SHOPPING CART

close

Tanya-Jawab: Pendidikan Anak Sebelum Akil Baligh dalam Islam

Berikut ini beberapa tanya-jawab mengenai pendidikan anak, khususnya untuk masa sebelum akil baligh dalam Islam.

1. Akil Baligh itu dalam Islam seperti apa, Pak? Tanda-tandanya seperti apa?

Akil itu artinya berakal. Akil, itu sebenarnya pakai huruq qaf (q). Aqil. Kalau akil, pakai kaf (k), itu artinya orang yang sedang makan.

Baligh artinya sebuah masa di mana seorang anak sudah waktunya punya tanggung jawab  secara agama. Misalnya dia wajib shalat lima waktu, wajib puasa Ramadhan, ataupun wajib bersifat jujur. Kalau tidak shalat, maka dia berdosa. Kalau tidak puasa Ramadhan, maka dia berdosa. Bila berbohong, maka dia pun mulai menanggung dosanya sendiri.

Hal ini berbeda bagi anak yang belum baligh. Kalau dia tidak shalat, maka dia tidak berdosa. Kalau tidak puasa Ramadhan, juga belum berdosa. Bila dia berbohong pun juga belum berdosa. Karena belum baligh.

Nah, adapun tanda anak sudah baligh. Bagi anak laki-laki, dia sudah mengalami mimpi basah. Bagi anak perempuan, dia sudah mengalami menstruasi atau haid.

Baca Juga: 

Jurus Jitu Menumbuhkan Kasih Sayang Anak pada Orangtua

**

2. Berapa usia yang tepat mengajari mereka, Pak?

Orangtua mengajarkan kebaikan kepada anak sejak anak kecil, bahkan sebelum anak lahir. Bahkan sebenarnya pendidikan kepada anak itu sudah dimulai sejak kedua orangtua memutuskan menikah. Di mana seorang ayah memilihkan ibu yang terbaik bagi anaknya. Dan seorang ibu memilihkan ayah yang terbaik bagi anaknya. Jadi pendidikan kepada anak itu sebenarnya sudah bisa dimulai jauh hari sebelum anak itu lahir.

Setelah anak bisa shalat, orangtua wajib memantau ibadahnya sehari-hari. Demikian puasa Ramadhan. Dia juga diajari untuk puasa Ramadhan. Namun sifatnya pendidikan. Misalnya dengan puasa setengah hari. Demikian dan seterusnya. Sesuai dengan kemampuan anak. Yang kadang berbeda antara satu anak dengan anak yang lain.

Baca Juga: 

Apa Yang Harus Dilakukan Bila Anak Malas Menghafal Al-Quran

**

3. Apa saja yang harus diajarkan?

Dimulai dengan mengajarkan shalat. Yaitu dengan memberikan contoh dan teladan sehari-hari. Bila orangtua rajin shalat, maka hampir bisa dipastikan, anak pun akan ikut rajin. Demikian pula sebaliknya.

Orangtua juga wajib mengajarkan sopan-santun ketika anak berhadapan dengan orang yang lebih tua. Akhlak kepada bapak-ibu guru di sekolah. Akhlak kepada teman-temannya. Baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Bila anak pulang sekolah. Lalu dia mengadukan perlakuan negatif bapak-ibu gurunya selama di sekolah. Maka orangtua perlu memberikan pemahaman yang positif kepada anak. Demikian pula bila anak memiliki permasalahan dengan teman-temannya. Hendaknya orangtua memberikan solusi dan pemahaman yang sesuai dengan jalan pikiran anak.

Selain itu. Hendaknya orangtua juga memberikan contoh dan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu sifat jujur, pantang menyerah, senang belajar hal-hal yang baru, semangat dalam meraih cita-cita, dan seterusnya.

Baca Juga: 

Inilah Tips Supaya Anak Kita Rajin Shalat

**

4. Adakah kesulitan mengajarkan anak karena teknologi zaman sekarang (media sosial, game), Pak?

Sudah pasti. Kalau tidak hati-hati, orangtua justru menjadi contoh yang kurang baik dalam hal ini. Anak-anak itu kan suka sekali mencontoh perilaku orangtuanya. Dengan sangat cepat dan alami. Sudah jadi naluri yang sangat kuat, anak adalah peniru yang sangat hebat dari orangtuanya. Sehingga ada ungkapan: Al-waladu sirru abihi. Anak itu fotocopy dari orangtuanya.

Maka di sini yang penting adalah contoh dari kita sendiri sebagai orangtua. Setelah itu kita perlu memantai kegiatan anak. Memantau, mengawasi dan mengarahkan. Bukan mendikte. Karena anak itu bukan robot. Tetap kita berikan ruang yang masuk akal.

Melarang anak bermain gadget sama sekali tentu bukan sikap yang bijaksana. Memang ini sulit. Namun kita tidak punya pilihan lain. Karena saya sendiri tidak ingin anak menjadi pribadi yang aneh di tengah teman-temannya. Gara-gara dia tidak bisa mengimbangi obrolan di antara mereka. Itu sekedar ilustrasi saja.

Baca Juga: 

Jurus Jitu Agar Anak Mudah Menghafal al-Qur’an

**

5. Apa saja yang diperlukan dan dipersiapkan orangtua dalam mengajari anak-anaknya?

Pertama, ilmu. Kita perlu belajar cara mendidik anak yang baik dan benar. Dalam hal ini kita bisa belajar dari pengalaman diri kita sendiri ketika masih kecil. Sambil kita sharing dengan teman-teman sebaya. Cerita-cerita dengan teman tentang perilaku anak masing-masing, adalah kegiatan yang sering saya lakukan dengan teman-teman. Baik teman kantor maupun tetangga di perumahan. Selain itu, saya sendiri kadang browsing via internet.

Kedua, doa. Kita mohon kepada Allah. Bagaimanapun kita percaya. Allah sudah punya rencana sendiri. Anak itu nantinya mau dijadikan apa. Maka kita perlu menjaga hubungan baik dengan Allah.

Ketiga, sabar. Anak adalah harapan kita, khususnya setelah kita tiada. Dia yang akan melanjutkan keberadaan kita. Sebagai kepanjangan tangan yang diharapkan menambah pundi-pundi amal kebajikan kedua orangtua. Iya kan? Maka di sini kita harus bisa bersabar ketika anak kadang-kadang menunjukkan sikap kurang baik atau kurang sopan kepada kita sebagai orangtuanya.

Baca Juga: 

Inilah Tips Mengenalkan Shalat pada Anak Kita

**

6. Selain orangtua, siapa lagi yang sangat berperan dalam mengajari anak sebelum akil baligh, Pak?

Lingkungan. Baik di sekolah maupun di rumah. Seperti bahasa. Itu kan sangat dipengaruhi oleh teman-temannya. Dari segi bahasa saja itu kita sudah bisa menilai pendidikan dan pengajaran yang diperoleh seorang anak. Yang dipengaruhi oleh pergaulannya sehari-hari.

Oleh karena itu, kita juga perlu waspada. Dengan siapa saja anak kita akrab dan berkawan karib. Bila kita tahu dia sedang berkawan dengan anak yang kurang baik, kita perlu memberikan pengarahan. Supaya dia jangan terlalu dengan dekat dengannya. Tapi dengan cara yang baik. Supaya anak tidak salah paham, dan bersikap negatif dengan temannya tersebut.

Baca Juga: 

Inilah Mengapa Anak Belum Baligh Tetap Wajib Disuruh Puasa

**

7. Tips untuk orangtua mengajarkan anaknya, Pak?

Pertama, orangtua perlu prihatin untuk kebahagiaan anaknya. Di mana orangtua sendiri belajar untuk menahan diri dari berbagai kesenangan hidup, khususnya yang bersifat materi. Ini yang mungkin sekarang jarang dilakukan oleh manusia zaman sekarang. Tapi insya Allah ini penting. Perilaku orangtua pasti akan berpengaruh kepada sikap hidup anak.

Kedua, orangtua rajin mendoakan anaknya, serta selalu husnuzhan kepada Allah. Sebagai orangtua kita berbaik sangka. Bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik untuk anak. Hal ini tercermin dari kata-kata positif orangtua kepada anaknya. Jangan sampai sekalipun orangtua berkata-kata negatif ketika menyikapi perilaku anak, meskipun kadang membuat orangtua sakit hati.

Baca Juga: 

Buku: Jurus Jitu Mendidik Anak Saleh dan Salehah

mendidik-anak

Tags:

0 thoughts on “Tanya-Jawab: Pendidikan Anak Sebelum Akil Baligh dalam Islam

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.