Makna Ilmiah, Ijtihad dan Sikap dalam Beda Pendapat
Pertama: Ilmiah
Bagaimana cara melihat sesuatu itu ilmiah?
Ilmiah itu artinya sesuai dgn kaidah-kaidah ilmu. Tidak ngawur. Tidak asal njeplak…
Ilmu itu bermacam-macam. Bercabang-cabang. Kadang saling berkaitan, beririsan, atau bisa juga bertentangan.
Untuk itu, tidak mudah menilai sebuah buku tentang hukum Islam misalnya, apakah ilmiah atau tidak… Kalau kita tidak paham hukum Islam dengan baik…
Oleh karena itu, untuk menilai apakah buku-buku tentang waktu shalat itu ilmiah atau tidak, kita harus pinter dulu tentang dasar-dasar ilmu hukum Islam.
Memang pekerjaan menilai itu kelihatan mudah bagi orang awam. Karena dia hanya bisa menduga saja, atau kadang malah ngawur… Dan tidak ada pertanggungjawabannya. Seperti banyak dilakukan banyak orang pada umumnya…
Tapi sebenarnya pekerjaan menilai itu tidak mudah bagi orang yg berilmu. Karena baginya, aktivitas menilai itu merupakan pekerjaan serius yg harus dipertanggungjawabkan.
Baca juga:
Kaidah Fiqih 28: Ijtihad Tidak Gugur Oleh Ijtihad Yang Lain
Kedua: Ijtihad
Apanya yg mesti dilihat sehingga ada label ilmiah pada ijtihad seseorang?
a. Sumber datanya
Sumber data itu ada tingkatannya.
Misalnya sumber teks hadits.
Tingkat pertama sumber teks hadits yg paling valid adalah kitab induk hadits. Seperti: Shahih Bukhari, Shahih, Muslim, Sunan Abu Dawud, dst.
Tingkat kedua, kitab himpunan hadits pilihan. Seperti Bulughul Maram, Muntaqal Akhbar (matan Nailul Authar), Riyadhus Shalihin, dst…
Kalau kutipan hadits dari website ataupun aplikasi seperti Maktabah Syamilah, itu seharusnya dicek ulang ke kitab induknya.
b. Cara menganalisis data
Ini berkaitan dgn teori-teori ilmu yg berkaitan sesuai dgn tujuan penelitian.
Misalnya Antum ingin membuktikan validitas sebuah hadits, berarti antum butuh metodologi takhrij hadits.
Kalau antum ingin membuktikan kebenaran suatu matan hadits yg berkaitan dgn imunitas tubuh, berarti antum butuh imunologi.
c. Kesesuaian antara data dan pisau analisis yg digunakan
Ibaratnya kalau antum perlu memotong daging, berarti butuh pisau yg tajam. Kalau mau motong tulang yg besar, mungkin antum perlu kapak. Kalau terbalik jadi kacau…
d. Cara penyajian hasil penelitian
Bahasanya mudah dipahami. Tidak ada salah ketik. Informatif, tidak menggurui… Dst…
Jadi secara singkat…
Bikin buku ilmiah itu seperti orang masak. Silakan dipahami sendiri mana tahapan beli bahan-bahannya. Proses memasak yg benar. Hasilnya terasa nikmat atau tidak. Sampai ke penyajiannya. Sopan apa tidak? Dst…
Ketiga: Sikap dalam Beda Pendapat
Bagaimana cara menyikapi ijtihad yg berbeda, yang sama-sama ilmiah namun beda ijtihad?
Harus berlapang dada. Tidak boleh merasa paling benar.
Harus husnuzhan pada orang lain.
Dan terus belajar tiada henti…
Sikap memuji secara berlebihan, apalagi sampai memuja dan mengagungkan…
Itu contoh sikap yg tidak ilmiah…
Allahu a’lam…
Memastikan Pendapat Mana Yang Benar dan Yang Salah
[…] Makna Ilmiah, Ijtihad Dan Sikap dalam Beda Pendapat […]
Takhrijul Manath, Tanqihul Manath, Tahqiqul Manath
[…] Baca pula: Makna Ilmiah, Ijtihad dan Sikap dalam Beda Pendapat […]