SHOPPING CART

close

Bahagia Itu Fatamorga: Adakah Bahagia Yang Sejati?

Pendahuluan

Boleh kita tanyakan pada orang buta. Alangkah bahagianya apabila dia bisa melihat.

Juga boleh kita tanyakan pada orang yang miskin. Kebanyakan akan menjawab, bahwa bahagia bagi mereka adalah berlimpahnya harta dan fasilitas mewah.

Adapun rakyat di negara yang sedang dilanda perang, bahagia adalah keadaan damai dan aman.

Apakah kita sedang bahagia?

Namun benarkah kita yang sedang hidup di negara yang aman, tubuh sehat wal afiat, dan makan-minum serba tercukupi ini sedang bahagia?

Jawabannya ternyata relatif. Ada yang memang sedang bahagia, agak bahagia, dan sebagiannya sama sekali tidak bahagia, alias stress berat. Dan semuanya bukan karena alasan di atas. Namun karena sebab yang lain. Yaitu terpenuhinya keinginan yang dia dambakan selama ini.

Baca juga:  Prinsip Ekonomi Kebahagiaan: Modal Minim Hasil Maksim

Bahagia karena Materi

Bahagia itu biasanya kita rasakan hanya sesaat. Karena tercapainya sesuatu yang sudah sekian lama kita impikan siang dan malam. Seperti baru lulus ujian, dapat hape baru, rumah baru, mobil baru, atau bahkan istri baru.

Namun setelah itu bahagia pun sedikit demi sedikit berkurang. Bahkan kemudian berganti dengan kesedihan. Karena hapenya rusak, istrinya rewel, atau mobilnya masuk bengkel.

Bahwa bahagia secara materi itu ternyata perlu perawatan dari waktu ke waktu. Perawatannya juga perlu materi.

Jadi orang yang menganggap kebahagiaan itu adalah materi, maka dia akan perlu materi lagi untuk mempertahankan kebahagiaannya.

Bahagia Yang Sejati

Bahagia itu abstrak. Untuk memperolehnya juga hanya bisa dicapai dengan olah batiniah yang juga abstrak. Sikap sabar, tenang, syukur, ikhlas, qanaah, dan seterusnya.

Untuk merawatnya juga tidak perlu materi. Namun perlu upgrade sikap yang lebih tulus, lebih ikhlas, lebih syukur, dan seterusnya pula…

Dengan demikian, bahagia itu adalah kemampuan intern kita untuk bersikap dengan benar. Bahagia itu potensi yang Allah siapkan dalam diri kita. Yang mana bisa kita gali, temukan, dan nikmati kapan saja. Namun perlu usaha sepanjang waktu untuk menjaganya dengan baik. Jangan sampai terkotori oleh materi. Justru materi adalah bagian ujian dari kebahagiaan. Bukan kebahagiaan itu sendiri.

Kesimpulan

Bahagia adalah fatamorgana, apabila kita menganggapnya sebagai materi. Atau minimal harus diperoleh melalui materi.

Benih bahagia yang sejati itu sesungguhnya telah Allah siapkan dalam setiap diri manusia. Namun perlu usaha untuk bisa merasakannya. Perlu disemai dan dirawat dengan benar.

Allah a’lam.

Tags:

0 thoughts on “Bahagia Itu Fatamorga: Adakah Bahagia Yang Sejati?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.