SHOPPING CART

close

Adakah Hadits Dha’if dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim?

Para ulama sepakat, bahwa Kitab Shahih Bukhari dan Kitab Shahih Muslim merupakan himpunan hadits yang paling akurat di atas muka bumi ini. Sebagaimana halnya dua kitab ini memperoleh tempat yang khusus di hati segenap kaum muslimin. Baik kalangan cerdik-pandai maupun golongan awam.

Ada riwayat menyebutkan, bahwa Imam Abu Ali Naisaburi yang berkata, “Tidak ada kitab yang lebih shahih di kolong langit ini daripada Kitab Shahih Muslim.”

Sementara ada beberapa riwayat lain dari para ulama Maghribi (sekarang Negara Maroko dan sekitarnya), mengenai  keutamaan Shahih Muslim dibandingkan Shahih Bukhari. Namun tanpa keterangan lebih utama di bidang apa. Boleh jadi lebih utama dalam sistematika penyusunan saja.

Namun jumhur ulama bersepakat, bahwa Kitab Shahih Bukhari lebih akurat daripada Kitab Shahih Muslim.

Oleh karena itu, pertanyaan apakah dalam Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim ada hadits yang dha’if, adalah pertanyaan yang sangat tajam dan berbahaya dalam arti yang sebenarnya. Dengan kata lain, pembahasan ini sebenarnya termasuk masalah yang super spesial. Kita orang awam sebaiknya tidak turut campur dalam masalah ini. Namun ada baiknya, kita mengintip sedikit. Sekedar untuk mengobati rasa penasaran kita.

Bukankah Kitab Shahih Bukhari dan Kitab Shahih Muslim itu buatan manusia juga? Kira-kira seperti itulah pertanyaan tambahan di hati kita sebagai orang awam. Maka marilah kita bersama-sama sekedar “ngicipi” bagaimana rasanya menjadi ulama dengan mengetahui hal-hal yang sangat sensitif seperti ini. Dengan tidak sedikit pun mengurangi rasa hormat kita kepada dua kitab agung ini.

Baca Juga:

Kitab Hadits: Shahih, Sunan, Musnad, Muwattha’, Mustadrak

***

 

A. Pengertian Hadits Dha’if

Ibnu Shalah memberikan definisi hadits dha’if ini dengan: semua hadits yang tidak memenuhi syarat sebagai hadits shahih maupun hadits hasan.

مَا فَقَدَ أَحَدَ شُرُوطِ الحَدِيثِ الصَّحِيحِ: أي: كل حديث لم تجتمع فيه شروط الحديث الصحيح، وكذا لم تجتمع فيه شروط الحديث الحسن، فهو ضعيف، وهو أنواع تزيد عن الخمسين نوعًا

“Hadits dha’if yaitu: hadits yang tidak memenuhi syarat sebagai hadits shahih maupun hadits hasan. Dan hadits dha’if ini lebih dari lima puluh macam.”

Adapun syarat-syarat hadits shahih itu adalah:

1. Sanadnya bersambung

2. Semua perawinya bersifat adil

3. Semua perawinya bersifat dhabith

4. Sanad dan matan tidak mengandung syadz

5. Sanad dan matan tidak mengandung ‘illah.

Selanjutnya silakan baca artikel berikut:

Hadits Dha’if: Pengertian, Contoh dan Kedudukan

***

B. Pengertian Muttafaq ‘Alaih

1. Makna Istilah Muttafaq ‘Alaih

Secara bahasa, Muttafaq ‘alaih artinya: sesuatu yang sudah memperoleh kesepakatan.

Maksudnya, kesepakatan dari para ulama sebagai hadits yang shahih.

Dengan kata lain, hadits-hadits yang diberi keterangan sebagai Muttafaq ‘alaih, artinya: hadits itu telah disepakati oleh para ulama sebagai hadits yang shahih.

Namun secara praktis, hadits yang memperoleh status sebagai Muttafaq ‘alaih artinya: hadits yang diriwayatkan oleh dua orang imam besar di bidang hadits, yaitu: Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Hal ini menunjukkan:

a. Keutamaan Shahih Bukhari dan Shahih Muslim

b. Keutamaan yang lebih bagi sebuah hadits yang ada dalam Shahih Bukhari sekaligus ada dalam Shahih Muslim.

Baca Juga:

Arti : HR. Jama’ah, Muttafaq ‘Alaihi, HR. Lima, dll.

**

2. Contoh Hadits Muttafaq ‘Alaih

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ

:سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

متفق عليه أي  رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda,

“Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu: (1) bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, (2) menegakkan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) melaksanakan haji, dan (5) puasa Ramadhan.”

(Muttafaq ‘alaih/HR. Bukhari dan Muslim.)

Artinya:

Hadits di atas bisa kita cek keberadaannya dalam Kitab Shahih Bukhari dan Kitab Shahih Muslim.

Baca Juga:

Macam-macam Hadits Dha’if Karena Masalah Pada Perawi

***

C. Adakah Hadits Dha’if dalam Shahih Bukhari?

1. Syarat Hadits Shahih Menurut Imam Bukhari

Imam Bukhari merupakan ulama hadits yang paling ketat dalam melakukan proses pembukuan hadits. Misalnya untuk menentukan kriteria bersambungnya sanad, Imam Bukhari memberikan syarat: antara para perawi harus pernah berkunjung ke suatu tempat yang sama. Sehingga prosentase kemungkinan para perawi itu bisa dinyatakan benar-benar bertemu semakin besar.

Hal ini sedikit berbeda dengan kriteria bersambungnya sanad menurut ulama yang lain. Di mana para ulama yang lain hanya memberikan syarat bahwa antara para perawi itu hidup sezaman. Maka sudah cukup untuk menunjukkan bahwa sanadnya bersambung.

Lebih dari itu, Imam Bukhari selalu melakukan shalat istikharah setiap akan memasukkan suatu hadits dalam himpunan kitabnya. Meskipun hal ini bukan termasuk syarat hadits shahih. Namun dilakukan oleh Imam Bukhari sebagai bentuk kehati-hatian dan usaha maksimal. Yang bukan hanya berdasarkan perhitungan logika kemanusiaan, namun juga berdasarkan logika ketuhanan.

2. Beberapa hadits yang diperdebatkan

Tidak ada satu pun hadits yang dinyatakan dha’if dalam Kitab Shahih Bukhari. Yang ada hanyalah beberapa hadits yang diperdebatkan. Apakah hadits itu termasuk hadits shahih atau dha’if.

Ibnu Shalah berkata:

ما انفرد به البخاري أو مسلم مندرج في قبيل ما يقطع بصحته ، لتلقي الأمة كل واحد من كتابيهما بالقبول ، على الوجه الذي فصلناه من حالهما فيما سبق ، سوى أحرف يسيرة تكلم عليها بعض أهل النقد من الحفاظ كالدارقطني وغيره ، وهي معروفة عند أهل هذا الشأن

“Hadits-hadits yang ada dalam Kitab Shahih Bukhari dan Kitab Shahih Muslim merupakan hadits yang bisa dipastikan sebagai hadits yang shahih. Hal ini berdasarkan penerimaan yang sangat baik dari umat Islam, sebagaimana telah kami jelaskan. Kecuali beberapa hadits saja yang menjadi perdebatan para pakar hadits, seperti Daruquthni dan yang lain. Dan hal ini sudah dipahami oleh para ulama hadits.”

Berdasarkan keterangan dari Imam Ibnu Shalah di atas, kita bisa menyimpulkan:

a. Kitab Shahih Bukhari maupun Kitab Shahih Muslim memiliki kedudukan yang sangat istimewa di kalangan para ahli hadits.

b. Tidak ada satu pun hadits yang ada dalam Shahih Bukhari maupun Shahih Muslim yang disepakati oleh para ulama hadits sebagai hadits dha’if.

c. Yang ada adalah beberapa hadits yang diperselisihkan oleh para ulama hadits, apakah termasuk hadits shahih atau hadits dha’if.

Baca Juga:

Teknik Mencari dan Menemukan Teks Hadits Secara Online

***

D. Adakah Hadits Dha’if dalam Kitab Shahih Muslim?

Meskipun masih di bawah Kitab Shahih Bukhari, Kitab Shahih Muslim juga telah memperoleh pengakuan luas akan keagungannya. Sebagaimana kami jelaskan di atas, sampai-sampai terdapat para ulama yang menyatakan bahwa Shahih Muslim lebih utama daripada Shahih Bukhari, yaitu dalam hal sistematika penyusunan kitab.

Lalu apakah dalam Kitab Shahih Muslim terdapat hadits yang dha’if? Secara singkat adalah tidak ada. Yang ada yaitu hadits-hadits yang diperselisihkan akan keshahihannya.

Imam Ibnu Hajar berkata:

قد استدرك الدارقطني على البخاري ومسلم أحاديث فطعن في بعضها ، وذلك الطعن مبني على قواعد لبعض المحدثين ضعيفة جدا مخالفة لما عليه الجمهور من أهل الفقه والأصول وغيرهم فلا تغتر بذلك

“Daruquthni telah berusaha untuk memberikan tambahan hadits yang menurutnya setara dengan Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, namun sebagiannya dinyatakan lemah oleh para ulama. Hal itu dikarenakan kaidah-kaidah yang digunakan oleh Daruquthni sangat lemah berdasarkan kaidah-kaidah yang disepakati oleh mayoritas ulama fiqih, ushul fiqih, maupun ulama yang lain. Maka janganlah engkau terpengaruh.”

Baca Juga:

Kitab Mabahits fi ‘Ulumil Hadits, Syeikh Manna’ al-Qatthan

***

E. Contoh Hadits Dha’if dalam Shahih Bukhari

1. Teks Hadits

Berikut ini sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan dipermasalahkan oleh ulama yang lain:

:عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ

:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ

مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

وَلاَ يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ, وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهِ

وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعْطِيَنَّهُ

وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ

Baca Juga:

Rasul, Nabi, Wali: Pengertian dan Perbedaannya

**

2. Terjemahnya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhya Allah Ta’ala berfirman:

“Siapa memusuhi kekasih-Ku, maka Aku mengumumkan perang padanya.

“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku yang lebih Aku cintai selain dengan ibadah yang Aku wajibkan padanya.

“Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, maka Aku akan mencintainya.

“Dan bila Aku telah mencintainya. Maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar. Penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat. Tangannya yang dia gunakan untuk memukul. Dan kakinya yang dia gunakan untuk berjalan.

“Bila dia meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan. Dan bila dia meminta perlindungan pada-Ku, niscaya akan Aku lindungi.”

Baca Juga:

Hadits Arbain Nawawi (38): Jangan Kita Menyakiti Wali Allah

**

3. Status Hadits:

Hadits di atas disebutkan sanadnya secara lengkap oleh Imam Bukhari sebagai berikut:

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ كَرَامَةَ، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ، حَدَّثَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ

Di mana dalam sanad itu, ada seorang perawi bernama Khalid bin Makhlad yang diperselisihkan oleh para ulama akan sifat tsiqahnya.

Imam Bukhari menilai hadits ini shahih karena:

a. Imam Bukhari mengenal Khalid bin Makhlad secara pribadi, karena dia adalah salah seorang gurunya. Yang berdasarkan pertemuannya secara langsung, Imam Bukhari menilai Khalib bin Makhlad termasuk perawi yang tsiqah.

b. Imam Bukhari menilai matan hadits ini tidak bertentangan dengan al-Qur’an maupun hadits. Juga tidak bertentangan dengan dasar-dasar ajaran Islam.

c. Imam Bukhari agak longgar dalam hal ini, karena hadits ini masuk dalam golongan akhlak, bukan hukum. Tepatnya dalam Bab Tawadhuk. Di mana hadits untuk akhlak ini syaratnya lebih ringan daripada hukum.

Baca Juga:

Dalil Qath’i dan Zhanni: Pengertian, Contoh, Macam-macam

***

Penutup

Inilah sedikit penjelasan mengenai pertanyaan: “Apakah dalam kitab hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim terdapat hadits yang dha’if?” Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Bila ada hal-hal yang ingin ditambahkan ataupun didiskusikan, kami persilakan untuk Pembaca sampaikan pada kolom komentar. Terima kasih atas perhatiannya.

Allahu a’lam bis-shawab.

________________

Bacaan Utama

Kitab:

Manhajul-Imam al-Bukhari fi Tashhih wa Ta’lil al-Hadits.

Artikel Pertama:

Syarh Ta’rif al-Hadits adh-Dha’if. Dr. Khali bin Mahmud bin ‘Abdul ‘Aziz al-Juhani.

alukah-net

Artikel Kedua:

al-Ahaditsul-lati Takallama ‘alaiha al-Huffazh fi Shahihil-Bukhari.

Artikel Ketiga:

Hal fil-Bukhari wa Muslim Hadits Dha’if.

Tags:

0 thoughts on “Adakah Hadits Dha’if dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.