SHOPPING CART

close

Teladan Sifat Tabligh dalam Perilaku Para Nabi

Allah telah memberikan pujian kepada nabi-Nya yang telah menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya, termasuk dalam hal tabligh. Demikian sempurna para nabi menunaikan sifat tabligh ini, sehingga Allah Swt. menyampaikan bahwa kebenaran telah bisa dibedakan dari kebatilan. Allah berfirman:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ، قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ.

Tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (al-Baqarah: 256)

1. Nabi Hud ‘alaihis salam

Dan marilah kita simak kegigihan Nabi Hud ‘alaihis salam. dalam menyampaikan dakwah (bertabligh) di hadapan kaumnya yang sungguh tidak tahu diuntung. Allah berfirman:

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُوداً، قَالَ: يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ. قَالَ الْمَلا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ: إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَ إِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنْ الْكَاذِبِينَ. قَالَ: يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ. أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ.

Dan Kami telah mengutus kepada kaum ‘Ad saudara mereka, yaitu Hud. Ia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” Pemuka-pemuka kafir dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal, dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” Hud berkata, “Wahai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku bertabligh (menyampaikan) amanah-amanah dari Tuhanku kepadamu, dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (al-A’raf: 65-68)

Demikianlah teladan Nabi Hud dalam bertabligh. Beliau tidak gentar dengan cemoohan dan tuduhan keji dari kaumnya. Meskipun demikian kasar permusuhan yang ditujukan kepadanya, Nabi Hud tetap berusaha menyampaikan dakwah kepada mereka, dengan sebaik-baiknya.

Baca Juga:

Kesuksesan Nabi Muhammad dalam Menanamkan Sifat Tabligh

***

2. Nabi Muhammad Saw.

Adapun teladan sifat tabligh yang diberikan Nabi Muhammad Saw., di antaranya bisa kita simak pada asbabun-nuzul (sebab diturunkannya) Surat ‘Abasa. Suatu saat Nabi Muhammad Saw. sedang menghadapi para pembesar Suku Quraisy. Apabila Nabi Muhammad Saw. bisa mengajak mereka masuk ke dalam agama Islam, diharapkan jalan dakwah akan semakin lancar. Apabila para pembesar Suku Quraisy masuk agama Islam, bukan saja rakyat jelata akan mengikuti jejak mereka, bahkan bangsa Arab secara keseluruhan akan berbondong-bondong masuk agama Islam. Oleh karena itu, beliau benar-benar serius dalam mengajak mereka masuk agama Islam.

Semangat berdakwah

Pada waktu beliau sedang demikian sibuk mendakwahi para bangsawan Suku Quraisy itu, datanglah seorang yang buta lagi miskin. Orang yang buta lagi miskin ini meminta waktu dan perhatian Nabi Muhammad Saw. di saat beliau sedang mendakwahi para bangsawan, yang selain kaya raya juga terpandang di tengah masyarakat. Sebagai manusia biasa, beliau pun merasa terganggu dengan kehadiran ‘Abdullah bin Ummi Maktum, nama orang itu. Beliau tidak menghardik orang itu, tidak pula memarahinya. Kita maklum bahwa Nabi Muhammad Saw. merupakan seorang yang berperasaan tajam, sehingga mustahil beliau melakukan perbuatan tersebut.

Pada waktu itu secara spontan beliau menunjukkan wajah yang masam dan memalingkan wajah sebagai bentuk ketidaksenangan. Tentu saja sikap wajah yang masam dan memalingkan wajah tidak akan terlihat oleh orang yang buta. Namun demikian, turunlah ayat-ayat dalam Surat ‘Abasa sebagai teguran kepada beliau. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak ayat-ayat dimaksud itu sebagai berikut:

عَبَسَ وَتَوَلَّى. أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى. وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى. أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى. أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى. فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى. وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى. وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى. وَهُوَ يَخْشَى. فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى. كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ. فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ. فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ. مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ. بِأَيْدِي سَفَرَةٍ. كِرَامٍ بَرَرَةٍ.

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali dia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia ingin mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat padanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup. Maka engkau melayaninya. Padahal tidak ada celaan atasmu apabila dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera. Sedang dia takut kepada Allah. Maka engkau mengabaikannya. Sekali-kali jangan demikian! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah dia memperhatikannya. Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan. Yang ditinggikan lagi disucikan. Di tangan para penulis (malaikat). Yang mulia lagi berbakti. (‘Abasa: 1-16)

Tetap menyampaikan

Meskipun ayat-ayat Surat ‘Abasa itu jelas-jelas merupakan teguran kepada beliau, yang sedikit banyak membuat beliau amat malu di hadapan para shahabat, beliau tetap menyampaikan ayat-ayat itu kepada umatnya.

Hal ini memberi pelajaran yang nyata bagi setiap penerus perjuangan dakwah nabi, bahwa setiap anggota masyarakat memiliki hak yang sama untuk memperoleh dakwah Islam. Bahwa pangkat dan jabatan seseorang bukan menjadi alasan untuk didahulukan dalam perolehan dakwah. Justru banyak orang menolak kebenaran karena dia memiliki pangkat dan jabatan, seperti kisah Abu Jahal, Abu Lahab, Namruz, Fir’aun, Qarun dan Haman.

Sebaliknya, justru kebanyakan orang-orang yang bersedia menerima dakwah dengan segera adalah orang-orang yang miskin dan terpinggirkan. Boleh jadi yang demikian itu, karena orang-orang yang miskin dan terpinggirkan itu tidak memiliki pertimbangan yang rumit untuk menerima dakwah Islam, dibandingkan dengan orang-orang kaya dan berkuasa. Orang-orang yang kaya dan berkuasa itu enggan masuk Islam, karena mereka khawatir tidak bisa mempertahankan kekayaan dan kekuasaan mereka apabila mereka masuk Islam. Apalagi bila mereka sudah terbiasa mendapatkan kekayaan dan kekuasaan itu dengan cara-cara yang tidak halal. Oleh karena itu tidak heran, orang-orang yang sudah mapan secara ekonomi dan status sosialnya itu menjadi penghalang bagi dakwah para nabi, termasuk Nabi Muhammad Saw..

_____________

Sumber dan Bacaan: 

– Buku ar-Rusul war-Risalat‘, Syeikh Umar Sulaiman al-Asyqat.

– Artikel Shifat al-Anbiya’ war RusulSyeikh Batul ad-Daghim. mawdoo3.com

– Buku Dahsyatnya 4 Sifat NabiAhda Bina A. Lc. 

Tags:

One thought on “Teladan Sifat Tabligh dalam Perilaku Para Nabi

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.