SHOPPING CART

close

Hukum Sujud di Atas Tanah Secara Langsung: Wajibkah?

Pertanyaan:

Apa hukum shalat di atas tikar, karpet atau sajadah?

Apakah shalat itu harus dilaksanakan di atas tanah secara langsung, sehingga tidak boleh di atas lantai keramik atau marmer?

Jawaban:

Kita boleh melaksanakan shalat di atas tikar, karpet ataupun sajadah.

Shalat tidak harus dilaksanakan di atas tanah secara langsung. Jadi kita boleh shalat dan sujud di atas keramik ataupun marmer, dan sejenisnya.

Selanjutnya berikut ini kami jelaskan dalil-dalil yang berkaitan dengan masalah ini, beserta pendapat para ulama.

Baca Juga:

Talfiq: Pengertian, Contoh, Macam dan Hukumnya

***

A. Hadits-hadits tentang Tempat Sujud Rasulullah Saw.

Marilah kita perhatikan beberapa hadits berikut ini:

1. Hadits Anas bin Malik

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ جَدَّتَهُ مُلَيْكَةَ دَعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِطَعَامٍ صَنَعَتْهُ لَهُ فَأَكَلَ مِنْهُ ثُمَّ قَالَ قُومُوا فَلِأُصَلِّ لَكُمْ قَالَ أَنَسٌ فَقُمْتُ إِلَى حَصِيرٍ لَنَا قَدْ اسْوَدَّ مِنْ طُولِ مَا لُبِسَ فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَفَفْتُ وَالْيَتِيمَ وَرَاءَهُ وَالْعَجُوزُ مِنْ وَرَائِنَا فَصَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ انْصَرَفَ

Dari Anas bin Malik bahwa neneknya, Mulaikah, mengundang Rasulullah Saw. untuk menghadiri hidangan yang ia masak untuk beliau. Beliau kemudian menyantap makanan tersebut, kemudian bersabda, “Berdirilah, aku akan pimpin kalian shalat.”

Anas berkata, “Maka aku berdiri di tikar milik kami yang sudah lusuh dan hitam akibat sering digunakan. Aku lalu memercikinya dengan air, kemudian Rasulullah Saw. berdiri di atasnya. Aku dan seorang anak yatim lalu membuat barisan di belakang beliau, sementara orang tua (nenek) berdiri di belakang kami. Rasulullah Saw. lalu shalat memimpim kami sebanyak dua rakaat lalu pergi.”

(HR. Imam Bukhari)

Keterangan:

Dalam hadits di atas disebutkan, bahwa Rasulullah Saw. shalat dan sujud di atas tikar. Dengan demikian, shalat di atas tanah bukan termasuk syarat sahnya shalat. Dengan kata lain, kita boleh shalat dengan alas. Seperti: tikar ataupun sajadah.

**

2. Hadits Maimunah

عَنْ مَيْمُونَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَأَنَا حِذَاءَهُ وَأَنَا حَائِضٌ وَرُبَّمَا أَصَابَنِي ثَوْبُهُ إِذَا سَجَدَ قَالَتْ وَكَانَ يُصَلِّي عَلَى الْخُمْرَةِ

Dari Maimunah ia berkata, “Pernah Rasulullah Saw. shalat sementara aku berada di sampingnya, dan saat itu aku sedang haid. Dan setiap kali beliau sujud, pakaian beliau mengenai aku. Dan beliau shalat di atas tikar kecil.”

(HR. Imam Bukhari)

Imam al-Khatthabi memberikan penjelasan makna khumrah sebagai berikut:

الخُمرة : سجادة تعمل من سعف النخل وترمل بالخيوط ، وسميت خمرة لأنها تخمِّر وجه الأرض

“Khumrah yaitu tikar untuk sujud yang dibuat dari daun kurma dan dianyam dengan benang. Disebut khumrah (penutup), karena tikar ini menutupi wajah bumi.”

Keterangan:

Rasulullah Saw. sujud di atas tikar. Maka boleh pula kita sujud dengan sajadah/karpet di atas tanah ataupun lantai.

**

3. Hadits Abu Sa’id al-Khudri

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَرَأَيْتُهُ يُصَلِّي عَلَى حَصِيرٍ يَسْجُدُ عَلَيْهِ

Dari Abu Sa’id al-Khudri bahwasanya dia mengunjungi Nabi Saw. Dia berkata, “Lalu aku melihat beliau shalat di atas tikar yang beliau pergunakan untuk sujud.”

(HR. Imam Muslim)

**

4. Hadits Amr bin Dinar

عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ قَالَ صَلَّى ابْنُ عَبَّاسٍ وَهُوَ بِالْبَصْرَةِ عَلَى بِسَاطِهِ ثُمَّ حَدَّثَ أَصْحَابَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي عَلَى بِسَاطِهِ

Dari Amr bin Dinar ia berkata, “Ketika di Bashrah, Ibnu Abbas shalat di atas karpet. Kemudian dia menceritakan kepada para sahabatnya bahwa Rasulullah Saw. juga shalat di atas karpet.”

(HR. Imam Ibnu Majah)

Dan hadits tersebut dishahihkan oleh Syeikh al-Albani dalam Kitab Shahih Ibnu Majah.

**

5. Hadits ‘Aisyah

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَايَ فِي قِبْلَتِهِ فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا قَالَتْ وَالْبُيُوتُ يَوْمَئِذٍ لَيْسَ فِيهَا مَصَابِيحُ

Dari ‘Aisyah isteri Nabi Saw., ia berkata, “Aku pernah tidur di depan Rasulullah Saw. sementara kedua kakiku di arah Qiblat (shalatnya). Jika sujud beliau menyentuh kakiku, maka aku tarik kedua kakiku. Dan jika berdiri aku kembali meluruskan kakiku.” ‘Aisyah berkata, “Pada saat itu di rumah-rumah belum ada lampu penerang.”

(HR. Imam Bukhari)

Imam Bukhari memasukkan hadits di atas dalam sebuah bab dengan judul: Shalat di Atas Tikar.

Baca Juga:

Hukum Shalat Pakai Masker Apakah Tetap Sah?

***

B. Pendapat Para Ulama Mengenai Hukum Sujud di Atas Tanah

Secara umum tidak ada satu pun ulama yang menyatakan bahwa shalat itu wajib di atas tanah secara langsung. Paling banter hanya ada sebagian ulama yang berpendapat, bahwa shalat di atas tikar dan sejenisnya itu adalah makruh. Artinya, kalau bisa dihindari.

Berikut ini kami kutipkan komentar dari para ulama mengenai masalah ini:

1. Imam Ibnu Rajab

دلت هذه الأحاديث على جواز الصَّلاة على الحصير ، وأكثر أهل العلم على جواز الصلاة على الحصير والسجود عليه

“Hadits-hadits mengenai shalatnya Rasulullah Saw. di atas tikar itu menunjukkan bahwa shalat di atas tikar adalah boleh. Dan sebagian besar para ulama pun berpendapat bahwa shalat dan sujud di atas tikar itu adalah boleh (tidak dilarang).”

(Fathul Bari, juz 3 hal. 18)

**

2. Imam Sarakhsi al-Hanafi

إذا صلى على طنفسة (بساط من صوف) محشوة جازت صلاته إذا كان متلبدا أي : إذا كان الصوف فيها مجتمعا بحيث الساجد عليه، وقد روي عن بعض الصحابة قال : ما أبالي صليت على عشر طنافس أو أكثر

“Bila seseorang shalat di atas tikar, maka shalatnya adalah sah. Yaitu dia sujud secara langsung di atas tikar tersebut. Sebagaimana diriwayatkan ada shahabat yang berkata: Aku tidak masalah shalat di atas sepuluh lapis tikar ataupun lebih.”

(al-Mabsuth, juz 1 hal. 205)

**

3. Imam al-Bahuti al-Hambali

لا تجب مباشرة المصلَّى بشيء منها [ يعني أعضاء السجود ] ، فتصح ولو سجد مع حائل بين الأعضاء ومصلاه ، قال البخاري في ” صحيحه ” : قال الحسن : كان القوم يسجدون على العمامة والقلنسوة

“Tidak diwajibkan orang yang shalat itu tubuhnya menyentuh tempat sujudnya secara langsung. Shalatnya tetap sah, meskipun ada penghalang antara tubuh anggota sujudnya terhalang dari tempat sujudnya. Imam Bukhari pun berkata dalam kitab Shahih Bukhari: berkata Imam Hasan, ‘Adalah kaum muslimin biasa sujud di atas sorban dan peci.'”

(ar-Raudhul-Murabba’, juz 1 hal. 71)

**

4. Imam ad-Dasuqi al-Maliki

لو كان البساط معدا لفراش المسجد فلا كراهة في السجود عليه

“Apabila karpet sudah disiapkan menjadi lantai masjid, maka tidak makruh sujud di atas karpet tersebut.”

(Hasyiyatud-Dasuqi ‘ala as-Syarhil-Kabir, juz 1 hal 252)

**

5. Syeikh Bin Baz

الصواب في هذا أنه لا حرج في ذلك ، وأنه لا بأس بالصلاة على فرش من القطن والصوف والوبر ، هكذا إن كان من سعف النخل وغير ذلك ، كل هذا لا حرج فيه عند أهل العلم ، والنبي صلى الله عليه وسلم صلى على الخُمْرة – وهي من سعف النخل – وقد صلى الصحابة على الأنماط من القطن وغيرها ، وليس في هذا محظور بحمد الله عند أهل العلم ، عند علماء السنة ، كل ذلك جائز والحمد لله ، يصلي الإنسان على القطن والصوف وعلى ما نبت من الأرض من سائر الشجر ، من سعف النخل وغيره ، كله بحمد الله جائز ، والأمر واسع

“Pendapat yang benar dalam masalah ini, bahwa tidak masalah shalat dilaksanakan di atas karpet yang berbahan kapas, benang, maupun bulu binatang. Demikian juga daun kurma dan semisalnya. Menurut para ulama hal ini tidak masalah. Nabi Muhamma Saw. pun shalat di atas Khumrah, yaitu daun kurma. Para shahabat juga shalat di atas tikar yang terbuat dari kapas dan semisalnya. Para ulama tidak mempermasalahkan hal ini. Yaitu para ulama Ahlus Sunnah. Semua itu boleh saja, alhamdulillah. Orang-orang biasa shalat di atas tikar yang terbuat dari kapas, benang, dan semua tumbuhan yang tumbuh dari tanah dengan berbagai macam tumbuhan seperti daun kurma dan semisalnya. Semuanya boleh, alhamdulillah. Ada pilihan dalam masalah ini.”

(Majmu’ Fatawa Bin Baz, juz 7 hal. 313)

Baca Juga:

Sunnah dan Mandub: Pengertian, Contoh & Penjelasan Tambahan

***

Penutup

Inilah beberapa hadits beserta penjelasannya mengenai tempat sujud Rasulullah Saw. Dan pendapat para ulama mengenai hukum sujud di atas alas ketika sujud dalam shalat. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Bila ada yang ingin memberikan tanggapan, koreksi atau pertanyaan. Kami persilakan untuk disampaikan pada kolom komentar.

Allah a’lam bis-shawab.

_______________

Bacaan Utama:

– Artikel

Yara annas-Sujud ‘alal-Ardhi Afdhal minas-Sujud ‘alas-Sajad.

hukum-sujud-di-atas-tanah

 

Tags:

0 thoughts on “Hukum Sujud di Atas Tanah Secara Langsung: Wajibkah?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.