SHOPPING CART

close

ZHIHAR: Pengertian, Hukum, Kafarah dan Hikmahnya

الظِهَارُ

azh-Zhi-haar

 

1. Pengertian zhihar

Zhihar yaitu bila seorang suami berkata kepada isteri, “Punggungmu sama dengan punggung ibuku.” Dengan perkataan itu, suami tersebut bermaksud bahwa isterinya telah haram baginya sebagaimana ibunya sendiri haram baginya.

Pada zaman jahiliyah, zhihar ini merupakan salah satu bentuk talak. Dengan cara ini orang-orang Arab di masa jahiliyah menceraikan isterinya.

Apabila seorang suami mengatakan kalimat di atas dengan maksud bukan talak, maka bukan zhihar. Bila seorang suami mengucapkan kalimat yang semisal dengan kalimat di atas dengan niat talak, maka juga disebut sebagai zhihar. Sebuah contoh, ia berkata kepada isterinya, “Perutmu sama dengan perut ibuku.”

***

2. Hukum zhihar

Zhihar merupakan perbuatan yang amat dicela dalam al-Qur’an. Allah Swt. berfirman:

الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلَّا اللَّائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ

“Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

(al-Mujadilah: 2)

Baca juga:

Hukum Memanggil Istri dengan Sebutan Adik atau Mama

***

3. Kafarah zhihar

Ketika seorang suami mengucapkan zhihar kepada isterinya, ia hanya boleh kembali kepada isterinya setelah membayar kafarah. Selama belum membayar kafarah, suami diharamkan melakukan hubungan seksual dengan isterinya.

Secara berturut-turut, orang yang menzhihar isterinya wajib membayar salah satu dari tiga macam kafarah. Ia harus memilih kafarah yang pertama. Apabila tidak mampu melakukan kafarah yang pertam, baru boleh memilih kafarah yang kedua. Bila tidak mampu melakukan kafarah yang kedua, barulah ia boleh melakukan kafarah yang ketika. Ketiga kafat itu adalah sebagai berikut:

  • Membebaskan seorang budak yang beragama Islam. Membebaskan seorang budak yang bukan seorang muslim tidaklah cukup. Harus seorang budak yang beragama Islam.
  • Berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Apabila mendapat satu bulan setengah, lalu tidak kuat, maka kafarah puasa ini harus diulang dari awal lagi.
  • Memberi makan kepada enam puluh orang-orang miskin. Boleh diberikan kepada enam puluh orang miskin, masing-masing satu kali. Atau tiga puluh orang miskin, masing-masing dua kali. Atau boleh juga sepuluh orang miskin, masing-masing enam kali.

Dalam keadaan orang yang melakukan zhihar ini merupakan seorang yang amat miskin, maka ia pun bebas dari segala kafarah di atas. Bahkan orang itu akan memperoleh berkah atas kejujurannya, seperti kisah awal zhihar ini.

Hadits tentang kafarah zhihar

Dari Salamah bin Shakhr, dia berkata, “Aku adalah seorang laki-laki yang diberi keinginan untuk bercampur dengan perempuan melebihi orang pada umumnya. Ketika datang bulan Ramadhan, aku menzhihar istriku hingga kemudian Ramadhan pun berlalu sekian waktu tanpa aku berkeinginan apa-apa pada setiap malam. Aku bisa mempertahankan keadaan itu hingga siang harinya. Namun ketika istriku melayaniku pada suatu malam, tiba-tiba saja nampaklah sebagian tubuhnya, aku pun memeluknya (dst.).

Ketika pagi tiba, aku menemui kaumku, lalu aku memberitahu mereka tentang hal itu. Aku katakan pada mereka, “Pergilah bersamaku menemui Rasulullah Saw. untuk menanyakan masalahku itu.”

Namun mereka menjawab, “Demi Allah, kami amat khawatir akan turun sebuah ayat, atau Rasulullah Saw. akan bersabda dengan sesuatu yang akan membuat kami malu. Pergilah sendiri dan berbuatlah sesuai dengan pertimbanganmu.” Maka aku pun pergi menemui Nabi Saw. dan memberitahu beliau tentang masalahku itu.

Mudahnya syariat Islam

Beliau bersabda, “Apakah benar engkau telah melakukan itu?” Aku menjawab, “Benar, aku telah melakukannya.” Beliau bersabda, “Apakah benar engkau telah melakukannya?”

Aku menjawab, “Ya. Inilah saya. Maka putuskanlah sesuai dengan hukum Allah ‘Azza wa Jalla. Saya akan menerimanya dengan sabar.”

Beliau bersabda, “Bebaskanlah seorang budak.”

Maka aku pun memukul leherku dengan tanganku, lalu aku berkata, “Tidak. Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak memiliki siapa-siapa selain istriku itu.”

Beliau bersabda, “Bila demikian, berpuasalah selama dua bulan berturut-turut.”

Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, bukankah yang menimpaku ini juga karena puasa?”

Beliau bersabda, “Bila demikian, bersedekahlah.”

Aku menjawab, “Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, sungguh semalam kami tidur dengan perut lapar, karena kami tidak punya apa-apa untuk makan malam.”

Beliau bersabda, “Pergilah ke orang dermawan Bani Zuraiq, lalu katakan padanya untuk memberikannya padamu. Lalu dengan satu wisq kurma diantaranya berilah makan enam puluh orang miskin, dan sisanya adalah untukmu dan keluargamu.”

Lalu aku pun menemui kaumku lagi dan berkata, “Aku mendapati pada diri kalian kesempitan dan pikiran yang buruk. Dan aku mendapati pada diri Rasulullah Saw. keluasan dan keberkahan. Sungguh beliau telah memerintahkan padaku untuk mengumpulkan sedekah kalian. Maka berikanlah sedekah kalian padaku.” Maka mereka pun memberikan sedekah padaku.”

(HR. Ahmad)

Baca juga:

Hadits-Hadits Tentang Zhihar Dan Terjemahnya

***

4. Hikmah dilarangnya zhihar

Zhihar merupakan perbuatan yang tercela, dan kita pun dilarang melakukannya.

Dilarangnya zhihar ini mengandung hikmah sebagai berikut:

  • Hendaknya kita tidak bermain kata atau kalimat, terutama yang berlawanan dengan kenyataan. Bagaimana pun seorang ibu itu tidaklah sama dengan seorang isteri. Seorang ibu adalah orang yang mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik kita dengan sebaik-baiknya. Adapun seorang isteri merupakan partner atau mitra terdekat kita dalam mengarungi kehidupan. Masing-masing memiliki keistimewaan dan fungsi masing-masing. Keduanya selamanya tidak pernah sama, dan tidak boleh disamakan.
  • Penghormatan kepada seorang ibu dan seorang isteritidaklah sama. Kita menghormati keduanya sesuai dengan kedudukan masing-masing.
  • Kita sebut ibu, apabila ia adalah orang yang melahirkan kita. Hal ini mengingatkan kita akan pengorbanan dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung dan melahirkan kita.
  • Allah tidak memberikan beban kepada hamba melebihi kemampuannya. Oleh karena itu, Allah pun memberikan tiga pilihan di atas.
  • Syariat Islam merupakan aturan yang penuh rahmat. Karena kesalahan seorang Muslim, orang-orang yang amat membutuhkan bantuan pun memperoleh manfaatnya.

Penutup

Inilah yang bisa kami sampaikan. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Allahu a’lam.

____________________________

Sumber hadits alternatif:

dorar.net

Tags:

2 thoughts on “ZHIHAR: Pengertian, Hukum, Kafarah dan Hikmahnya

Tinggalkan Balasan ke Hukum Memanggil Istri dengan Sebutan Adik, Ummi atau MamaBatalkan balasan

Your email address will not be published.