SHOPPING CART

close

Raudhah: Benarkah Bagian dari Taman Surga?

Sebuah hadits yang sering kita dengar dengan baik, yaitu tentang Raudhah. Sebidang tanah yang terletak antara rumah Rasulullah Saw. dan mimbar beliau. Sebuah hadits yang shahih, bahkan termasuk hadits yang paling shahih, karena diriwayatkan oleh dua imam besar, yaitu: Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Di mana Rasulullah Saw. bersabda:

ما بين بَيتِي ومِنبَري رَوضةٌ من رياض الجَنَّة

“Apa yang ada di antara rumahku dan mimbarku merupakan taman dari taman-taman surga.”

Perbedaan pendapat di antara para ulama

Para ulama berbeda pendapat mengenai makna hadits di atas.

Pendapat pertama

Memahami makna Raudhah merupakan bagian dari taman surga dalam arti sesungguhnya. Dalam arti, kelak tanah yang berada di antara rumah dan mimbar Nabi akan diangkat ke langit dan menjadi bagian dari taman surga.

Jadi pendapat ini mengartikan makna Raudhah dan Surga itu merupakan materi/fisik. Maka tidak heran kita pun menyaksikan banyaknya orang yang berjubel dan antri demi berkesempatan merasakan suasana surga tersebut. Yaitu dengan cara beribadah secara khusus di tempat tersebut. Shalat sunnah, berdzikir, membaca al-Qur’an, serta menghayati kemuliaan lokasi istimewa itu.

Baca pula:  Pesan Rasulullah Saw. Jangan Menetap di Bumi

Pendapat kedua

Mengartikan Raudhah sebagai tempat mulia. Bukan pada fisiknya. Bukan pada materinya. Namun pada fungsinya yang mulia. Karena secara fisik, rumah Rasulullah Saw. merupakan rumah yang sangat sederhana. Hanya berukuran 5×6 meter. Dengan beberapa perabot yang bisa dihitung dan semuanya serba sederhana dalam arti yang sebenarnya.

Namun di rumah itulah Rasulullah Saw. membina sebuah keluarga. Sepasang suami-istri yang memiliki tekad satu, yaitu menjadikan rumah sebagai ruang saling memberikan nasihat. Bila salah satu pasangan berbuat salah, maka yang lain akan memberikan nasihat dengan penuh kasih dan tulus cinta. Mereka saling menguatkan, memaafkan dan mengerti satu sama lain.

Keduanya mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menjadi madrasah bagi generasi masa depan. Penerus perjuangan estafet dakwah yang boleh jadi lebih berat daripada kedua orangtuanya.

Demikian pula mimbar Nabi Muhammad Saw. Hanyalah sepotong dahan pohon yang ditemukan di salah satu pinggir jalan Kota Madinah. Lalu dibawa ke dalam Masjid Nabawi yang sangat sederhana. Sebagai sarana Rasulullah Saw. ancik-ancik tatkala menyampaikan khutbah dan taushiyah di hadapan para shahabat. Memberikan taujih dan irsyadat yang selalu dinantikan dan diberikan pada waktu yang tepat.

Masjid Rasulullah Saw. sendiri juga hanyalah bangunan yang secara fisik amat sangat sederhana. Lebih sederhana daripada masjid manapun yang ada di kota Anda. Baik kualitas bahan bangunan, bentuk maupun susunannya.

Hasil Ijtihad

Kedua pendapat itu merupakan hasil ijtihad dari para ulama. Tidak boleh saling menyalahkan maupun saling klaim kebenaran. Karena sikap saling menyalahkan dan mau menang sendiri itu hanya menunjukkan dangkalnya ilmu serta sempitnya hati dan fikiran.

Boleh jadi kedua pendapat itu adalah benar.

Al-Imam Ibnu Taimiyah pernah menyampaikan, bahwa di dunia sebenarnya sudah ada surga. Bila kita mampu memasuki surga dunia ini, maka merupakan pertanda dengan izin Allah bahwa kita akan diizinkan masuk ke dalam surga yang berada di akhirat. Sebaliknya, bila kita tidak mampu masuk ke dalam surga dunia ini, maka itu pun pertanda bahwa kita tidak akan diizinkan untuk masuk ke dalam surga di akhirat.

Surga dunia itu adalah bila kita mampu merasakan nikmatnya ibadah dan ketaatan kepada Allah Swt. Puasa secara fisik adalah membuat jasmani kita lapar, haus dan mungkin juga agak lemah. Namun justru di situlah kita bisa merasakan nikmat yang jauh lebih besar dan lebih indah daripada nikmatnya makanan dan minuman apapun.

Tatkala kita sedang shalat tarawih, boleh jadi kaki terasa pegal. Badan terasa letih dan berkeringat. Namun ruhani kita merasakan kenikmatan dan keindahan yang tidak terbeli dengan harga berapapun.

Evaluasi dan Introspeksi Diri

Sampai di sini, marilah kita bersama melakukan evaluasi secara mendasar. Terhadap setiap amaliah ibadah sehari-hari, apalagi di bulan Ramadhan yang demikian kita rindukan. Sudahkah semua keindahan dan kenikmatan di bulan yang mulia ini mampu kita rasakan dalam arti yang sesungguhnya. Atau malah kita diam-diam pingin segera berlalu dan meninggalkannya…

Allahu a’lam…

Tags:

One thought on “Raudhah: Benarkah Bagian dari Taman Surga?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.