SHOPPING CART

close

Tips Agar Shalat Kita Menjadi Khusyuk: Hadits dan Fiqih

Ada sebuah kata yang amat melekat bahkan identik dengan shalat, yaitu khusyuk. Berikut ini kami sampaikan beberapa pembahasan singkat tentang khusyuk.

1. Pengertian khusyuk

Secara bahasa, khusyuk artinya diam dan merendahkan diri. Secara istilah, khusyuk artinya menghadirkan hati dalam shalat.

Seseorang disebut khusyuk dalam shalatnya, apabila hatinya dalam keadaan tenang. Dan hati yang tenang itu terpancar pada anggota tubuh yang juga dalam keadaan tenang.

***

2. Kedudukan khusyuk dalam shalat

Allah Swt. berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ.

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu mereka yang khusyuk dalam shalatnya. (al-Mu’minun: 1-2)

Khusyuk bukan merupakan syarat sahnya shalat. Khusyuk juga bukan rukun shalat. Tapi khusyuk menempati kedudukan yang penting dalam shalat, dan tidak bisa digantikan. Karena khusyuk merupakan ruh shalat. Orang yang shalat dengan syarat dan rukun yang lengkap, tapi tidak khusyuk, sama dengan orang yang memberikan hadiah seekor bangkai kepada orang lain.

Seekor ayam misalnya, disebut sebagai ayam yang sempurna apabila ia memiliki organ tubuh sebagai ayam yang lengkap, dan masih hidup. Apabila kita memberikan hadiah kepada orang lain berupa seekor ayam yang telah mati, maka tidak bisa disebut memberikan seekor ayam, tapi memberikan bangkai seekor ayam. Bagaimana pun bagusnya wujud fisik ayam itu, ia tetap seekor bangkai.

Demikian pula halnya apabila kita melaksanakan shalat dengan syarat dan rukun yang lengkap, namun tidak khusyuk, belum bisa disebut mendirikan shalat. Dalam keadaan seperti itu, sesungguhnya kita baru sekedar melaksanakan shalat. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita selalu berusaha untuk menghadirkan khusyuk dalam setiap shalat yang kita laksanakan. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua…

***

3. Agar shalat menjadi khusyuk

Agar shalat menjadi khusyuk, kita perlu mengusahakannya dengan sebaik mungkin. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh, shalat yang khusyuk tidak akan pernah kita dapatkan. Berikut ini kami sampaikan tips meraih shalat yang khusyuk. Bukan niat kami untuk menggurui sebagai orang yang selalu khusyuk dalam setiap shalat, namun sebagai bentuk sharing saja. Semoga Allah memberikan manfaat.

a. Menjaga niat yang ikhlas

Dalam melaksanakan apapun, niat ini hendaknya selalu kita jaga. Kita berusaha sekuat tenaga, jangan sampai kita melakukan kebajikan apapun tanpa niat yang ikhlas semata-mata mengharapkan ridha Allah. Apalagi ketika kita hendak melaksanakan ibadah shalat sebagai ibadah yang paling utama.

Niat yang ikhlas ini kita jaga untuk selalu ada dalam diri kita, baik sebelum shalat, sedang shalat, maupun setelah shalat. Sebelum shalat, kita buang seluruh pamrih dari shalat yang akan kita laksanakan. Karena tidak jarang berbagai tujuan duniawi hinggap dalam hati kita, sebelum kita melaksanakan shalat.

Ketika shalat, niat yang ikhlas juga tetap kita jaga. Ketika shalat, sering muncul dalam hati kita berbagai perasaan yang seharusnya tidak boleh ada, seperti: perasaan telah membalas seluruh nikmat Allah pada diri kita. Padahal nikmat Allah pada diri kita tidak pernah bisa dihitung, sementara ibadah kita bisa dihitung dengan mudah. Dengan kata lain, sesungguhnya nikmat Allah itu tidak pernah mampu kita balas dengan sepadan. Bahkan termasuk shalat itu sendiri bisa kita laksanakan dengan sebaik-baiknya adalah karena kemurahan dari Allah, dan merupakan sebagian nikmat dari-Nya.

Setelah shalat, niat juga tetap kita jaga dengan baik. Setelah shalat bisa kita tunaikan dengan baik, kadang-kadang kita senang menceritakannya kepada orang lain, dengan tujuan supaya orang lain mengetahui bahwa kita adalah orang yang taat beribadah.

Niat yang ikhlas tidak cukup hanya kita jaga sebelum shalat, karena ia bisa gugur ketika sedang dan setelah shalat. Oleh karena itu, kita harus selalu waspada terhadap godaan-godaan yang mungkin akan menggugurkan makna shalat.

b. Menghadirkan hati

Ketika shalat, sesungguhnya kita sedang menghadap Allah secara langsung, tanpa perantara. Kita akan menghadap Dzat yang telah menciptakan, memberi rezeki, menentukan bahagia atau celakanya diri kita, di dunia maupun di akhirat.

Kesadaran seperti itu hendaknya kita usahakan selalu hadir dalam sepanjang shalat dengan sebaik-baiknya. Memang sungguh tidak mudah, karena wujud Allah pun tidak bisa kita saksikan dengan panca indera yang berkemampuan amat terbatas. Maka di sinilah peranan hati yang kita usahakan selalu hadir untuk merasakan wujud dan sifat-sifat Allah yang indah dan sempurna.

Perasaan takut yang diselimuti dengan cinta, perasaan cemas yang diikuti dengan harapan yang besar, perasaan hina yang diiringi dengan kemuliaan dunia dan akhirat, merupakan di antara contoh usaha untuk menghadirkan hati kita dalam setiap bacaan dan gerakan dalam shalat.

Baca juga: Beberapa Perbuatan Yang Ternyata Tidak Membatalkan Shalat

c. Menghadirkan pikiran

Selain hati, pikiran juga kita usahakan untuk selalu hadir. Jangan sampai dalam shalat pikiran kita melayang-layang ke berbagai tempat dan urusan selain shalat.

Tanpa hadirnya pikiran dalam bentuk konsentrasi, boleh jadi secara fisik sedang shalat, namun pikiran sedang mengingat-ingat kunci sepeda motor yang belum juga ketemu, hutang yang belum bisa dibayar, atau pakaian yang sedang dijemur dengan mendung yang menggantung.

Setiap pikiran hendak menyimpang, kita tarik kembali pikiran itu masuk ke dalam shalat. Kita kembali berkonsentrasi kepada bacaan dan gerakan shalat.

d. Menyambut datangnya shalat dengan gembira

Shalat yang khusyuk sebenarnya juga berkaitan dengan sikap kita terhadap shalat itu sendiri. Apakah kita bisa bergembira dengan datangnya waktu shalat, atau malah bersedih hati? “Wah, lagi-lagi shalat. Shalat lagi, shalat lagi.” Bila ini yang kita rasakan, jangankan shalat yang khusyuk, mau shalat saja sudah untung…

Di antara tanda bahwa shalat akan bisa kita laksanakan dengan khusyuk, apabila kita bisa menyambut datangnya waktu shalat dengan perasaan gembira. Namun bukan berarti kita berpura-pura gembira. Berpura-pura gembira menyambut datangnya shalat, berarti juga akan berpura-pura khusyuk.

Untuk membuat hati gembira dengan datangnya waktu shalat adalah dengan selalu mengingat berbagai keutamaan atau kedudukan shalat dalam agama kita. Seperti kita menyambut datangnya waktu makan dengan gembira. Atau seperti kita menyambut datangnya tanggal gajian dengan wajah ceria.

Ibnu ‘Abbas, salah seorang shahabat Rasulullah r yang amat terkenal dengan ilmu dan amalnya, berpesan:

يُكْرَهُ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ إِلَى الصَّلاَةِ وَهُوَ كَسْلَانٌ، وَلَكِنْ يَقُوْمُ إِلَيْهَا طَلَقَ الْوَجْهِ، عَظِيْمَ الرَّغْبَةِ، شَدِيْدَ الْفَرْحِ، فَإِنَّهُ يُنَاجِي اللهَ تَعَالَى، وَإِنَّ اللهَ أَمَامَهُ يَغْفِرُ لَهُ وَيُجِيْبُهُ إِذَا دَعَاهُ. ثُمَّ يَتْلُو ابْنُ عَبَّاسٍ هَذِهِ الْآيَةَ : وَإِذَا قَامُوْا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوْا كُسَالَى.

Janganlah seorang muslim berangkat melaksanakan shalat dengan sikap malas. Hendaknya dia bersiap melaksanakan shalat itu dengan wajah yang berseri-seri, semangat yang meluap, kegembiraan yang sangat, karena dia akan menghadap Allah. Yang demikian itu karena Allah akan berada di hadapannya, di mana Allah akan memberikan ampunan dan mengabulkan doanya.” Lalu Ibnu ‘Abbas membaca ayat (yang menjelaskan sebagian sifat orang-orang munafik):  “Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.

e. Memperhatikan makna bacaan shalat

Di antara usaha untuk melaksanakan shalat dengan khusyuk adalah dengan berusaha memahami makna setiap bacaan shalat. Banyak di antara kita yang dengan sengaja tidak berusaha memahami makna bacaan shalat. Keadaan ini mempersulit diri kita mencapai shalat yang khusyuk.

Ketika minuman keras belum diharamkan, ada kejadian di mana seorang shahabat menjadi imam shalat jamaah dalam keadaan mabuk. Karena mabuk, ia pun sempat salah membaca sebuah ayat, sehingga salah pula makna ayat tersebut. Oleh karena itu, Allah pun menurunkan ayat yang isinya melarang umat Islam melaksanakan shalat dalam keadaan mabuk. Ayat itu berbunyai:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ.

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. (an-Nisa’: 43)

Bacaan-bacaan dalam shalat itu bukan mantera. Kita diperintahkan mengucapkan bacaan-bacaan dalam shalat itu ada artinya yang harus kita pahami, sehingga kita pun mampu menghayatinya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, orang yang tidak memahami makna bacaan-bacaan dalam shalat itu sama dengan orang yang sedang mabuk, dalam hal sama-sama tidak memahami makna bacaan yang dia ucapkan sendiri.

f. Berjamaah di masjid

Juga di antara cara untuk mencapai shalat yang khusyuk adalah melaksanakan shalat dengan berjamaah di masjid. Dengan berjamaah di masjid, diri kita akan amat terbantu dalam mendapatkan shalat yang khusyuk. Di antara beberapa kondisi yang membantu khusyuknya shalat dengan berjamaah di masjid adalah:

  • Secara psikis kita memiliki persiapan shalat yang lebih baik, terbukti adanya waktu dan tenaga yang kita luangkan untuk melangkahkan kaki ke masjid.
  • Dengan berjalan menuju ke masjid itu, meskipun hanya beberapa puluh meter, tubuh kita semakin sehat. Secara umum, tubuh yang sehat itu lebih mudah diajak khusyuk daripada tubuh yang sakit.
  • Di masjid, kita bertemu dengan orang-orang yang saleh. Dengan begitu, kita pun memperoleh suasana yang lebih kondusif.
  • Di masjid, suasana lebih tenang. Kita bandingkan bila shalat di rumah yang ramai oleh suara anak-anak, televisi, ataupun tamu yang bisa saja datang setiap saat.
  • Dengan berangkat ke masjid, kita pun telah memberikan pendidikan secara praktis kepada keluarga, termasuk anak-anak. Kita telah memberikan teladan yang baik kepada mereka. Kesadaran ini juga akan membantu kita semakin khusyuk dalam shalat.
  • Setelah shalat, kita pun lebih mudah melanjutkannya dengan dzikir dan doa dengan tenang. Meskipun dzikir dan doa ini kita lakukan setelah shalat, tapi hal ini juga membantu khusyuknya shalat. Bila kita shalat di rumah, belum juga salam, tapi pikiran kita sudah siap melakukan pekerjaan yang lain. Tepat setelah salam, kita pun langsung loncat kepada pekerjaan itu.

Bila kita teliti, tentu masih banyak yang bisa kita sebutkan tentang berbagai hal yang membantu khusyuknya shalat dengan berjamaah di masjid. Oleh karena itu tidak heran, mayoritas ulama menyatakan bahwa shalat berjamaah di masjid itu hukumnya wajib bagi laki-laki.

g. Berpakaian yang baik

Juga di antara cara untuk membantu diri kita khusyuk melaksanakan shalat adalah pakaian yang baik. Lebih tepatnya, pakaian terbaik hendaknya telah kita siapkan untuk shalat. Boleh jadi baju koko atau baju takwa pilihan yang tepat, bersama sebuah peci bagi laki-laki. Atau mukena yang baik dan bersih bagi perempuan.

Pakaian yang baik akan membantu kita meraih shalat yang khusyuk, sebagaimana para profesional akan bertugas dengan semakin khusyuk dengan pakaian seragam terbaiknya. Bahkan para artis pun juga akan bekerja semakin profesional dengan pakaian kebesaran atau kekecilan mereka.

Sebaliknya, pakaian yang asal-asalan juga membantu siapa pun untuk bersikap secara asal-asalan pula. Bila kita melaksanakan shalat dengan pakaian yang asal, hampir bisa dipastikan kita pun akan shalat secara asal pula.

________________________________

Bacaan Utama:

Wizarah al-Auqaf wa as-Syu’un al-Islamiyah, al-Mausu’ah al-Fiqhiyah. 

Tags:

2 thoughts on “Tips Agar Shalat Kita Menjadi Khusyuk: Hadits dan Fiqih

Tinggalkan Balasan ke Hukum Shalat Berjamaah Lima Waktu di MasjidBatalkan balasan

Your email address will not be published.