SHOPPING CART

close

Kitab Hadits: Shahih, Sunan, Musnad, Muwattha’, Mustadrak

الصحيح-السنن-المسند

الموطأ-المستدرك-الأطراف

as-shahih / as-sunan / al-musnad

al-muwattha’ / al-mustadrak / al-athraf

 

Hadits merupakan informasi tentang berbagai kebiasaan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. Baik berupa perkataan, perbuatan, maupun persetujuan beliau. Pengetahuan tentang hadits itu sangat penting bagi kita umat Islam. Karena kita tidak akan mampu melaksanakan perintah Allah tanpa bimbingan dan contoh dari Nabi Muhammad Saw. Dan di antara nikmat terbesar yang Allah limpahkan kepada kita adalah terpeliharanya hadits itu dengan sangat baik. Yaitu dengan dibukukannya hadits dengan demikian sempurna.

Metode pembukuan hadits itu bermacam-macam. Misalnya:

– Ada kitab hadits yang isinya benar-benar hadits saja, dan ada kitab hadits yang isinya campuran antara hadits dan atsar (perkataan shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in).

– Ada kitab hadits yang isinya hanya berupa hadits shahih, dan ada kitab hadits yang campuran antara shahih dan dha’if.

– Dan ada kitab hadits yang isinya seluruh bidang ajaran Islam, dan ada kitab hadits yang isinya hanya masalah fiqih.

Dari situlah kemudian kita mengenal istilah: Kitab Shahih, Kitab Sunan, Kitab Athraf, Kitab Musnad, Kitab Mustadrak, dan lain-lain.

Pada kesempatan kali ini kita akan berkenalan dengan beberapa istilah di atas yang menunjukkan macam-macam metode pembukuan hadits tersebut.

***

A. Kitab Hadits Metode Shahih

Berikut ini penjelasan mengenai Jami’ Shahih:

1. Pengertian Metode Shahih

Shahih artinya: tidak dha’if.

Metode Shahih artinya: metode penyusunan kitab hadits dengan memilih dan memuat hadits-hadits yang shahih saja. Dengan kriteria hadits shahih menurut penyusunnya.

Dengan demikian, Kitab hadits yang disusun dengan metode shahih ini tidak memuat hadits yang dha’if, apalagi yang maudhu’ (palsu).

Namun perlu dicatat, bahwa kriteria hadits shahih antara satu ulama hadits dengan ulama hadits yang lain itu kadang-kadang berbeda. Di mana ada ulama yang sangat ketat dalam menentukan kriteria hadits shahih. Dan ada ulama yang agak longgar.

2. Contoh Kitab Hadits dengan Metode Shahih

Berikut ini beberapa contoh kitab hadits yang disusun dengan Metode Shahih:

a. Shahih Bukhari

Disusun oleh Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari.

Wafat tahun 256 H.

Nama asli yang diberikan oleh Imam Bukhari adalah: al-Jami’ as-Shahih.

Kitab ini diakui oleh para ulama sebagai kitab hadits yang paling shahih.

Kitab-Shahih-al-Bukhari

Mengingat demikian penting kedudukan kitab Shahih Bukhari ini, sehingga banyak ulama memberikan syarah untuk kitab ini. Di antaranya:

  • Fathul Bari, oleh Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani.
  • ‘Umdatul Qari, oleh Imam al-‘Aini.
  • Kawakib Dari, oleh Imam al-Kirmani.
  • Irsyadus Sari, oleh Imam al-Qasthalani.
  • Taudhih, Imam Ibnul Mulqan.

kitab-fathul-bari

كتاب_إرشاد_الساري_لشرح_صحيح_البخاري

b. Shahih Muslim

Disusun oleh Imam Abul-Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi.

Wafat tahun 261 H.

Nama asli yang diberikan oleh Imam Muslim adalah: al-Jami’ as-Shahih. Sama dengan Shahih Bukhari.

Kitab ini diakui oleh para ulama sebagai kitab hadits nomor dua setelah Shahih al-Bukhari.

Kitab-Shahih-Muslim

Ada banyak syarah kitab shahih muslim, di antaranya:

  • Al-Minhaj, oleh Imam Nawawi.
  • Ad-Dibaj, oleh Imam Suyuthi.

al-minhaj-syarah-muslim

minhajul-muhadditsin

c. Shahih Tirmidzi

Disusun oleh Imam Abu ‘Isa Muhamad bin ‘Isa at-Tirmidzi.

Wafat tahun 279 H.

Nama asli yang diberikan oleh Imam Tirmidzi adalah: al-Jami’ as-Shahih.

Kitab ini sebenarnya diniatkan oleh Imam Tirmidzi hanya berisi hadits-hadits yang shahih saja. Namun ternyata para ulama hadits memberikan penilaian lain. Bahwa beliau dinilai longgar dalam menentukan kriteria hadits shahih. Alias kurang ketat.

Oleh karena itu, para ulama kemudian mengelompokkannya sebagai kitab sunan. Sehingga nanti ada istilah Ashabus Sunan, yaitu: Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i dan Sunan Ibnu Majah. Mereka inilah yang juga biasa disebut sebagai Imam Empat.

سنن-الترمذي-الجامع-الصحيح

Di antara syarah Sunan Tirmidzi:

  • ‘Aridhatul Ahwadzi, Imam Ibnul ‘Arabi.
  • Syarh Jami’ Tirmizi, Imam al-Baghawi.
  • Syarh Sunan Tirmidzi, Imam al-‘Iraqi.
  • Tuhfatul Ahwadzi, Syeikh al-Mubarakfuri.

tuhfatul-ahwadzi

d. Shahih Ibnu Khuzaimah

Disusun oleh Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah bin al-Mughirah as-Sulumi an-Naisaburi.

Wafat tahun 311 H.

Shahih-Ibnu-Khuzaimah

e. Shahih Ibnu Hibban

Disusun oleh Imam Abu Hatim Muhammad bin Hibban.

Wafat tahun 354 H.

Shahih-Ibnu-Hibban

Baca Juga:

Hadits Mutawatir: Pengertian, Contoh dan Macam-macamnya

***

B. Kitab Hadits Metode  Sunan

Sunan di sini tidak sama dengan istilah sunan yang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Seperti Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga. Yang merupakan singkatan dari Susuhunan. Artinya: sesembahan atau orang yang sangat dihormati.

Berikut ini penjelasan mengenai Kitab Sunan:

1. Pengertian Metode Sunan

Sunan artinya: jamak dari sunnah. Nama lain dari hadits.

Metode Sunan artinya: metode penyusunan kitab hadits berdasarkan tema atau bab fiqih. Di mana tujuan penyusunan kitab sunan adalah memudahkan para ahli fiqih atau mujtahid dalam melakukan ijtihad atau istinbath hukum.

Perlu diperhatikan, bahwa Kitab Sunan ini bukan hanya berisi hadits-hadits yang shahih. Namun juga berisi hadits yang dha’if. Mengingat adanya perbedaan pendapat mengenai kedudukan hadits dha’if.

Sebagai tambahan penjelasan, bahwa hadits dha’if itu bukan berarti hadits palsu. Meskipun disebut dha’if, namun tetap disebut hadits. Bila diibaratkan dengan seseorang yang sekolah atau kuliah, maka:

– Hadits Shahih itu lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Dibuktikan dengan ijazah dengan nilai tinggi.

– Hadits Dha’if itu lulus dengan nilai yang kurang bagus. Dibuktikan dengan ijazah asli, meskipun nilainya rendah.

– Hadits Palsu (Maudhu’) itu tidak lulus. Mungkin juga sebenarnya tidak sekolah dan tidak kuliah. Dia hanya mengaku lulus. Dengan ijazah palsu.

2. Contoh Kitab Hadits dengan Metode Sunan

Inilah beberapa contoh kitab hadits yang disusun dengan Metode Sunan:

a. Sunan Abu Dawud

Disusun oleh Imam Abu Dawud as-Sijistani. Wafat tahun 275 H.

syarah-sunan-abu-dawud

b. Sunan Tirmidzi

Disusun oleh Imam Tirmidzi. Wafat tahun 279 H.

'aridhatul-ahwadzi

c. Sunan Nasa’i

Disusun oleh Imam an-Nasa’i. Wafat tahun 302 H.

شرح-سنن-النسائي

d. Sunan Ibnu Majah

Disusun oleh Imam Ibnu Majah. Wafat tahun 275 H.

syarah-sunan-ibnu-majah

e. Sunan Sa’id bin Manshur

Wafat tahun 227 H.

f. Sunan Darimi

Wafat tahun 255 H.

g. Sunan Baihaqi

Wafat tahun 458 H.

h. Sunan Daruquthni

Wafat tahun 385 H.

 

Baca Juga:

Hadits Ahad: Pengertian, Contoh, Macam dan Kedudukannya

***

C. Kitab Hadits Metode Musnad

1. Pengertian Kitab Musnad

Metode Musnad artinya: metode penyusunan kitab hadits berdasarkan nama perawi pertama, yaitu shahabat. penyusunannya bukan berdasarkan tema hadits, namun berdasarkan nama shahabat. Misalnya ini bab hadits-hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah. Ini bab hadits-hadits yang diriwayatkan ‘Aisyah. Dan seterusnya.

Lalu diurutkan lagi di dalam kitab musnad itu, ada yang berdasarkan shahabat yang lebih dahulu masuk Islam. Ada yang mengurutkan dengan berdasarkan urutan abjad.

2. Contoh Kitab Hadits dengan Metode Musnad

Berikut ini beberapa contoh Kitab Musnad:

a. Musnad Ahmad

Disusun oleh Imam Ahmad bin Hambal. Wafat tahun 214 H.

musnad-imam-ahmad

syarah-musnad-ahmad

b. Musnad Thayalisi

Disusun oleh Imam Abu Dawud Sulaiman bin Dawud at-Thayalisi. Wafat tahun 204 H.

c. Musnad Humaidi

Disusun oleh Imam Abu Bakar Abdullah bin az-Zubairi al-Humaidi. Wafat tahun 219 H.

d. Musnad Abu Khaitsamah

Disusun oleh Imam Abu Khaitsamah Zuhai bin Harb. Wafat tahun 234 H.

e. Musnad Abu Ya’la

Disusun oleh Imam Abu Ya’la Ahmad bin ‘Ali al-Mutsanna al-Mushili. Wafat tahun 307 H.

Baca Juga:

Hadits Gharib: Pengertian, Contoh dan Macam-macamnya

***

D. Kitab Hadits Metode Muwattha’

1. Pengertian Kitab Muwattha’

Metode Muwattha’ artinya: metode penyusunan kitab hadits berdasarkan bab-bab fiqih, yang sekaligus menghimpun perkataan para shahabat, para tabi’in dan beberapa tabi’ut tabi’in.

Dengan demikian, kitab muwattha’ ini mirip dengan kitab sunan. Hanya saja isinya selain hadits, juga ada perkataan para shahabat, para tabi’in, dan beberapa tabi’ut tabi’in.

2. Contoh Kitab Hadits dengan Metode Muwattha’

Berikut ini beberapa contoh kitab hadits yang disusun dengan Metode Muwattha’:

a. Muwattha’ Malik

Disusun oleh Imam Malik bin Anas.

Wafat tahun 179 H.

al-muntaqa-syarah-muwattha'

b. Muwattha’ Madani

Disusun oleh Imam Ibnu Abi Dzi’b Muhammad ‘Abdurrahman al-Madani.

Wafat tahun 158 H.

c. Muwattha’ ‘Abdan

Disusun oleh Imam Abdullah bin Muhammad al-Maruzi. Lebih dikenal dengan panggilan Imam ‘Abdan.

Wafat tahun 293 H.

Baca Juga:

Hadits Aziz: Pengertian, Contoh dan Penjelasannya

***

E. Kitab Hadits Metode Mustadrak

1. Pengertian Metode Mustadrak

Secara bahasa, mustadrak artinya: tambahan, susulan.

Secara istilah Mustadrak adalah:

مصنف يجمع الأحاديث المروية بأسانيد على شرط أحد الصحاح ولم يخرجها ذلك الصحيح

“Mustadrak yaitu: Kitab hadits yang menghimpun hadits-hadits shahih dengan standar suatu kitab shahih, di mana kitab shahih itu tidak memuat hadits-hadits tersebut.”

Atau dengan redaksi lain:

كلُّ كتاب جَمَعَ فيه مُؤلِّفُه الأحاديث التي ألْحَقَها بكتاب آخر، مِمَّا فاتَتْهُ على شرطه

“Mustadrak yaitu: Kitab yang di dalamnya penulis menambahkan sejumlah hadits kepada kitab yang lain, dengan syarat kitab tersebut, tetapi tidak dimuat dalam kitab itu.”

2. Contoh Kitab Hadits dengan Mustadrak

Berikut ini beberapa contoh kitab mustadrak:

a. Ilzamat Daruquthni

Disusun oleh Imam Abul-Hasan ‘Ali bin ‘Umat bin Ahmad ad-Daruquthni al-Baghdadi. Lebih dikenal dengan panggilan: Imam Daruquthni.

Beliau bergelar: Amirul-Mu’minin fil-Hadits.

Wafat tahun 306 H.

Dalam kitab ini, Imam Daruquthni menghimpun hadits-hadits dengan kriteria perawi yang ditetapkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Isinya hanya 70 (tujuh puluh) hadits.

Ilzamat-Daruquthni

b. Mustadrak Hakim

Disusun oleh Imam Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Handawaihi bin Nu’aim ad-Dhabbi at-Thahmani an-Naisaburi.

Lebih dikenal dengan panggilan: Imam al-Hakim.

Wafat tahun 405 H.

Mustadrak al-Hakim

Imam adz-Dzahabi memberikan komentar kepada kitab ini:

“Dalam kitab Mustadrak al-Hakim ini terdapat banyak hadits yang sesuai kriteria al-Bukhari dan Muslim atau salah satunya. Jumlahnya sekitar separuh dari isi kitab. Seperempatnya memiliki sanad yang shahih, sedangkan sisanya (seperempat lagi) merupakan hadits-hadits mungkar yang lemah dan tidak shahih, bahkan sebagiannya maudhu’ (palsu). Hal ini mengherankan, karena al-Hakim merupakan seorang ahli hadits yang brilian di bidangnya. Ada yang berpendapat, bahwa hal itu dikarenakan dia menulisnya pada akhir masa hidupnya, yang saat itu dia sudah agak pelupa (karena sudah tua).”

Sementara Imam al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

إنما وقع للحاكم التساهل ؛ لأنه سود الكتاب لينقحه فعاجلته منيته ، ولم يتيسر له تحريره ، وتنقيحه

“Al-Hakim bersikap menggampangkan karena dia mengkonsep kitab tersebut untuk diralat kemudian. Tetapi dia meninggal sebelum sempat meralat dan merevisinya.”

c. Shahih Musnad Muqbil

Disusun oleh Syeikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i.

Wafat tahun 1422 H.

Kitab ini diterbitkan dengan dua nama, yaitu: al-Jami’ as-Shahih dan as-Shahih al-Musnad. Namun isinya sama saja.

Sama dengan Shahih al-Bukhari dan al-Jami’ as-Shahih. Sekedar nama bagi kitab, yang dibuat oleh penerbit.

Bila kita ingin download kitab ini, silakan klik link berikut ini: الصحيح المسند مما ليس في الصحيحين

Shahih-Musnad-Muqbil

Baca Juga:

Hadits Masyhur: Pengertian, Contoh dan Penjelasannya

***

F. Kitab Hadits Metode Athraf

1. Pengertian Metode Athraf

Secara bahasa, athraf adalah jamak dari tharf. Artinya: potongan. Maksudnya, potongan hadits yang menjadi inti dari sebuah hadits.

Secara istilah, athraf itu adalah indeks. Secara lebih rinci:

كتب يقتصر مؤلفوها على ذكر طرف الحديث الدال عليه

ثم ذكر أسانيده في المراجع التي ترويه بإسنادها

وبعضهم يذكر الإسناد كاملاً ، وبعضهم يقتصر على جزء من الإسناد

لكنها لا تذكر متن الحديث كاملاً ، كما أنها لا تلتزم أن يكون الطرف المذكور من نص الحديث حرفيـًا

“Kitab Athraf yaitu: Kitab yang penyusunnya menyebutkan potongan hadits yang menunjukkan isi hadits. Kemudian penyusun menyebutkan sanad-sanadnya dalam daftar referensi. Sebagian penyusun menyebutkan sanad secara sempurna, dan sebagian penyusun hanya menyebutkan sebagian sanadnya saja. Namun matan tidak disebutkan secara utuh. Sebagaimana matan juga tidak disebutkan dengan redaksi yang tepat apa adanya.”

2. Contoh Kitab Hadits dengan Metode Athraf

Berikut ini beberapa contoh kitab hadits yang disusun dengan metode athraf:

a. Athraf Mizzi

Nama kitabnya: Tuhfatul-Asyraf bi Ma’rifatil-Athraf.

Disusun oleh Imam Abul-Hajjaj Yusuf bin Abdurrahman al-Mizzi. Lebih populer dengan panggilan: Imam al-Mizzi.

Wafat tahun 742 H.

Kitab ini merupakan atfraf dari Kutubus Sittah.

Tuhfatul-Asyraf

b. Athraf Ibnu Hajar

Judul aslinya: Ittihaful-Maharah bi Athrafil-‘Asyarah.

Disusun oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani. Yang nama lengkapnya: Syihabuddin Ahmad bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar as-Syafi’i al-‘Asqalani al-Mishri. Seorang ulama yang sangat produktif.

Wafat tahun 852 H.

Ittihaful-Maharah

Baca Juga:

Hadits Qudsi, Marfu’, Mauquf, Maqthu’: Persamaan-Perbedaan

***

G. Kitab Hadits Metode Tematik

1. Pengertian Metode Tematik

Selain beberapa metode pembukuan seperti kami sebutkan di atas, ada lagi satu metode yang tidak kalah menariknya. Atau bahkan metode pembukuan ini sepertinya merupakan metode yang paling menarik dan sesuai dengan zaman kita. Yaitu Metode Tematik.

Di mana penyusun kitab hadits ini telah mengumpulkan hadits-hadits yang berkaitan dengan tema utama yang diinginkan. Misalnya, tema hukum atau ahkam, tema akhlak, dan seterusnya.

2. Contoh Kitab Hadits Metode Tematik

Berikut ini beberapa kitab yang disusun secara tematik:

a. Bulughul Maram

Judul lengkapnya: Bulughul-Maram min Adillatil-Ahkam.

Disusun oleh: Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani.

Kitab ini termasuk tipis. Namun manfaatnya luar biasa. Bisa dipastikan semua orang Islam terpelajar memiliki dan menyimpan kitab ini. Baik yang asli maupun terjemahannya.

Kitab ini merupakan himpunan hadits di bidang fiqih. Hadits-hadits dalam kitab ini diambil dari kitab-kitab induk hadits. Yaitu:

  • Muwattha’ Malik
  • Musnad Ahmad
  • Shahihain: Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
  • Ashabus Sunan: Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, Sunan Ibnu Majah
  • Dan lain-lain.

Kitab Bulughul Maram memperoleh perhatian yang sangat besar dari para ulama. Sehingga banyak ulama yang memberikan syarah (keterangan dan penjelasan). Di antaranya:

  • Subulus Salam, oleh Imam Muhammad bin Ismail al-Amir as-Shan’ani.
  • Ibanatul Ahkam, oleh Syeikh Abu Abdillah bin Abdus-Salam ‘Allusy.
  • Minhatul ‘Allam, oleh Syeikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan.

Minhatul-'Allam

b. Riyadhus Shalihin

Disusun oleh Imam Nawawi. Nama lengkap beliau: Abu Zakariya Yahya bin Syarf bin Hasan bin Husain an-Nawawi ad-Dimasyqi.

Secara umum kitab ini merupakan tuntunan hidup sehari-hari sebagai muslim yang rahmatan lil ‘alamin. Yang semuanya dibahas langsung merujuk kepada hadits-hadits Rasulullah Saw. Sangat praktis, sekaligus detail.

Kitab ini juga sudah memperoleh banyak syarah dari para ulama, di antaranya:

Dalilul Falihin, oleh Imam Muhammad bin ‘Allan as-Shiddiqi. Anda bisa download kitab ini melalui link berikut: Kitab Dalilul Falihin.

Nuzhatul Muttaqin, oleh Syeikh Musthafa Sa’i al-Khan, Syeikh Musthafa al-Bugha, Syeikh ‘Ali as-Syarbaji dan Syeikh Muhammad Amin Luthfi. Anda bisa download kitab ini melalui link berikut: Kitab Nuzhatul Muttaqin.

Dalilul-Falihin

c. Muntaqal Akhbar 

Kitab ini disusun oleh Imam Ibnu Taimiyyah al-Jadd. Nama lengkapnya: Imam ‘Abdus-Salam bin ‘Abdillah bin Abi al-Qashim bin Muhammad bin al-Hidhr bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Abdillah bin al-Harrani. Kakek dari Imam Ibnu Taimiyah yang sangat terkenal itu.

Wafat tahun 728 H.

Kitab ini memuat lebih dari 5.029 hadits yang merupakan kumpulan hampir seluruh hadits dalam bidang hukum. Atau istilahnya hadits ahkam.

Kitab ini kemudian disyarah oleh Imam Syaukani. Dan diberi nama: Nailul-Authar. Di mana isinya banyak merujuk pada Kitab Fathul Bari (syarah Shahih Bukhari).

Nailul-Authar

Baca Juga:

Hadits Shahih Lighairihi: Pengertian, Contoh dan Statusnya

***

Penutup

Inilah sedikit penjelasan mengenai istilah-istilah yang berkaitan dengan macam-macam teknik pembukuan hadits. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Allahu a’lam.

__________________

Bahan Bacaan:

Kitab Mabahits fi ‘Ulumil-Hadits. Syeikh Manna’ al-Qatthan, rahimahullah.

Artikel Pertama

Kutubul-Hadits wa Anwa’uha. Syeikh Muhammad al-Hamud al-Jundi, hafizhahullah.

Artikel Kedua

al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihain. Wikipedia

Artikel Ketiga

Al-Mustadrakat. Islamweb

Tags:

0 thoughts on “Kitab Hadits: Shahih, Sunan, Musnad, Muwattha’, Mustadrak

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.