SHOPPING CART

close

Hati-hati Konon Bau Terasi Bisa Membunuh Manusia

Di antara hobi saya adalah bikin nasi goreng. Bahannya biasa saja. Bawang merah, bawang putih, cabe besar, cabe pedas, bumbu instan nasi goreng dan garam. Yang spesial hanya satu, yaitu: terasi.

Istri dan anak saya yang sulung sangat suka dengan hasil karya saya yang satu ini. Terutama yang sangat pedas.

Kadang bawang merah, bawang putih dan cabe saya rajang agak kasar. Meniru cara masak para chef yang kadang suka aneh-aneh itu, hehe…

Terasi Istimewa

Istri saya langganan terasi terbaik di dunia. Yaitu terasi Tuban. Tanah kelahirannya.

Dia punya beberapa teman yang tinggal di pesisir Tuban sebelah barat. Sekitar Kecamatan Jenu. Maklum alumnus sebuah pesantren di situ.

Usaha terasi di sana hanya industri rumahan. Dibuat dengan peralatan yang sangat sederhana. Sebagai usaha sampingan sebagian warga. Bukan industri besar seperti di pesisir Tuban sebelah timur. Kecamatan Palang.

Bahan terasi di situ benar-benar udang yang bagus. Hanya dikonsumsi oleh tetangga sekitar saja. Atau sebagai oleh-oleh bila berkunjung ke teman-teman luar kota.

Dan benar, keluarga besar saya sangat suka kalau dikasih oleh-oleh berupa terasi tersebut. Sehingga setiap pulang ke Tuban, istri selalu janjian untuk beli terasi. Dan tidak jarang kawan yang dipeseni itu tidak mau dikasih uang. Sebagai oleh-oleh saja, katanya. Padahal jumlahnya sampai sekian kilogram. Alhamdulillah…

Silakan baca juga:  Pengalaman Baru Saya Belanja Buku di Khartoum

Bawa Terasi ke Sudan

Karena kegemaran saya bikin nasi goreng itu. Di antara bekal saya berangkat ke Sudan adalah terasi dari Tuban.

Beberapa hari sebelum berangkat. Saya sudah mempersiapkan sepotong terasi. Padatan terasi berbentuk persegi itu saya hancurkan sampai lembut dengan pisau besar yang tajam. Lalu saya siapkan minyak goreng secukupnya. Terasi pun saya goreng dengan api kecil saja.

Setelah selesai digoreng. Terasi saya biarkan dingin. Lalu saya masukkkan dalam kantong plastik yang bening. Saya tali dengan rapat. Saya dobeli. Anehnya bau terasi masih menyengat. Maka saya ambil lakban besar yang warna kuning itu. Saya bungkus dengan lakban dua kali. Saya bau. Luar biasa. Masih ada baunya. Saya menyerah.

Terasi itu pun ikut terbang bersama saya. Mula-mula dari bandara Juanda Surabaya. Terus ke Jakarta. Terus ke Kuala Lumpur. Lalu transit sebentar di Singapura. Terus ke Adis Ababa, Ethiopia. Dan tibalah di Khartoum, Sudan.

Peringatan

Alhamdulillah beberapa teman sudah menunggu kedatangan saya. Jadi kami pun langsung menuju rumah kontrakan dengan mobil carteran.

Rumah kontrakan kami ada di lantai dua. Kawasan bagus. Bukan imarah (apartemen). Tapi villa. Daerah Makmuroh, di jalan utama. Terasa benar. Ini villa milik orang cukup kaya.

Dapur rumah kontrakan kami adalah ruangan yang terbuka. Angin berkelebat kesana kemari.

Saya pun segera menata aneka makanan khas Indonesia di almari dapur. Mulai berbagai varian mie instan, bumbu-bumbu, minuman sachet, dan yang paling utama: Yang Mulia Terasi.

Saya sudah siapkan tupperware kecil, khusus wadah terasi.

Tapi Pak Agus, sesama kandidat doktor Omdurman Islamic University. Belum-belum sudah kasih peringatan:

“Maaf, Pak Ahda. Di sini tidak boleh bikin sambal terasi.”

“Lho, kenapa Pak?” tanya saya heran.

“Pernah saya masak pakai terasi. Terus ibu-ibu tetangga kita datang dan menggedor pintu rumah. Dia marah besar. Dia bilang: Kamu mau membunuhku dan anak-anakku, ya? Bau apa ini? Kamu masak apa? Tolong jangan diteruskan. Nah, begitulah ceritanya,” kata Pak Agus menjelaskan.

Waduh.

Tags:

0 thoughts on “Hati-hati Konon Bau Terasi Bisa Membunuh Manusia

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.