SHOPPING CART

close

Menerapkan Surat al-Ikhlas dalam Kehidupan Rumah Tangga

Manusia itu tempat salah dan lupa. Sebab dia sengaja diciptakan dengan banyak keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, bila kita berharap pada manusia, dijamin pasti kecewa dan patah hati.

Lebih-lebih dalam kehidupan rumah tangga.

Suami atau istri adalah pribadi yang paling dekat dengan kita, dibandingkan dengan siapapun, bahkan termasuk orangtua kita sendiri. Karena setelah menikah, kita habiskan waktu-waktu terbaik bersamanya. Tidur pun tidak bisa nyenyak tanpa keberadaannya di sisi kita.

Namun demikian, hendaknya kita tidak terlalu berharap padanya. Jangan sampai kebahagiaan hidup, kita gantungkan pada senyum manis dan wajah cerianya. Sebab seorang istri maupun suami, adalah sama dengan kita, manusia biasa. Banyak khilaf dan mudah berbuat dosa.

Surat al-Ikhas

Sejak kecil kita telah menghafal sebuah surat pendek bernama al-Ikhlas. Sebuah surat yang demikian ringkas, tapi sungguh dahsyat. Karena surat itu secara khusus membicarakan Dzat Yang Maha Dahsyat, Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Perhatikan, buktikan, saksikan, akui, dan nyatakan: Dia-lah Allah Yang Maha Esa.

Allah, yang kepada-Nya setiap makhluk menggantungkan seluruh harapan, kerja keras, usaha maksimal, dan niat yang tulus.

Allah, yang tidak beranak, karena memang tidak perlu punya anak. Tidak pula memiliki ayah dan ibu, karena memang tidak memerlukan bimbingan dari siapapun.

Tidak ada yang bisa menyamainya, baik dalam hal kasih-sayang, cinta-kasih, perhatian, pembalasan, dan seterusnya.

Maka sungguh merugi, bila kita menggantungkan harapan pada sesama, meskipun dia adalah orang yang paling dekat kepada kita, yaitu istri atau suami.

Untuk membuktikan hal ini tidak perlu pengalaman nyata. Karena kadang pengalaman nyata itu tidak jarang amat menyakitkan. Namun bila terjadi, maka akan menjadi pelajaran yang amat berharga.

Baca juga:  Siap Menikahi Seluruh Anggota Keluarganya

Pahit lebih sehat daripada yang manis

Pengalaman yang pahit juga merupakan ungkapan kasih dan sayang Allah kepada manusia. Karena kita manusia biasanya tidak suka yang pahit-pahit. Padahal seringkali yang pahit-pahit itu merupakan obat bagi penyakit kita. Sadar maupun tidak.

Sementara kita begitu senang kepada yang manis-manis. Padahal seringkali yang manis-manis itu justru tidak baik buat kesehatan kita. Seringkali yang manis-manis itu justru mendatangkan penyakit yang susah diobati.

Alangkah ringannya beban hidup ini, bila kita mampu berbuat baik kepada sesama tanpa mengharapkan imbalan darinya. Sama sekali. Karena kita berharap imbalan dari-Nya saja. Bukan yang lain.

Memang tidak ringan, sungguh tidak ringan. Tapi sayangnya kita tidak punya pilihan lain. Kita tidak punya jalan lain.

Bahwa bahagia itu hanya bisa kita peroleh dengan ikhlas, berbuat yang terbaik, dengan mengharap imbalan dari-Nya semata.

Demikianlah khutbah singkat ini. Bila di antara pembaca ada yang mampu merasakan sedikit kegetiran dalam tulisan ini, hal itu adalah semata-mata kita pernah sama-sama merasakan kekecewaan yang semisal. Hehe…

Bagi para pembaca yang ingin memberikan tambahan atau tanggapan, kami persilakan disampaikan pada kolom komentar.

Terimas kasih.

_________

Bacaan: 

Kaifa takun mu’alamat az-zauj ma’a lizaujatih. Syeikh Khalid Mhaisen, mawdoo3.com

Tags:

One thought on “Menerapkan Surat al-Ikhlas dalam Kehidupan Rumah Tangga

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.