SHOPPING CART

close

Tips Mahir Baca Kitab Arab Gundul: Beberapa Catatan Praktis

Baca Kitab merupakan keterampilan yang wajib dimiliki bagi kita yang ingin belajar ilmu-ilmu keislaman secara serius. Bukan sambil lalu. Karena seluruh buku induk dalam ilmu-ilmu keislaman ditulis dengan bahasa Arab.

Alhamdulillah, kita semua sungguh bersyukur. Bahwa banyak kitab-kitab induk dalam berbagai ilmu keislaman itu sudah ada terjemahannya. Namun sebenarnyalah, kitab terjemahan itu tidak banyak membantu. Selain sebagai kelengkapan isi perpustakaan. Atau pajangan di ruang tamu.

Kalau mau serius belajar ilmu keislaman kita harus kembali kepada kitab-kitab induk yang asli berbahasa Arab. Karena tidak ada ceritanya, bahwa ada orang yang berhasil paham dengan baik melalui hasil terjemahan. Tidak ada.

Tentu saja bukan maksud kami nggembosi usaha para ustadz yang sudah bersusah payah berusaha menerjemahkan kitab-kitab itu. Namun kenyataanlah yang berbicara.

Bahwa belum tentu hasil terjemahan kitab-kitab itu akurat. Belum tentu pas sesuai maknanya yang asli. Bahkan seringkali jauh dari makna yang seharusnya.

Namun keterampilan baca kitab itu tidak bisa kita peroleh secara instan. Harus dilakukan secara serius dan sabar. Harus telaten, sabar dan istiqamah. Tidak ada pilihan lain. Harus istiqamah.

Berikut ini beberapa catatan penting supaya kita semakin mahir dalam keterampilan baca kitab.

***

1. Baca Satu Paragraf Sampai Selesai

Hendaknya kita baca satu paragraf sampai selesai. Dari situlah kita bisa memiliki gambaran umum mengenai maksud penulis.

Setiap paragraf itu biasanya berisi satu pikiran pokok dan beberapa pikiran penjelas. Di mana pikiran pokok itu biasanya diletakkan di awal paragraf. Lalu kalimat yang berisi pikiran pokok itu dijelaskan oleh kalimat-kalimat berikutnya.

Oleh karena itu, hendaknya kita tidak memaksakan diri untuk memamahi kalimat pertama. Boleh jadi, atau bahkan seringkali. Kita baru akan memahami maksud dan makna kalimat pertama itu setelah kita membaca satu paragraf secara utuh. Alias sampai selesai.

Jadi, bacalah satu paragraf sampai selesai. Dan temukan kesimpulan kecil dari paragraf itu semampu kita.

***

2. Identifikasi Fi’il (Kata Kerja) dan Ism (kata benda)

Kemampuan paling dasar yang diperlukan dalam membaca kitab adalah menentukan mana fi’il dan mana ism. Bila belum mampu mengidenfikasi fi’il dan ism, maka kita perlu banyak bimbingan seorang guru atau ustadz. Kita perlu pengenalan berbagai macam bentuk fi’il dan ism. Inilah yang disebut sebagai Ilmu Sharaf.

Kemampuan untuk mengidentifikasi fi’il ini diperlukan jam terbang. Artinya kita harus banyak-banyak duduk bersama guru atau ustadz. Kita baca halaman demi halaman dengan sabar dan teliti. Dari situ nanti kita secara perlahan namun pasti, akan mengenali berbagai macam bentuk fi’il.

Demikian pula halnya dengan ism atau kata benda. Juga diperlukan ketekunan untuk idenfikasi bentuk-bentuk ism. Mana ism yang mufrad (tunggal) dan ism mana yang jamak.

Bila hal ini sudah kita capai, maka tahapan berikutnya akan terasa lebih ringan.

Baca pula:   Mahir Baca Kitab: Kegiatan Setiap Hari Silakan Bergabung

***

3. Temukan Fa’il (Pelaku atau Subyek)

Sebagaimana kita pahami, bentuk kalimat dalam bahasa Arab itu ada dua, yaitu jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah.

Nah, setiap menemukan fi’il (kata kerja), kita harus mampu menentukan mana fa’il-nya. Mana pelakunya. Bila tidak mampu menemukan fa’il-nya, maka bisa dipastikan kita akan menemukan kesulitan untuk memahami kalimat dengan benar.

Fa’il dalam kalimat bahasa Arab itu kadang berbentuk manusia. Namun kadang juga berbentuk abstrak. Hal yang sama kita temukan dalam bahasa Indonesia.

Untuk menemukan fa’il ini kita juga perlu bimbingan secara langsung dengan seorang guru atau ustadz. Nanti kita akan memperoleh penjelasan secara praktis. Bukan sekedar teori yang bisa kita dapatkan dalam kitab-kitab Nahwu.

***

4. Kembalinya Dhamir (Kata Ganti)

Dalam kalimat bahasa Arab itu kita sangat sering menemukan dhamir atau kata ganti. Seperti: huwa, hiya, hum, hu, hi, haa dan seterusnya.

Untuk memahami makna kalimat itu, kita harus mampu menemukan subyek atau obyek kembalinya dhamir itu. Kemampuan ini mutlak diperlukan.

Bila tidak mampu menemukan subyek atau obyek kembalinya dhamir itu, hampir bisa dipastikan kita tidak akan bisa memahami makna kalimat dengan baik. Kalaupun paham, itu pasti hasil tebakan saja. Tidak seratus persen paham.

***

5. Mubtada’ dan Khabar

Mubtada’ dan khabar ini kita temukan dalam jumlah ismiyah. Bila kita menemukan jumlah ismiyah, kita harus mampu menentukan mana bagian yang menjadi mubtada’ dan mana bagian yang menjadi khabar.

Secara teori, identifikasi mubtada’ dan khabar itu terasa mudah. Namun secara praktis, kita perlu banyak latihan. Dan latihan yang paling bagus itu adalah langsung masuk ke kitab. Bukan hanya menghafal definisi dan contoh.

Untuk keperluan ini, kita juga mesti memperoleh bimbingan dari seorang guru atau ustadz. Setelah agak bisa, barulah kita mencoba sendiri.

***

6. Mengartikan Kata Per Kata

Setelah bisa menentukan mana fi’il dan mana ism. Kita masuk kepada arti masing-masing fi’il dan ism.

Sebuah fi’il itu kadang memiliki arti lebih dari satu. Demikian pula halnya ism. Seringkali memiliki makna bermacam-macam.

Di sinilah lagi-lagi kita perlu bimbingan orang lain. Boleh jadi dia adalah teman kita sendiri, atau orang lain yang secara khusus telah menyediakan waktu untuk kita belajar.

Untuk memahami makna kata per kata ini kita bisa meminta bantuan kepada kamus. Yaitu kamus bahasa Arab-Indonesia.

Kamus bahasa Arab-Indonesia untuk keperluan baca kitab ini minimal adalah Kamus al-Munawwir. Yang disusun oleh Bapak Ahmad Warson Munawwir.

Namun adakalanya kamus tidak bisa membantu. Malah bikin kita bingung. Karena tidak bisa menentukan makna yang paling cocok untuk sebuah kalimat. Pada saat seperti itulah kita perlu bantuan orang lain. Seorang yang sudah biasa baca kitab dengan baik.

Baca juga:  Download Kitab Gratis Sepuasnya di Waqfeya.Com

***

7. Merangkai Makna

Setelah kita memahami arti kata per kata, tibalah kita pada pemakmanaan kalimat. Karena belum tentu, bila kita sudah paham arti kata per kata, berarti kita pasti paham makna kalimatnya. Belum tentu.

Untuk memahami makna kalimat dengan baik, kita harus mampu menyusun rangkaian makna kata per kata itu dengan memahami kedudukan masing-masing kata dalam kalimat tersebut.

Secara teori hal ini sepertinya mudah untuk dilaksanakan. Namun praktiknya tidak semudah teori. Alias diperlukan kejelian dan kecermatan.

Kata kunci pada kesuksesan langkah ini, lagi-lagi adalah banyak praktik.

***

8. Terjemahkan Paragraf Secara Tertulis

Nah, inilah puncak dari keterampilan dalam membaca kitab. Di mana dahulu seorang guru kami pernah menyampaikan. Bahwa kita baru benar-benar paham sebuah teks Arab, apabila kita mampu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Sambil menyelam minum air. Ini pula yang saya lakukan dahulu ketika belajar membaca teks-teks Arab secara lebih serius. Cari ilmu sekaligus berusaha dapat penghasilan.

Alhamdulillah sampai sekarang masih banyak penerbit yang bersedia menerima naskah-naskah hasil terjemahan.

Dahulu saya mengira bahwa kitab-kitab besar itu kalau diterjemahkan tidak akan ada penerbit yang mau menerimanya. Namun ternyata tidak demikian. Justru sekarang banyak sekali kitab-kitab yang demikian tebal diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan.

***

Penutup

Inilah beberapa catatan mengenai tips membaca kitab Arab gundul. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Allahu a’lam.

______________________

Catatan Tambahan:

Untuk download kitab-kitab Arab dalam bidang ilmu-ilmu keislaman, kita bisa merujuk pada website berikut:

https://waqfeya.net

Tags:

0 thoughts on “Tips Mahir Baca Kitab Arab Gundul: Beberapa Catatan Praktis

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.