik ayat berikutnya, karena justru memecah konsentrai.

Akibatnya, ayat yang sudah terasa susah itu terasa semakin susah untuk dihafal. Bahkan kita merasa ingin segera meninggalkan ayat itu dan berpindah pada ayat berikutnya. Ini adalah kesalahan fatal dan tidak bisa diampuni. Hal itu bukannya mempercepat hafalan, tapi malah menghambat hafalan.

Dengan menghentikan kegiatan pada waktunya, padahal masih bersemangat, akan membuat diri kita terus-menerus merasakan kerinduan. Kita menunggu-nunggu kapan waktu menghafal akan tiba kembali. Perasaan rindu itulah yang akan membuat kita istiqomah melakukan kegiatan sesuai dengan jadual.

Baca Juga:

Nasikh-Mansukh: Pengertian, Contoh, Macam-macam dan Hikmah

***

8. Berhentilah ketika target hafalan telah tercapai

Bila target hafalan sudah tercapai, sementara masih ada waktu tersisa, hendaknya kita berhenti menambah hafalan. Waktu yang masih tersisa adalah kesempatan terbaik untuk mengulang-ulang hafalan yang sudah tercapai itu (murajaah). Bila kita menambah hafalan, padahal target sudah tercapai, hal itu berarti:

  • Melewatkan kesempatan murajaah pada ayat-ayat yang sudah kita hafal.
  • Menambah beban yang belum waktunya kita terima.
  • Tidak disiplin dengan jadual.
  • Nikmatilah

Setiap surat dalam al-Quran adalah sajian yang lezat dari Allah (ma’dubatullah). Tanda bahwa kita menikmati sajian itu adalah kita bergembira, bisa terlihat dari pancaran mata dan hati yang berbunga-bunga. Lalu kita sendok dan suapkan ke mulut, mengunyah dengan perasaan dan menelan dengan syukur.

Sedang tanda orang yang tidak menikmatinya, tentu juga terlihat dari gerak-geriknya. Ia menyendok dengan ogah-ogahan, mengunyah dengan asal-asalan, bahkan kadang memuntahkannya kembali. Orang yang demikian, ada indikasi ia sedang sakit. Tubuhnya kurang sehat.

Oleh karena itu, tidak usah dipaksakan. Lebih baik ia membaca (tilawah) saja. Karena kalau dipaksakan, maka akan menghabiskan energi saja. Hasilnya tidak akan menggembirakan. Ia akan menghafal dengan asal-asalan, yang penting selesai.

Baca Juga:

Tadabbur Surat al-Fatihah: Keutamaan dan Makna Per Ayat

***

9. Nikmatilah

Setiap surat dalam al-Quran adalah sajian yang lezat dari Allah (ma’dubatullah). Tanda bahwa kita menikmati sajian itu adalah kita bergembira, bisa terlihat dari pancaran mata dan hati yang berbunga-bunga. Lalu kita sendok dan suapkan ke mulut, mengunyah dengan perasaan dan menelan dengan syukur.

Sedang tanda orang yang tidak menikmatinya, tentu juga terlihat dari gerak-geriknya. Ia menyendok dengan ogah-ogahan, mengunyah dengan asal-asalan, bahkan kadang memuntahkannya kembali. Orang yang demikian, ada indikasi ia sedang sakit. Tubuhnya kurang sehat.

Oleh karena itu, tidak usah dipaksakan. Lebih baik ia membaca (tilawah) saja. Karena kalau dipaksakan, maka akan menghabiskan energi saja. Hasilnya tidak akan menggembirakan. Ia akan menghafal dengan asal-asalan, yang penting selesai.

Baca Juga:

Menyembunyikan Amarah: Kisah Teladan Imam Ali

***

10. Godaan menjelang ayat terakhir

Banyak di antara kita, ketika melihat akhir surat langsung tergesa-gesa. Ibarat orang yang telah menempuh perjalanan jauh. Sekian lama menahan dahaga dan lelah. Hampir saja kehabisan tenaga dan semangat. Namun ketika nampak sebuah gubuk atau pohon yang teduh, tiba-tiba saja tenaga terasa pulih. Begitu cepat kaki melangkah. Berharap tubuh segera dapat beristirahat, bahkan tidur….

Sama halnya dengan orang yang menghafal ayat-ayat al-Quran. Sekian ayat telah dilampau dengan susah payah, hingga ketika sampai ayat-ayat terakhir, begitu bersemangat menyelesaikan hafalan. Padahal ayat-ayat yang dikira sudah dihafal dengan baik, sebenarnya belum dihafal sebagaimana seharusnya.

Kita mengira kalau sudah sampai akhir surat, berarti kita semakin mudah menguasai surat itu. Tentu saja ini tidak bisa dibenarkan. Justru setelah kita tiba pada ayat terakhir, ada perjuangan yang tidak kalah beratnya dibandingkan dengan ketika menghafal. Perjuangan itu adalah mempertahankan hafalan.

Bagaimana ayat-ayat yang sudah kita hafal itu tidak hilang. Bagaimana ayat-ayat yang telah kita hafal itu tetap betah tinggal bersama kita.

Baca Juga:

Tadabbur Ayat Kursi: Menghapus Semua Kesedihan

***

Penutup

Demikian beberapa hal yang bisa kami sampaikan berkaitan dengan teknik menghafal al-Qur’an. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Allahu a’lam.

_______

Sumber:

Mudah & Cepat Menghafal Surat-surat Pilihan, oleh Ahda Bina A., Lc.

– Artikel:

Fadhail Hifzhil-Qur’anil-Karim. Ahmed Ashour.

Tags:

One thought on “Tips Spesial dalam Menghafal Surat Pilihan

Tinggalkan Balasan ke Buku: Mudah dan Cepat Menghafal Surat PilihanBatalkan balasan

Your email address will not be published.