SHOPPING CART

close

Suami Tidak Bertanggung Jawab Bolehkah Istri Gugat Cerai?

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saya mau bertanya, saya sudah 11 tahun lebih menikah dengan suami, selama itu pula saya dibohongi.

Awal ketika hamil anak pertama ternyata saya baru tahu gaji suami saya dipotong karena dia ambil kredit di bank sebesar 50 juta.

Terkecoh dengan sikap lembut calon suami

Waktu ditanya dan didesak untuk apa hutang itu baru dia jawab bahwa hutang itu untuk judi, mendengar itu hati saya hancur karena sbelum menikah teman saya memberikan info bahwa suami saya itu suka berjudi, tapi saya tidak percaya karena sifat dia begitu lembut sama ibunya, Dan persiapan pernikahan sudah selesai, tinggal pelaksanaan.

Dari ketahuan punya kredit di bank, satu demi satu renternir berdatangan menagih hutang, perhiasan saya pun juga di curinya di jual. Sertifikat rumah yang di berikan orang tuanya pun juga digadai.

**

Suami suka judi

Yang bikin sakit hati saya saat itu cincin mas kawin saya, digadai tanpa sepengetahuan saya hanya untuk bayar hutang judi, dan yang menebus cincin itu orang tua saya.

Waktu itu saya minta cerai tapi keluarga dia menasihati untuk tidak bercerai. Keluarga dia membantu melunasi hutang dan orang tua saya pun membantu juga.

Selang 2 tahun kemudian ternyata dia ketahuan berjudi lagi. Saya dibohongi lagi.

Juga masalah gaji ternyata selama ini gaji itu di transfer melalui bank daerah dan buku tabungan di sembunyikan dari saya,

Baca Juga:

Suami-Istri Bercerai Siapa Menanggung Nafkah Anak

**

Suami tidak jujur dan suka mencuri harta istri

Saya memang diberikan uang gaji, tapi tidak pernah tepat waktu, Selalu saja di atas tanggal 20, dan dia juga tidak jujur mengenai uang tpp yang juga disembunyikan,

Di situ perhiasan saya dicuri kembali, Uang tabungan saya pun habis untuk bayar hutang-hutang dia, Bahkan uang usaha kue saya yang ada di toko-toko tempat menitip kue habis diambil tanpa sepengetahuan saya. Sampai ada toko yang black list gara-gara dia palsukan nota agar bisa ambil uang kue saya.

Dia juga ternyata diam-diam mengambil kredit dengan potongan yang sangat besar. Hanya menyisakan 400-an ribu saja. Itu pun dia masih berjudi terus,

**

Suami tidak punya rasa tanggung jawab

Saya sudah menasihati. Dari yang dengan omongan baik-baik sampai bertengkar terus menerus, karena keuangan kami sudah morat marit, Dia juga tidak peduli dengan anak. Hari hari hanya sibuk main game saja, Tidak peduli soal pendidikan agama atau pendidikan sekolah anak-anak. Semua keluarga juga sudah menasihati, tapi tidak didengar.

Sampai suatu saat bulan Agustus dia kena serangan struk. Dari situ dia bilang dia mau tobat, Dia bilang ke saya dia minta maaf dia sudah ambil semua uang kue saya di toko-toko tanpa tersisa.

Saya sungguh bingung harus bgmna. Setiap saya tanya ke suami bagaimana cara menyelesaikan masalah keuangan keluarga, dia cuma bilang, saya tidak bisa berbuat apa-apa.

**

Suami tidak mau shalat dengan banyak alasan

Saya bilang coba sholat tobat, minta ampunan sama Allah.

Satu saat saya bilang ke suami ayo sholat, Dia tidak mau. Kata dia laki-laki itu sholat di masjid, Terus saya bilang ya sudah sholat di masjid sana, Tapi dia juga tidak mau. Katanya sudah qomat.

Saya tidak tahu apakah sekarang saya masih berjudi atau tidak, tapi saya sudah tidak percaya lagi sama dia Pak. Saya sekarang sudah tidak punya apa-apa lagi, Biaya sekolah anak, makan, kadang-kadang dikirim sama orang tua, Saya merasa suami saya sebenarnya tidak menyayangi saya, Kenapa smpai kebiasaan buruknya tidak habis-habis.

Apakah salah jika saya menggugat cerai ke pengadilan?

Sebenarnya saya sudah tidak tahan lagi.

Biaya berapa?

Apa saja syaratnya?

Baca Juga:

Salahkah Minta Cerai karena Suami Suka Judi dan Hutang?

***

Wa alaikumus salam warahmatullah wabarakatuh

Baik Ibu.

Pertama, saya ingin mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya.

Ibu adalah seorang istri yang sedang memperoleh cobaan yang sangat berat. Suami seperti itu jelas sangat merugikan. Dia bukan hanya tidak bertanggung jawab. Dia malah menjadi lintah dan sumber malapetaka bagi keluarga.

Sungguh saya tidak bisa menemukan kosa kata yang tepat untuk menyebut suami seperti itu.

Secara singkat:

– Apakah salah jika Ibu menggugat cerai ke pengadilan?

+ Tidak. Karena kondisi suami yang sudah tidak bisa dimintai pertanggungjawaban.

– Berapa biaya yang diperlukan untuk menggugat perceraian?

+ Secara materi relatif tidak banyak. Namun tentunya akan menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran.

– Apa saja syaratnya?

+ Tidak terlalu banyak. Namun diperlukan ketelitian.

Lebih lanjut silakan simak artikel berikut ini:

Apa Saja Yang Diperlukan untuk Melakukan Gugatan Cerai

**

Kemudian pada kesempatan kali ini, saya mohon izin untuk memberikan tanggapan sebagai berikut:

1. Lelaki Pilihan Tanpa Paksaan

Bagaimanapun, Ibu menikah dengan laki-laki itu adalah dengan kesadaran dan pilihan sendiri. Tidak ada paksaan dari orang lain.

Bahkan telah Ibu sampaikan. Bahwa sebenarnya ada informasi akan keburukan dia. Namun Ibu tidak menghiraukan informasi itu. Karena pernikahan sudah akan dilaksanakan.

Di mana sebenarnya. Mundur atau batal itu lebih selamat daripada dilanjutkan. Malu karena batal menikah itu jauh lebih baik daripada melanjutkan pernikahan yang akan menjadi matalapetaka dalam rumah tangga.

Batal menikah itu malunya hanya beberapa bulan. Tapi sengsara salah pilih suami itu akan berlanjut bertahun-tahun. Dan Ibu telah membuktikannya sendiri.

Oleh karena itu, sedikit banyak Ibu juga punya andil atas terjadinya berbagai musibah yang sekarang datang secara bertubi-tubi tersebut.

Hal ini penting untuk kita sadari. Supaya kita lebih mudah dan lebih ringan untuk menerima kenyataan yang ada.

Baca Juga:

Istri Sudah Bekerja Sejak Belum Menikah Haruskah Izin Suami

**

2. Perceraian adalah obat darurat

Pada dasarnya, hukum perceraian adalah makruh. Sebisa mungkin hendaknya kita menghindari perceraian.

Namun dalam kondisi tertentu, perceraian merupakan jalan terbaik. Yaitu apabila perpisahan dinilai lebih mendatangkan manfaat. Sebaliknya, bila tidak segera bercerai justru akan mendatangkan mudarat atau kesengsaraan.

Pada saat sepert inilah maka perceraian itu diperbolehkan. Dan kondisi Ibu sudah melebihi ambang batas toleransi. Di mana suami tidak bisa diharapkan lagi fungsi dan peranannya sebagaia kepala keluarga. Justru dia menjadi sumber semua kesusahan.

**

3. Sabar menghadapi musibah menghapuskan dosa

Boleh jadi dalam kondisi yang sangat lelah menghadapi berbagai musibah itu mengantarkan diri kita pada pertanyaan:

“Apa gunanya saya hidup dengan berbagai ujian yang sangat berat ini? Sementara saya lihat orang lain bisa hidup dengan bahagia. Mereka hidup hampir tanpa masalah.”

Sebenarnyalah. Setiap orang memiliki masalahnya sendi. Sebagaimana setiap keluarga memiliki masalahnya masing-masing.

Kita tidak perlu merasa iri kepada orang lain. Boleh jadi, bila kita mengetahui dengan baik permasalahan orang lain. Kita akan sangat bersyukur dengan sedikitnya permasalahan yang ada pada diri kita.

Banyak orang yang kelihatannya kaya raya. Tapi sebenarnya dia memiliki hutang yang menggunung.

Tidak sedikit orang yang kelihatannya tanpa masalah. Senyum selalu tersungging di bibirnya. Namun siapa tahu hatinya menjerit setiap saat.

Setiap manusia memiliki cobaan hidupnya sendiri-sendiri. Sebagai sarana untuk belajar dan terus belajar mengatasi masalah dengan ilmu. Sekaligus cara Allah Swt. memberikan kesempatan kepada manusia untuk menghapus dosa-dosanya.

***

Penutup

Demikian beberapa hal yang bisa kami sampaikan. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Allahu a’lam.

__________________

Bahan bacaan: 

– Kitab Kompilasi Hukum Islam.

– Artikel:  Saya Mau Menceraikan Istri, Apakah Harus Pakai Pengacara?

Tags:

0 thoughts on “Suami Tidak Bertanggung Jawab Bolehkah Istri Gugat Cerai?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.