SHOPPING CART

close

Uang Laki-laki dan Uang Perempuan: Ragam Manajemen Keluarga

Dalam sebuah percakapan telephon antara seorang teman dengan istrinya, saya bisa memahami. Bahwa di rumah si istri sedang menerima rombongan keluarga dari luar kota.

Lalu secara singkat tapi jelas, istri teman itu menyampaikan adanya biaya tambahan untuk jamuan istimewa hari itu. Si istri akan menanggung biaya tambahan itu, tapi setelah suaminya pulang ke rumah diminta untuk menggantinya.

Hehehe…

Saya sempat tertawa mendengar percakapan tersebut.

Memang sesuatu yang biasa bagi orang lain, tapi tidak biasa bagi kita, bisa mengundang perasaan lucu dan menggelikan. Boleh jadi itu juga yang dirasakan para pembaca di sini.

***

Uang Laki-laki

Rupanya teman itu menerapkan pembagian tanggung jawab keuangan dalam keluarganya dengan cukup ketat. Sebagian keperluan keluarga menjadi tanggung jawab suami, sebagian yang lain menjadi tanggung jawab istri. Meskipun semua kebutuhan pokok tetap berasal dari kantong suami.

Jadi rupanya suami menggunakan rumus seperti ini:

Penghasilan suami, dikurangi pengeluaran keluarga sebulan, adalah isi kantong suami untuk bulan itu. Hehe… Kurang lebih seperti itulah.

Suami itu sudah menghitung berapa pengeluaran keluarganya setiap bulan. Misalnya 4 juta rupiah. Lalu dia hitung juga berapa penghasilannya tiap bulan. Misalnya 6 juta rupiah.

Berarti yang 4 juta dia berikan kepada istri untuk mengurus kebutuhan keluarga. Lalu yang 2 juta dia bawa sendiri. Dengan cara seperti itu, suami bisa mengontrol keuangan keluarga dengan tertib.

Maka dari situ kemudian ada istilah: uang laki-laki.

Lalu bagaimana dengan uang perempuan?

  Baca juga:

Kisah Nyata Siasat Lelaki Tua Yang Mengalahkan Pria Muda

***

Uang Perempuan

Kalau istri tidak bekerja sama sekali, maka dia harus pandai-pandai mengatur kebutuhan keluarga. Cari warung atau toko yang memberikan harga paling murah, misalnya. Dari situ akhirnya dia bisa menyisihkan sebagian uang belanja keluarga. Itulah yang disebut uang perempuan.

Jadi ternyata uang juga punya jenis kelamin. Ada uang laki-laki, ada uang perempuan. (Haha….)

Demikianlah salah satu contoh manajemen keuangan keluarga yang diterapkan oleh salah seorang teman baik. Dan saya lihat sendiri, model itu terbukti berhasil meningkatkan kesejahteraan keluarga tersebut.

***

Aneka Ragam Manajemen Keuangan Keluarga

Terdapat beberapa model menajemen keuangan keluarga. Salah satunya sebagaimana kami sebutkan di atas.

Model Pertama

Hasil usaha suami milik suami. Dia tetap wajib memberikan nafkah keluarga secara cukup dan pantas. Tentu tidak sama kebutuhan keluarga antara satu dengan yang lain. Ada keluarga yang punya dua anak, ada yang punya lima anak. Ada keluarga yang tinggal di desa, ada yang tinggal di kota. Dan seterusnya.

Bila keuangan suami sedang baik, biasanya ada sisa setelah dikurangi pengeluaran untuk nafkah keluarga. Maka suami pun menyimpannya sendiri. Mungkin dititipkan di bank, dibelikan emas, dan seterusnya. Suami yang pegang dan kelola.

Bagaimana kalau ternyata penghasilan suami tidak mencukupi? Suami wajib cari kekurangannya. Entah dari pinjam ke orang lain atau saudara-saudaranya. Mungkin juga pinjam ke bank. Atau, oya kan tadi sudah punya tabungan. Maka tinggal ambil sebagian tabungan di bank, atau jual sebagian emas simpanan.

Model Kedua

Hasil usaha suami milik istri, artinya dia yang kelola secara penuh. Misalnya ada kelebihan seperti disebutkan di atas, maka suami tidak menyimpannya sendiri. Namun dia serahkan kepada istri. Atau memang sejak awal suami tidak menyimpan apa-apa. Seluruh penghasilan suami langsung diserahkan pada istri.

Biasanya dalam keluarga ini, istri memiliki peranan yang lebih dominan dalam pengelolaan keuangan. Boleh jadi istri yang suka menangan, atau justru suami yang tidak mau repot dengan urusan keuangan harian.

Bila ada kelebihan, istri yang menyimpan. Bila ada kekurangan, istri yang cari pinjaman. Nanti kalau ada kelebihan di bulan depan, bisa digunakan untuk membayar hutang. Jadi istri merupakan pemain tunggal dalam penggunaan keuangan. Tugas suami hanya mencari. Istri yang mengatur pengeluaran.

Model Ketiga

Hasil usaha suami menjadi milik bersama. Sebagian diserahkan kepada istri untuk mengurus keperluan sehari-hari. Misalnya bayar tagihan listrik, makan sehari-hari, spp sekolah anak-anak, iuran kebersihan dan keamanan perumahan, dan lain-lain.

Bila ada sisa, maka disimpan dengan sepengetahuan suami dan istri. Jadi bedanya dengan model pertama, istri tidak begitu tahu berapa besaran tabungan suami. Pada model ketiga, istri mengetahui dengan pasti.

Bila ternyata penghasilan suami tidak mencukupi, maka suami-istri bersama-sama berusaha mengusahakan memperoleh tambahan.

Model keuangan keluarga yang kedua inilah yang sepertinya dianjurkan dalam Undang-undang Perkawinan yang berlaku di Indonesia. Juga dalam Kitab Hukum Perkawinan pada Kompilasi Hukum Islam yang menjadi rujukan para hakim di Indonesia. Hal ini bisa kita pahami dengan adanya istilah Harta Bersama atau Harta Gono Gini, terutama bila terjadi perceraian atau ada masalah waris di kemudian hari.

***

Nah, seperti apa model manajemen keuangan yang Anda terapkan dalam keluarga Anda sendiri? Mana saja model yang digunakan tidak ada masalah. Yang penting masing-masing suami-istri bisa saling mengerti, saling husnuzhan, toh semuanya untuk maslahat bersama…

Demikian, semoga ada manfaatnya. Bila ada tambahan atau tanggapan dari para pembaca, kami persilakan untuk disampaikan pada kolom komentar.

Terima kasih.

Tags:

2 thoughts on “Uang Laki-laki dan Uang Perempuan: Ragam Manajemen Keluarga

  • Himawan

    Leres pak, kalau saya adanya uang perempuan semua,.. baarokallah, salam kenal p ustadz.

    • Ahda Bina

      Inggih, Bapak Himawan, Allahu yubarik fikum… Mugi-mugi sehat selalu bersama keluarga, amin…

Tinggalkan Balasan ke HimawanBatalkan balasan

Your email address will not be published.