SHOPPING CART

close

Inilah Waktu Shalat Ashar Berdasarkan Hadits-hadits Nabawi

Berikut ini kami sampaikan beberapa pembahasan yang berkaitan dengan waktu shalat Ashar:

1. Awal Waktu Shalat Ashar

Berdasarkan hadits-hadits yang khusus membahas waktu shalat, awal waktu shalat Ashar adalah ketika panjang bayang-bayang sama dengan tinggi bendanya.

Untuk lebih rincinya berikut kami sebutkan hadits-hadits dimaksud secara ringkas:

Hadits Abu Barzah ra.

كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّى الْعَصْرَ وَأَحَدُنَا يَذْهَبُ إِلَى أَقْصَى الْمَدِينَةِ ثُمَّ يَرْجِعُ وَالشَّمْسُ حَيَّةٌ . رواه البخاري .

“Adalah Nabi Muhammad saw. shalat Ashar, yang bila salah seorang di antara kami pergi ke pinggir kota Madinah dan kembali lagi, matahari masih terang. (HR. Bukhari)

Hadits Abu Musa ra.

أَنَّ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم أَمَرَهُ فَأَقَامَ بِالْعَصْرِ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ . رواه مسلم .

“Nabi Muhammad saw. memanggil orang itu, dan beliau pun mendirikan shalat Ashar ketika matahari telah condong.” (HR. Muslim)

Hadits Buraidah ra.

ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ الْعَصْرَ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ . رواه مسلم .

“Setelah itu beliau memerintahkan kepada Bilal seperti sebelumnya, dan Bilal pun beriqamah untuk shalat Ashar ketika matahari telah tinggi hingga nampak putih bersih.” (HR. Muslim)

Hadits Jabir ra. Yang Pertama

كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّى الْعَصْرَ وَالشَّمْسُ نَقِيَّةٌ . رواه البخاري .

“Adalah Rasulullah saw. shalat Ashar ketika matahari masih bersih.” (HR. Bukhari)

Hadits Jabir ra. Yang Kedua

ثُمَّ مَكَثَ حَتَّى إِذَا كَانَ فَىْءُ الرَّجُلِ مِثْلَهُ جَاءَهُ لِلْعَصْرِ فَقَالَ : قُمْ يَا مُحَمَّدُ ، فَصَلِّ الْعَصْرَ. رواه النسائي .

“Kemudian Jibril menunggu, hingga ketika bayang-bayang orang sudah sama panjang dengannya, ia kembali datang kepada Nabi Muhammad saw. untuk waktu Ashar dan berkata, ‘Bersiaplah Muhammad. Shalatlah Ashar.’” (HR. Nasa’i)

Hadits Ibnu ‘Abbas

وَصَلَّى بِىَ الْعَصْرَ حِينَ كَانَ ظِلُّهُ مِثْلَهُ . رواه أبو داود .

“Lalu dia (Jibril) shalat Ashar bersamaku ketika panjang bayang-bayang sama panjang dengan bendanya.” (HR. Abu Dawud)

Hadits Abu Hurairah

ثُمَّ صَلَّى الْعَصْرَ حِينَ رَأَى الظِّلَّ مِثْلَهُ . رواه النسائي .

Kemudian dia shalat Ashar ketika melihat bayang-bayang sama panjang dengan bendanya. (HR. Nasa’i)

Hadits pertama hingga keempat tidak memberikan keterangan secara jelas, selain keterangan bahwa waktu itu matahari masih nampak terang. Sedangkan hadits kelima hingga ketujuh secara jelas memberikan keterangan, bahwa waktu awal shalat Ashar itu dimulai ketika bayang-bayang matahari telah sama panjang dengan bendanya. Hal ini dipertegas oleh riwayat berikut:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّى الْعَصْرَ وَالشَّمْسُ لَمْ تَخْرُجْ مِنْ حُجْرَتِهَا . رواه البخاري .

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Adalah Rasulullah saw. shalat Ashar. Sedangkan matahari belum keluar dari kamarnya.” (HR. Bukhari)

Berdasarkan kenyataan, kamar para istri Nabi Muhammad saw. itu tidaklah luas. Oleh karena kamar itu tidak luas, matahari akan masih nampak dari kamar itu selama ia masih dalam posisi yang tinggi dan bersinar terang. Dengan demikian, apabila matahari telah amat condong, maka ia telah nampak keluar dari kamar tersebut, betapa pun rendahnya kamar itu.

***

2. Menyegerakan Shalat Ashar

Di antara sunnah Rasulullah Saw. adalah menyegerakan shalat Ashar bila telah datang waktunya. Berikut ini beberapa riwayat yang menunjukkan hal tersebut.

Hadits Anas:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : كُنَّا نُصَلِّى الْعَصْرَ ثُمَّ يَخْرُجُ الإِنْسَانُ إِلَى بَنِى عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ فَنَجِدُهُمْ يُصَلُّونَ الْعَصْرَ . رواه البخاري ومسلم .

Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Kami shalat Ashar di waktu yang apabila seseorang pergi ke Bani ‘Amr bin ‘Auf, kami akan mendapati mereka sedang shalat Ashar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jarak antara Madinah dan kampung Bani ‘Amr bin ‘Auf adalah dua mil. Riwayat ini menunjukkan kebiasaan Rasulullah saw. menyegerakan shalat Ashar.

Adapun Bani ‘Amr bin ‘Auf ini mengakhirkan shalat Ashar, karena mereka kaum petani yang bekerja di sawah dan kebun. Setelah pulang dari tempat bekerja, mereka pun bersegera melaksanakan shalat Ashar.

Hadits Umamah:

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ يَقُولُ : صَلَّيْنَا مَعَ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ الظُّهْرَ ، ثُمَّ خَرَجْنَا حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ فَوَجَدْنَاهُ يُصَلِّى الْعَصْرَ فَقُلْتُ يَا عَمِّ ، مَا هَذِهِ الصَّلاَةُ الَّتِى صَلَّيْتَ قَالَ الْعَصْرُ ، وَهَذِهِ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلمالَّتِى كُنَّا نُصَلِّى مَعَهُ . رواه البخاري .

Dari Abu Umamah, ia berkata:

Adalah kami shalat Dhuhur bersama ‘Umar bin ‘Abdul Aziz, kemudian kami mengunjungi Anas bin Malik. Kami mendapati Anas bin Malik sedang shalat Ashar. Kami bertanya padanya, “Wahai Pamanku, shalat apakah yang telah engkau kerjakan tadi?” Anas bin Malik menjawab, “Shalat Ashar. Demikianlah shalat Rasulullah saw. yang dahulu selalu kami kerjakan bersama beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits Rafi’:

عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ يَقُولُ : كُنَّا نُصَلِّى الْعَصْرَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ تُنْحَرُ الْجَزُورُ فَتُقْسَمُ عَشَرَ قِسَمٍ ثُمَّ تُطْبَخُ فَنَأْكُلُ لَحْمًا نَضِيجًا قَبْلَ مَغِيبِ الشَّمْسِ. رواه مسلم .

Dari Rafi’ bin Khadij, ia berkata:

“Adalah kami shalat Ashar bersama Rasulullah saw. Setelah itu seekor unta disembelih dan dipotong menjadi sepuluh bagian, lalu dimasak. Lalu kami makan daging yang sudah matang sebelum terbenamnya matahari.” (HR. Muslim)

Untuk menyembelih, memotong-motong, dan memasak seekor unta tentunya memakan waktu yang tidak sebentar. Apalagi kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama, dan semua ini berakhir sebelum matahari terbenam. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. biasa melaksanakan shalat Ashar bersama para shahabat di awal waktu.

Hadits Anas:

Demikian pula yang ditunjukkan oleh hadits berikut ini:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ : صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْعَصْرَ فَلَمَّا انْصَرَفَ أَتَاهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نُرِيدُ أَنْ نَنْحَرَ جَزُورًا لَنَا وَنَحْنُ نُحِبُّ أَنْ تَحْضُرَهَا. قَالَ : نَعَمْ . فَانْطَلَقَ وَانْطَلَقْنَا مَعَهُ فَوَجَدْنَا الْجَزُورَ لَمْ تُنْحَرْ فَنُحِرَتْ ثُمَّ قُطِّعَتْ ثُمَّ طُبِخَ مِنْهَا ثُمَّ أَكَلْنَا قَبْلَ أَنْ تَغِيبَ الشَّمْسُ . رواه مسلم .

Dari Anas bin Malik, ia berkata:

Adalah Rasulullah saw. shalat Ashar bersama kami. Setelah selesai, datang seorang laki-laki dari Bani Salamah. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, kami ingin menyembelih seekor unta kami. Kami sangat ingin Anda turut menikmatinya.” Beliau menjawab, “Baik.” Maka beliau pun berangkat bersama kami. Kami mendapati unta itu belum disembelih. Maka unta itu pun disembelih, dipotong-potong, dan sebagiannya dimasak. Kemudian kami makan sebelum matahari terbenam. (HR. Muslim)

***

3. Keutamaan Shalat Ashar Pada Waktunya

Di antara para malaikat ada yang bertugas mengawasi perbuatan manusia. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, yaitu malaikat malam dan malaikat siang. Pergantian waktu kedua kelompok malaikat itu dilakukan pada waktu shalat Shubuh dan shalat Ashar. Dengan demikian, apabila kita rajin melaksanakan shalat Shubuh dan shalat Ashar, maka kedua kelompok malaikat itu datang dan pergi di waktu kita sedang shalat.

Rasulullah saw. bersabda:

يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنَّهَارِ ، وَيَجْتَمِعُونَ فِى صَلاَةِ الْفَجْرِ وَصَلاَةِ الْعَصْرِ ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ ، فَيَسْأَلُهُمْ وَهْوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِى فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ ، وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ . رواه البخاري

“Para malaikat malam dan para malaikat siang bergiliran mendatangi kalian. Dua kelompok malaikat ini bertemu pada waktu shalat Shubuh dan shalat Ashar. Kemudian mereka yang sebelumnya bersama kalian naik ke langit. Lalu Allah Yang Maha Mengetahui bertanya kepada mereka, ‘Apa yang sedang dilakukan oleh hamba-hamba-Ku ketika kalian meninggalkan mereka?’ Mereka menjawab, ‘Kami meninggalkan mereka sedang shalat, dan kami mendatangi mereka juga sedang shalat.'” (HR. Bukhari)

***

4. Ancaman Meninggalkan Shalat Ashar

Kesibukan duniawi yang kita lakukan sehari-hari secara umum tidak jauh dari tujuan mengumpulkan harta dan memperbanyak keturunan. Demikian padat kegiatan duniawi itu, kadang membuat kita melupakan kewajiban shalat. Bila tidak berhati-hati, entah sudah berapa kali shalat Ashar kita tinggalkan, karena memang kesibukan duniawi itu biasanya berpuncak pada waktu shalat Ashar.

Peringatan Rasulullah Saw.

Padahal Rasulullah saw. telah memberikan peringatan, bahwa orang yang meninggalkan shalat Ashar itu sama dengan orang yang kehilangan keluarga dan hartanya. Dengan demikian, sesungguhnya orang seperti itu telah gagal dengan kerja kerasnya. Na’udzu billah min dzalik…

Rasulullah saw. bersabda:

الَّذِى تَفُوتُهُ صَلاَةُ الْعَصْرِ كَأَنَّمَا وُتِرَ أَهْلَهُ وَمَالَهُ . رواه البخاري ومسلم .

“Orang yang tidak melaksanakan shalat Ashar itu seperti orang yang terputus keluarga dan hartanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, tidak peduli sedang sesibuk apakah kita, hendaknya jangan sampai melupakan shalat Ashar. Bahkan meskipun kita sedang sibuk menghadapi musuh di waktu perang. Bila sudah masuk waktu shalat Ashar, dan ada kesempatan untuk mengerjakannya, hendaknya kita segera mengerjakannya.

Bahkan ketika sedang berperang

Suatu saat, generasi umat Islam yang kedua yang disebut dengan istilah tabi’in sedang berperang. Bersama mereka terdapat seorang shahabat yang bernama Buraidah. Ketika telah tiba waktu shalat Ashar, dan ada kesempatan shalat Ashar, ia segera berseru:

بَكِّرُوا بِصَلاَةِ الْعَصْرِ ، فَإِنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ . رواه البخاري .

“Bersegeralah kalian melaksanakan shalat Ashar. Nabi Muhammad saw. bersabda, ‘Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar, maka sia-sialah amalnya.'” (HR. Bukhari)

***

5. Akhir Waktu Shalat Ashar

Secara umum hadits-hadits yang khusus menerangkan tentang shalat yang telah kami sebutkan sebelumnya memberikan pemahaman, bahwa waktu shalat Ashar berakhir dengan terbenamnya matahari. Namun terdapat beberapa hadits lain yang memberikan pemahaman, bahwa barangsiapa sudah mendapatkan satu rakaat shalat Ashar, lalu matahari terbenam, maka dia sudah mendapatkan waktu shalat Ashar itu. Dengan demikian, dia dianggap tidak terlambat shalat Ashar.

وَمَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ الْعَصْرَ . رواه البخاري ومسلم .

“Barangsiapa mendapatkan satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka dia telah mendapat shalat Ashar tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

مَنْ أَدْرَكَ مِنَ الْعَصْرِ سَجْدَةً قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَوْ مِنَ الصُّبْحِ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ فَقَدْ أَدْرَكَهَا . رواه مسلم .

“Barangsiapa mendapatkan satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari terbenam, atau mendapatkan satu rakaat shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka dia telah mendapatkan shalat tersebut.” (HR. Muslim)

Bila kita perhatikan teks hadits-hadits di atas (bukan terjemahan), Rasulullah saw. menggunakan istilah satu ruku’ (rak’ah) dan satu sujud (sajdah), namun maksud beliau adalah satu rakaat penuh. Yang demikian karena itulah istilah yang populer di zaman Rasulullah saw.

***

6. Peringatan Bagi Orang Yang Biasa Mengakhirkan Shalat Ashar

Menurut fikih, orang yang shalat Ashar di menit-menit terakhir waktu Ashar hukumnya sah. Namun demikian, hendaknya hal itu tidak menjadi kebiasaan. Rasulullah saw. telah menyebutkan bahwa apabila mengakhirkan waktu shalat Ashar itu menjadi kebiasaan, maka kebiasaan itu merupakan tanda kemunafikan. Nau’dzu billah min dzalik.

عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ فِى دَارِهِ بِالْبَصْرَةِ حِينَ انْصَرَفَ مِنَ الظُّهْرِ وَدَارُهُ بِجَنْبِ الْمَسْجِدِ ، فَلَمَّا دَخَلْنَا عَلَيْهِ قَالَ : أَصَلَّيْتُمُ الْعَصْرَ ؟ فَقُلْنَا لَهُ : إِنَّمَا انْصَرَفْنَا السَّاعَةَ مِنَ الظُّهْرِ . قَالَ : فَصَلُّوا الْعَصْرَ . فَقُمْنَا فَصَلَّيْنَا . فَلَمَّا انْصَرَفْنَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ ، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ ، حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَىِ الشَّيْطَانِ ، قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا ، لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً . رواه مسلم .

Dari ‘Ala’ bin ‘Abdurrahman, bahwa suatu hari dia berkunjung ke rumah Anas bin Malik yang terletak di sebelah masjid. ‘Ala’ bin ‘Abdurrahman berkata:

“Ketika kami bertemu dengan Anas bin Malik, ia bertanya, ‘Apakah kalian sudah shalat Ashar?’ Kami menjawab, ‘Kami baru saja selesai shalat Dhuhur.’ Anas berkata, ‘Shalatlah Ashar.’ Kami pun segera shalat Ashar. Setelah kami selesai shalat, Anas berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Itulah shalat orang munafik. Dia duduk-duduk mengawasi matahari. Bila matahari telah berada di antara dua tanduk setan, maka dia baru berdiri dan melakukan shalat dengan amat cepat. Dia tidak mengingat Allah dalam shalat itu melainkan sedikit saja.” (HR. Muslim)

Semoga Allah Swt. memberikan kemudahan kepada kita semua untuk melaksanakan shalat pada waktunya dan dengan cara sebaik-baiknya…

***

7. Akhir Waktu Shalat Ashar

Hadits-hadits yang menjelaskan waktu shalat Ashar secara umum saling menjelaskan, namun juga saling bertentangan. Hadits-hadits itu adalah sebagai berikut:

Hadits Abu Musa ra.

ثُمَّ أَخَّرَ الْعَصْرَ حَتَّى انْصَرَفَ مِنْهَا ، وَالْقَائِلُ يَقُولُ : قَدِ احْمَرَّتِ الشَّمْسُ . رواه مسلم .

“Kemudian beliau mengakhirkan shalat Ashar hingga habis waktu ashar. Orang mengatakan: Hingga matahari nampak merah.” (HR. Muslim)

Hadits Buraidah ra.

وَصَلَّى الْعَصْرَ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ أَخَّرَهَا فَوْقَ الَّذِى كَانَ . رواه مسلم .

“Lalu beliau shalat Ashar ketika matahari sudah lebih tinggi daripada hari sebelumnya.” (HR. Muslim)

Hadits Jabir ra.

ثُمَّ جَاءَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حِينَ كَانَ فَىْءُ الرَّجُلِ مِثْلَيْهِ فَقَالَ : قُمْ يَا مُحَمَّدُ فَصَلِّ . فَصَلَّى الْعَصْرَ . رواه النسائي .

Kemudian Jibril datang kepada Nabi Muhammad saw. ketika bayang-bayang orang dua kali panjang tubuhnya, lalu berkata, “Bersiaplah, Muhammad. Shalatlah.” Nabi Muhammad pun shalat Ashar. (HR. Nasa’i)

Hadits Ibnu ‘Abbas

وَصَلَّى بِىَ الْعَصْرَ حِينَ كَانَ ظِلُّهُ مِثْلَيْهِ . رواه أبو داود .

“Lalu dia (Jibril) shalat Ashar bersamaku ketika bayang-bayang benda dua kali panjang daripada benda tersebut.” (HR. Abu Dawud)

Hadits Abu Hurairah

ثُمَّ صَلَّى الْعَصْرَ حِينَ كَانَ الظِّلُّ مِثْلَيْهِ . رواه النسائي .

“Kemudian Jibril shalat Ashar ketika bayang-bayang dua kali panjang bendanya.” (HR. Nasa’i)

Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr

فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْعَصْرَ فَإِنَّهُ وَقْتٌ إِلَى أَنْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ . رواه مسلم .

“Bila kalian shalat Ashar, waktunya adalah hingga matahari menjadi kuning.” (HR. Muslim)

Hadits Anas bin Malik

تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ ، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ ، حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَىِ الشَّيْطَانِ قَامَ ، فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً . رواه مسلم .

“Itulah shalat orang munafik. Dia duduk-duduk mengawasi matahari. Bila matahari telah berada di antara dua tanduk setan, maka dia baru berdiri dan melaksanakan shalat dengan amat cepat. Dia tidak mengingat Allah dalam shalat itu melainkan sedikit saja.” (HR. Muslim)

Hadits Abu Hurairah

وَمَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ الْعَصْرَ . رواه البخاري ومسلم .

“Barangsiapa mendapatkan satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka dia telah mendapatkan shalat Ashar tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

***

8. Pembagian Waktu Shalat Ashar

Menghadapi hadits-hadits yang menerangkan tentang akhir waktu shalat Ashar yang secara dhahir nampak saling bertentangan di atas, para ulama membagi waktu Ashar itu menjadi lima bagian.

Pertama: Waktu Utama

Waktu utama untuk melaksanakan shalat Ashar adalah waktu paling awal, yaitu ketika bayang-bayang sepanjang bendanya.

Kedua: Waktu Baik

Waktu baik untuk melaksanakan shalat Ashar berlangsung hingga panjang bayang-bayang dua kali tinggi bendanya.

Ketiga: Waktu Boleh

Waktu boleh untuk melaksanakan shalat Ashar berlangsung hingga matahari menjadi nampak kuning.

Keempat: Waktu Makruh

Waktu makruh untuk melaksanakan shalat Ashar yaitu dimulai ketika matahari nampak kuning hingga matahari terbenam.

Kelima: Waktu Udzur

Waktu udzur untuk melaksanakan shalat Ashar adalah ketika seseorang dalam safar atau ketika datang hujan, di mana ia melaksanakan shalat Ashar di waktu Dhuhur (jama’ taqdim).

Bila seseorang melaksanakan shalat pada salah satu di antara lima waktu di atas, ia telah melaksanakan kewajiban pada waktunya, atau disebut dengan ada’. Apabila seseorang melaksanakan shalat Ashar ketika matahari telah terbenam, maka ia telah melaksanakan kewajiban yang sebenarnya bukan pada waktunya, atau disebut dengan qadha’.

Allahu a’lam.

______________

Sumber:

Buku Rahasia 7 Waktu Shalat, Ahda Bina A., Lc., M.H.I. 

Tags:

0 thoughts on “Inilah Waktu Shalat Ashar Berdasarkan Hadits-hadits Nabawi

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.