SHOPPING CART

close

Tata Cara Takbiratul Ihram: Gerakan dan Bacaan

Takbir artinya membaca kalimat, “Allahu akbar.” Ihram artinya mengharamkan.

Allahu akbar artinya Allah Maha Besar. Maknanya, semua urusan selain urusan dengan Allah adalah urusan kecil dan remeh-temeh. Dibandingkan urusan dengan Allah, tidak ada urusan yang penting.

Takbiratul ihram artinya takbir yang mengharamkan seluruh ucapan dan gerakan selain ucapan dan gerakan shalat. Oleh karena itu, setelah melakukan takbiratul ihram, kita diharamkan berucap dan bergerak selain ucapan dan gerakan shalat. Kita baru boleh berucap dan bergerak dengan ucapan dan gerakan selain shalat hanya setelah salam.

Rasulullah Saw. bersabda:

مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Kunci (pembuka) shalat itu adalah wudhu, permulaannya adalah takbir, dan penghabisannya adalah salam. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Cara bertabiratul ihram yaitu:

Kita (1) membaca, “Allahu akbar,” (2) dengan niat ikhlas karena Allah, (3) seraya mengangkat kedua belah tangan selurus bahu, dan mensejajarkan ibu jari pada daun telinga, (4) lalu kita letakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri di atas dada.

Selanjutnya kita akan memaparkan dalil untuk masing-masing unsur dari takbiratul ihram ini secara detail.

a. Bertakbir

Hadits dari Humaid as-Sa’idi, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَّةِ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ، وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ : اللَّهُ أَكْبَرُ.

Bila Rasulullah r hendak shalat, beliau menghadap kiblat, lalu mengangkat kedua belah tangan dengan membaca, “Allahu Akbar”. (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah Saw. bersabda:

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ

Bila engkau hendak melaksanakan shalat, bertakbirlah. (HR. Bukhari dan Muslim)

***

b. Niat yang ikhlas

Bila kita perhatikan, memang tidak ada seorang pun shahabat yang menyampaikan riwayat, bahwa Nabi Muhammad r pernah menjelaskan niat sebagai bagian rukun shalat.

Namun bila kita perhatikan lebih jauh, niat ini perlu kita sebutkan sebagai tambahan penjelasan saja.

Sudah tentu niat menjadi satu kesatuan dengan setiap amal kita sebagai syarat utama diterimanya ibadah, yaitu niat amal yang ikhlas semata-mata mengharapkan ridha Allah.

Allah Swt. berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ.

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. (al-Bayyinah: 5)

Selain itu, niat dalam shalat perlu kita tegaskan, karena niat inilah yang membedakan antara satu shalat dengan shalat yang lain. Sebagai misal, shalat dua rakaat yang kita lakukan setelah adzan Shubuh, bisa jadi merupakan shalat sunnah qabliyah shubuh atau shalat shubuh itu sendiri. Di sinilah peranan niat yang membedakan antara keduanya.

Rasulullah Saw. bersabda:

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung pada niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  akan memperoleh balasan berdasarkan apa yang dia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim)

***

c. Mengangkat kedua belah tangan selurus bahu, dan mensejajarkan ibu jari pada daun telinga

Hadits dari Ibnu ‘Umar, ia berkata:

كَانَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ، وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ: (سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ)، وَكَانَ لاَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِى السُّجُودِ.

Adalah Nabi Muhammad Saw. mengangkat kedua tangan selurus bahu, bila beliau memulai shalat, dan bila bertakbir hendak ruku’. Bila mengangkat kepala dari ruku’, beliau juga mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan, “Sami’alla-hu liman hamidah rabbana- wa lakalhamd.” Dan beliau tidak melakukannya ketika hendak sujud. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits dari Malik bin al-Huwairits, ia berkata:

كَانَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ، وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ، فَقَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ.

Adalah Rasulullah Saw. apabila bertakbir, beliau mengangkat kedua tangan hingga sejajar pada telinga. Begitu pula bila beliau hendak ruku’, dan bila mengangkat kepala dari ruku’, lalu beliau mengucapkan, “Sami’alla-hu liman hamidah,” beliau mengerjakan demikian pula. (HR. Muslim)

Hadits dari Wa’il:

عَنْ وَائِلٍ أَنَّهُ أَبْصَرَ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى كَانَتَا بِحِيَالِ مَنْكِبَيْهِ وَحَاذَى بِإِبْهَامَيْهِ أُذُنَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ.

Dari ‘Wa’il, ia melihat Nabi Muhammad Saw. ketika beliau hendak melaksanakan shalat, beliau mengangkat kedua tangan hingga kedua tangan beliau selurus bahu, serta ibu jari sejajar dengan telinga. (HR. Abu Dawud)

***

d. Meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri di atas dada

Makna dada di sini sebenarnya bukan berarti dada dalam bahasa Indonesia. Dada di sini adalah terjemahan dari kata ash-shadr. Ash-shadr ini memang secara umum diterjemahkan dengan kata dada, tapi sebenarnya ia lebih umum daripada dada.

Kata ash-shadr itu dalam bahasa Arab merupakan lawan dari kata azh-zhahr. Tubuh kita bagian depan, dari bawah leher hingga perut disebut ash-shadr. Sedangkan tubuh kita bagian bawah leher hingga atas pantat disebut azh-zhahr. Oleh karena itu, apabila kita meletakkan kedua tangan di dada, di atas pusar, tepat di pusar, maupun di bawah pusar, semua itu merupakan bagian dari ash-shadr.

Hadits dari Wa’il, ia berkata:

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ.

Saya shalat bersama Rasulullah Saw. Beliau meletakkan tangan kanan pada tangan kiri di atas dada. (HR. Ibnu Khuzaimah)

Hadits dari Wa’il, ia berkata:

ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ.

Lalu beliau meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri, serta pergelangan dan lengan. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)

Hadits dari Sahl bin Sa’d, ia berkata:

كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِى الصَّلاَةِ.

Adalah orang-orang diperintah supaya meletakkan tangan kanan pada lengan kiri dalam shalat. (HR. Bukhari)

Allahu a’lam.

__________________

Sumber/Bacaan Utama:

Al-Mausu’ah al-FiqhiyahWizarah al-Auqaf wa as-Syu’un al-Islamiyah.  (Kuwait: Dar as-Shafwah, 1992).

Artikel Ta’lim as-Shalah as-ShahihahSyeikh Hadi Fehmi. mawdoo3.com

Tags:

0 thoughts on “Tata Cara Takbiratul Ihram: Gerakan dan Bacaan

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.