SHOPPING CART

close

Sudah Taubat dari Judi Tapi Sekarang Istri Mengusir Saya

Pertanyaan:

Saya dulu terjerumus ke dalam perjudian, sehingga hutang menumpuk dan tidak bisa memberi nafkah kepada istri.

Setelah saya berhenti dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, sifat istri menjadi sangat keras. Dia tidak mau menerima apa yang saya larang, meskipun tujuannya baik. Contohnya, dia suka memakai pakaian terbuka dan keluar malam dengan teman lawan jenisnya. Saya sudah melarangnya. Tapi dia selalu menentang. Dengan alasan, dengan itu dia merasa bahagia, daripada memikirkan saya yang sudah menyengsarakannya.

Dan sekarang istri mengusir saya dari rumahnya.

Saya ingin bertanya untuk permasalahan ini, saya harus bagaimana kepada istri saya.

Baca Juga:

Cinta Sejati Hanya Bisa Dibuktikan dengan Pernikahan

***

Jawaban:

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, mohon izin saya sampaikan beberapa hal berikut ini:

1. Turut berbelasungkawa

Setulusnya saya turut berbelasungkawa atas musibah yang sedang Anda alami. Perbuatan maksiat yang kita lakukan merupakan musibah terbesar, melebihi musibah duniawi. Karena maksiat akan mengundang penderitaan lahir dan batin. Penderitaan dunia dan akhirat. Jadi berlipat-lipat. Bahkan meskipun kita sudah taubat.

2. Maksiat yang merugikan diri sendiri

Ada maksiat yang dampaknya hanya untuk diri sendiri. Misalnya: tidak mau melaksanakan shalat dan puasa. Maksiat seperti ini urusannya hanya antara kita dengan Allah. Untuk bertaubat, kita cukup berurusan dengan Allah. Kita mohon ampun secara sungguh-sungguh, menyesalinya, segera melaksanakan kewajiban shalat dan puasa, tidak menyepelekan kewajiban shalat dan puasa, dan mengganti kesalahan yang lalu dengan amal saleh.

3. Maksiat yang juga merugikan orang lain

Ada maksiat yang dampaknya bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga menimpa orang lain. Misalnya: membunuh orang, mencuri, berjudi. Maksiat seperti ini lebih besar dosanya. Apalagi kalau kita sudah berkeluarga. Pasti makin banyak pihak yang dirugikan, yaitu istri, anak-anak dan keluarga besar, bahkan juga masyarakat sekitar. Untuk bertaubat, kita harus melibatkan para korban atas perbuatan yang telah kita lakukan. Kita harus bersungguh-sungguh minta maaf, dan memberikan ganti rugi kepada mereka. Sampai mereka ridha.

4. Balas dendam

Boleh jadi istri merasa sakit hati yang sangat parah atas perbuatan yang Anda lakukan di masa yang lalu. Seorang suami yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga, justru menjadi sumber masalah dan bencana. Boleh jadi selama menghadapi masalah-masalahnya, istri sudah menemukan solusi, meskipun bersifat instan, semu dan palsu. Dengan caranya sendiri, yang tidak diketahui oleh suami.

5. Kewajiban suami

Seorang suami wajib memberikan nafkah kepada keluarga. Baik berupa tempat tinggal, makan-minum, maupun kebutuhan pokok yang lainnya. Bila suami tidak mampu memberikan hak keluarga, maka istri memang berhak untuk menuntut cerai dan berpisah dari suaminya. Itu hak dia yang dijamin oleh hukum. Baik hukum agama maupun hukum positif di Indonesia.

Baca Juga:

Bila Seorang Istri Merasa Tidak Dihargai dan Dicintai

***

Saran:

Selanjutnya berikut ini beberapa hal yang bisa kami sarankan:

1. Berlapang dada

Hendaknya kita berlapang dada atas perbuatan buruk dari orang yang lain menimpa diri kita. Sungguh kita tidak bisa mendiktekan kehendak dan pikiran kepada orang lain. Apa yang bisa kita lakukan dalam menghadapi perilaku buruk orang lain hanya satu: kita terima dengan sabar. Tidak ada pilihan lain. Penolakan hanya akan membuat luka semakin dalam.

Istri adalah manusia biasa. Dia sama dengan kita. Punya perasaan, dan kemauannya sendiri. Kadang istri juga bisa marah, dan melampiaskan kemarahannya sesuka hatinya. Apalagi kalau kita yang memulainya. Kita yang salah duluan.

Tidak semua orang bisa memaafkan dengan mudah. Tanpa memiliki perasaan dendam sama sekali. Bersih bagaikan kapas. Justru sebaliknya. Kebanyakan orang punya dendam yang terus membara dan amarah yang berapi-api.

Bila kita suka orang lain memaafkan atas perbuatan buruk yang kita lakukan. Maka sudah sepantasnya kita pun berusaha untuk berlapang dada atas perbuatan buruk yang dilakukan orang lain kepada diri kita. Apalagi orang itu telah nyata kita sakiti dalam waktu yang lama.

2. Tetap bersyukur dan berprasangka baik

Kita bersyukur masih diberikan iman. Kita percaya seratus persen. Bahwa hidup ini ada yang merencanakan dan mengatur setiap sesinya satu persatu. Setahap demi setahap, ada yang mengawasinya. Yaitu: Allah Swt. Kita wajib tetap berprasangka baik pada-Nya. Semuanya, yang baik maupun yang buruk. Yang dilakukan orang lain maupun diri kita sendir. Adalah dengan kehendak dan izin dari-Nya.

Kita bersyukur bahwa setidaknya kita masih diberikan hidup. Bila kita tidak mampu mensyukuri nikmatnya menjadi manusia yang masih hidup, kita pasti akan kesulitan mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang lain. Bahkan kita tidak bisa merasakannya. Yang ada adalah perasaan marah, kesal dan kecewa. Baik kepada orang lain, diri sendiri, bahkan kepada Allah.

3. Berdoa bukan memaksakan keinginan

Untuk merubah keadaan yang sangat berat ini kita tidak bisa mengandalkan kekuatan diri sendiri. Maka kita mohon pertolongan pada Yang Maha Kasih, Maha Pintar, Maha Perkasa, Maha Kuasa. Kita memohon. Bukan memaksakan kehendak pada-Nya. Terserah Dia, apakah mau mengabulkan atau tidak. Yang penting kita sudah memohon, dengan sungguh-sungguh. Dengan berlinang air mata penyesalan atas perbuatan buruk yang telah kita lakukan.

Kalaupun tidak segera dikabulkan, setidaknya doa itu akan membuat hati kita menjadi lebih tenang. Pikiran kita menjadi lebih jernih. Sehingga kita mampu melihat keadaan apa adanya. Tidak gelap mata dan gelap hati. Permasalahan menjadi kelihatan, mana ujung dan pangkalnya. Selanjutnya kita pun mampu melihat solusinya dengan baik.

4. Tetap berbuat baik semampunya

Istri bersikap seperti yang Anda sebutkan itu, boleh jadi adalah cara dia untuk menunjukkan kemarahan dan kekecewaaan selama ini. Bukan hanya kepada Anda sebagai suami yang telah lama membuatnya menderita. Namun juga kepada keadaan, atau bahkan kepada Yang Maha Pencipta, Allah Swt.

Boleh jadi dia menggunakan pakaian terbuka, bahkan keluar rumah dengan lelaki lain di malam hari. Yang itu semua dia sudah tahu tidak baik, juga tidak benar. Dia sudah tahu. Dia sadar. Justru karena sudah tahu dan sadar itu, dia hendak melampiaskan kemarahan dan kekecewaannya selama ini. Dia sedang protes keras kepada Allah.

Inilah kesempatan terbaik. Untuk Anda. Menebus kesalahan-kesalahan besar di masa yang telah lalu. Dengan kata-kata yang lembut, yang menunjukkan sikap menerima sebagai pihak yang lebih dulu melakukan kesalahan.

Atau diam. Kita jangan berkata-kata. Diam saja. Mungkin saja sikap ini semakin membuat diri kita rendah. Namun kita tidak punya pilihan lain. Karena diam itu lebih baik, daripada kata-kata yang salah.

5. Keluar rumah dengan baik-baik

Bila istri menghendaki suami keluar rumah, di mana rumah yang menjadi tempat tinggal selama ini adalah milik istri, maka sudah sepantasnya suami meninggalkan rumah tersebut. Namun tetap dengan cara baik-baik.

Dan sebelum pergi, hendaknya suami menyampaikan terima kasih yang tulus. Bahwa selama ini suami telah diizinkan untuk berteduh dan menginap secara gratis. Bahkan menggunakan segala fasilitas yang ada di rumah tersebut secara cuma-cuma juga.

Hendaknya suami memohon maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukannya. Dan segera pergi secepatnya dari rumah itu.

Bila tidak segera pergi, maka kedudukan suami di situ hanya akan menjadi alasan atas kemarahan istri. Kebencian semakin menggunung. Sementara kemauan untuk saling menghargai dan menghormati sudah mustahil diwujudkan.

Berpisah untuk sementara waktu boleh jadi akan membuat masing-masing pihak mampu berpikir dengan lebih tenang. Dan membuat keputusan yang tepat. Demi kebaikan masing-masing di masa yang akan datang.

6. Putuskan lanjut atau pisah selamanya

Bila sudah tidak serumah. Suami-istri hendaknya segera membuat keputusan yang permanen. Tetap mau lanjut atau pisah. Masing-masing keputusan ada akibat dan konsekuensinya.

Membiarkan keadaan tidak menentu seperti sekarang. Adalah sama dengan membiarkan diri kita tetap tinggal dalam perahu yang terombang-ambing oleh dahsyatnya ombak di lautan lepas.

Masih ada hari esok untuk masing-masing suami-istri sebagai kesempatan melanjutkan pilihan. Apakah akan hidup dengan pasangan yang sekarang. Mau hidup sendirian selamanya. Atau melanjutkan hidup bersama pasangan yang baru. Semua kemungkinan masih terbuka lebar.

Keputusan hendaknya dibuat tidak terlalu lama. Keraguan hanya akan membuat kondisi semakin tidak menentu. Makin sulit dan kerusakan semakin menjadi-jadi.

Baca Juga:

Tidak Percaya pada Pasangan, Salahkah Itu?

***

Penutup

Inilah beberapa hal yang bisa kami sampaikan. Kami hanya mampu memberikan saran dan pertimbangan. Keputusan yang terbaik adalah keputusan yang muncul dari hati yang tenang dan pikiran yang jernih. Bila masih ada yang kurang jelas, silakan ditanyakan lagi.

Semoga ada manfaatnuya. Allahu a’lam bis-shawab.

__________________

Bacaan Utama

Artikel Zaujati Tharadatni min Baiti wa Harramatni min Auladi. Syeikh Khalid bin ‘Abdul Mun’im ar-Rifa’i.

alukah-net
Website Keislaman: alukah.net
Tags:

0 thoughts on “Sudah Taubat dari Judi Tapi Sekarang Istri Mengusir Saya

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.