SHOPPING CART

close

Tidur Seharian Waktu Puasa dan Bergadang Semalaman

Pertanyaan:

Ada orang yang waktu puasa Ramadhan tidur terus di siang hari. Waktu malam bergadang sampai sahur, sehingga siang harinya mengantuk terus sampai Maghrib.

Apakah benar tidurnya orang yang sedang puasa itu mendapatkan pahala?

***

Jawaban:

Tidur merupakan salah satu nikmat terbesar dalam hidup kita. Karena tidur merupakan istirahat terbaik bagi tubuh. Melepaskan beban hidup meskipun hanya sesaat. Namun bila dilakukan secara berlebihan dan keliru, maka bisa mendatangkan musibah dan bencana.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan sebagai berikut:

1. Hukum Tidur Secara Umum

Pada dasarnya tidur merupakan perbuatan mubah atau halal. Boleh dikerjakan kapan saja, sesuai kebutuhan. Seperti makan, minum, duduk, mengobrol, dan seterusnya.

Namun semua yang mubah/halal itu bisa berubah menjadi wajib, sunnah, makruh, bahkan haram. Sesuai dengan keadaan masing-masing.

Tidur bisa menjadi wajib, bagi orang yang belum istirahat sama sekali selama berhari-hari. Bila tidak segera tidur, maka badannya akan sakit. Bahkan bisa lebih celaka daripada itu.

Tidur juga bisa menjadi sunnah, apabila dikerjakan untuk mempersiapkan diri melaksanakan ketaatan kepada Allah. Misalnya tidur sebentar di siang hari. Mungkin seperempat atau setengah jam. Dengan niat supaya malam hari bisa bangun shalat Tahajud.

Tidur pun bisa menjadi makruh, bila dilakukan secara berlebihan atau tidak pada waktunya. Misalnya seorang siswa tidur di kelas sewaktu Bapak Guru menerangkan pelajaran. Apalagi bila Bapak Gurunya sendiri yang tidur di kelas, yaitu sewaktu para siswa menulis pelajaran.

Nah, tidur juga bisa menjadi haram. Misalnya orang yang secara sengaja meninggalkan shalat Shubuh, lalu tidur sampai matahari terbit.

2. Pahala Sesuai dengan Kesusahan

Allah adalah Maha Adil. Dia memberikan pahala sesuai dengan kesusahan yang dialami oleh seorang hamba ketika melaksanakan sebuah ibadah.

Misalnya shalat jamaah di masjid. Ada orang yang rumahnya dekat dengan masjid, dan ada orang yang jauh dari masjid. Setiap langkah kaki kanan dihitung sebagai kebajikan, dan setiap langkah kaki kiri sebagai penghapus dosa. Maka tidaklah sama pahala shalat jamaah antara satu orang dengan orang yang lain.

Namun demikian, bukan berarti orang yang rumahnya dekat masjid diperintahkan berjalan jauh dulu. Namun kesempatan itu bisa dia gunakan untuk mengerjakan ibadah yang lain, misalnya memperbanyak shalat sunnah ataupun tilawah (membaca al-Qur’an).

Orang yang sedang berpuasa itu termasuk orang yang sedang menghadapi kesusahan. Yaitu kondisi lapar dan haus. Tenaganya jauh berkurang. Sehingga bawaannya ngantuk terus.

Bila dia bisa mengalahkan dirinya sendiri, lalu giat melaksanakan amalan sunnah. Seperti shalat Dhuha, tilawah dengan target khatam al-Qur’an, memperbanyak dzikir. Maka pahalanya jelas akan lebih banyak daripada dia tidak sedang puasa.

3. Kemuliaan bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan itu tidak sama dengan bulan-bulan yang lain. Banyak sekali keutamaan atau fadhilah yang diberikan oleh Allah kepada bulan ini. Di antaranya adalah Lailatul Qadar.

Setiap amalan di bulan Ramadhan ini juga akan memperoleh perhatian yang khusus, sehingga memperoleh pahala yang juga lebih banyak. Maka sangat rugi bila kita menyia-nyiakan kesempatan yang sangat berharga ini.

Bukankah setiap menjelang Ramadhan kita selalu berdoa, supaya diberikan kesempatan untuk menikmati bulan yang penuh berkah ini? Lalu mengapa kita justru menghabiskan waktu dengan tidur.

Sehingga boleh jadi para malaikat pun akan tersenyum melihat kita yang terlalu banyak tidur di bulan Ramadhan. Orang ini kemarin berdoa terus minta ketemu Ramadhan. Eh setelah dapat Ramadhan, bukannya memperbanyak amalan sunnah, ternyata hanya ingin tidur terus…

4. Daripada Maksiat Ya Tidur Aja

Yup tepat sekali. Daripada mengerjakan yang tidak-tidak, bukankah lebih baik saya tidur saja?

Orang ber-Islam itu memang bertingkat-tingkat. Keadaan ketaatan antara satu orang dengan yang lain berbeda-beda. Ada yang keislamannya sudah sangat baik. Ada yang sedang-sedang. Namun juga ada yang pas-pasan. Malah banyak juga yang kurang, alias jauh dari standar minimal.

Hal ini sama dengan makna Islam sendiri yang salah satu maknanya secara bahasa adalah tangga. Atau as-sullam. Artinya orang berislam itu tidak bisa langsung jadi sempurna. Ada perjuangan yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga bisa menjadi semakin baik, meskipun tidak pernah sempurna seperti para nabi dan rasul.

Dalam konteks inilah bisa jadi tidur itu lebih baik daripada kita melakukan maksiat. Mungkin inilah anak tangga yang paling bawah dari pengamalan ajaran Islam. Daripada berjudi, lebih baik tidur. Daripada berzina, lebih baik tidur. Dan seterusnya. Jadi dia gunakan waktu yang biasanya maksiat untuk mengerjakan perbuatan yang mubah.

Namun hendaknya suatu hari dia akan bisa naik derajat. Yaitu daripada mengerjakan yang mubah, lebih baik mengerjakan yang sunnah.

Daripada tidur, lebih baik belajar. Toh waktu terus berjalan. Sedangkan amal kita tidak bisa bertambah dengan sendirinya. Kita juga tidak bisa menggaji orang supaya dia beramal buat kita. Harus kita sendiri yang beramal.

Daripada ngegame berjam-jam, lebih baik waktunya membaca al-Qur’an. Toh nanti capeknya juga sama.

5. Tidur tidak membatalkan puasa

Namun demikian, tidur bukan termasuk perbuatan yang membatalkan puasa.

Jadi meskipun habis shalat Shubuh kita tidur. Nanti waktu adzan dzuhur, kita bangun dan shalat. Terus tidur lagi sampai ashar. Habis shalat Ashar, tidur sampai menjelang berbuka. Hal itu tidak membatalkan puasa. Artinya puasa tetap sah. Karena tidur tidak termasuk perbuatan yang membatalkan puasa.

Hanya saja kita harus malu. Baik malu kepada orang lain, para malaikat, lebih-lebih kepada Allah.

Setiap diri kita memiliki tanggung jawab untuk memberikan teladan sebagai pribadi yang baik dan berusaha semakin baik. Alias tidak stagnan, ataupun berjalan di tempat.

Yang dikhawatirkan, bila kita berdoa: Ya Allah, pertemukanlah aku dengan bulan Ramadhan.

Lalu para malaikat berkata: Tidak usah dikabulkan, ya Allah. Orang itu hanya akan tidur sepanjang hari seperti tahun yang lalu.

Allah menjawab: Ya kita lihat saja. Kalau Ramadhan kali ini sama dengan yang kemarin, biarkan ini Ramadhan terakhir baginya.

Ya Allah, berikanlah kami kemudahan untuk beramal lebih baik daripada bulan Ramadhan yang lalu. Dan pertemukanlah kami dengan Ramadhan yang akan datang, dan yang akan datang lain, dan yang akan datang lagi, dan yang akan datang lagi…

Amin amin amin ya Rabbal ‘alamin…

_______________

Sumber:

Buku Kesalahan-kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Puasa dan Zakat, oleh Ahda Bina A., Lc. 

Tags:

One thought on “Tidur Seharian Waktu Puasa dan Bergadang Semalaman

Tinggalkan Balasan ke Buku: Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Puasa dan ZakatBatalkan balasan

Your email address will not be published.